bc

Zhidian: The Secret of Pendant

book_age12+
263
IKUTI
1.6K
BACA
adventure
reincarnation/transmigration
witch/wizard
twisted
mystery
genius
icy
swordsman/swordswoman
magical world
kingdom building
like
intro-logo
Uraian

Setelah menjalani tiga puluh tahun hidup sebagai pembunuh bayaran, Zhi terlahir kembali di tanah asing bernama Nara Land. Di sana ada sihir, monster, iblis dan peri. Dalam kehidupan ini, dia memiliki keluarga dan teman-teman yang perlahan mengubahnya menjadi sosok yang hangat dan manusiawi. Saat dia pikir bisa hidup damai di sana, kekacauan terjadi, dan berpotensi merenggut nyawa orang-orang yang disayanginya.

Suatu hari di masa depan, berkata Zhi pada bulan besar di langit malam, “Dengan gelas ini, aku bersulang untuk mereka yang telah kubunuh di kehidupan sebelumnya.” Dia lalu menenggak habis minuman itu. “Dan dengan gelas ini, aku bersulang untuk mereka yang hidupnya akan aku ambil. Maaf, kalian ditakdirkan mati di tanganku.”

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Dia Zhidian
Api biru melahap penginapan berlantai dua di Distrik 197. Para lelaki, perempuan, tua dan muda mengerahkan seluruh kemampuan untuk memadamkan, tapi tidak ada yang berhasil melakukannya. Penyihir yang mampu mengendalikan air, api, angin dan tanah tidak bisa berbuat banyak terhadap api biru yang dikeluarkan oleh ras iblis itu, karena mereka berada pada tingkat mana satu bintang atau dua bintang. Apalagi manusia biasa. Mereka hanya bisa menonton dari pinggir bangunan. Beberapa tampak menangis histeris karena kerabatnya masih di dalam. Beberapa yang mencoba menerobos masuk, malah terkena api, dan seketika terbakar sampai menjadi abu. Ada yang coba berlari ke kolam ketika ujung pakaiannya terkena api, tapi orang itu juga berakhir mengenaskan menjadi abu. Beberapa prajurit kelas rendah (yang biasanya patroli di Distrik 197) telah berusaha keras menyelamatkan mereka yang terjebak di dalam, tapi tetap tak berdaya melawan sihir tingkat tinggi dari pembuatan si api biru. Mereka turut sedih dan menunduk malu mendengar tangisan dan jeritan penduduk. “Siapa saja, tolong selamatkan putraku!” “Putraku masih di dalam!” “Tuan, putriku ada di kamar 202 tolong selamatkan dia.” “Lakukan sesuatu! Cepat padamkan apinya!” Tanpa diperintah pun, para prajurit ingin memadamkannya, tapi tidak bisa. Hanya orang-orang dengan mana di atas tingkat enam bintang yang bisa memadamkan api itu. Sementara para prajurit yang dikirim ke sini paling banyak memiliki mana dengan tingkat dua bintang. Mereka bahkan bukan lulusan Hassel Academy seperti prajurit Dawn Warrior. “Mereka tidak bisa melakukannya! Harapan kita hanya Dawn Warrior.” “Tapi mereka melakukan pemeriksaan di luar Ethioria sejak tahun lalu.” “Tadi siang aku melihat pemimpin Dawn Warrior bersama beberapa prajuritnya. Mereka mungkin sudah kembali ke Distrik 002. Kalau mengejar sekarang, mungkin masih sempat.” “Ayolah, kumohon, tolong kejar Tuan Carl! Kerabatku masih terjebak di dalam.” Salah satu prajurit mengeraskan hati dari tuntutan tak tahu malu penduduk. “Salah satu dari kami sudah mengejar mereka sejak tadi. Bersabarlah. Perlu waktu untuk menyusul mereka.” “Omong kosong! Kalian sebenarnya tidak mau membantu kami yang miskin ini, kan?!” “Kerajaan sudah melupakan kami!” “Penginapan gratis ini pun tidak pernah direnovasi padahal kami tercekik karena membayar pajak.” Prajurit hanya bisa pergi dari sana sebelum penduduk mengamuk. Di Distrik 193, tidak jauh dari lokasi penginapan yang terbakar, Tuan Carl yang diharapkan kehadirannya, malah berkonflik dengan seseorang bertudung merah. Carl dan sosok bertudung merah sama-sama pengendali api. Bedanya, api Carl berwarna kuning, sementara api si tudung merah berwarna biru. Mereka saling melempar api tersebut ke lawan. Saat serangan berbentrokan di udara, tudung merah dengan gesit menembakkan api lain ke langit. Seketika awan terbentuk, kemudian petir muncul. Dia mengendalikan petir itu untuk menyerang Carl. Carl menyeringai kecil, lantas menghindari serangan petir. Setelah bergerak beberapa kali, tubuhnya terkena serangan. Bukannya terkapar, dia malah mengendalikan petir itu dengan mudah, lantas mengembalikannya kepada musuh. Tudung merah menepis serangan dengan tangan kanan sementara mengeluarkan air dari tangan kiri untuk menyerang Carl. Jika Carl terlambat sedikit saja, dia akan terkena pepatah ‘s*****a makan tuan’ akibat petir yang berbentrokan dengan air. “Cih! Hanya ras iblis yang memiliki lebih dari satu elemen dasar.” Tudung merah tidak menanggapi. Dia fokus menyerang Carl dengan elemen air. Kali ini tudung merah mengubah airnya menjadi beku lalu membentuk kristal tajam. Ratusan kristal tajam bergerak cepat ke arah Carl, tapi dia menguapkannya menggunakan tameng api kuning membara. Dengan tangan lainnya, dia mengeluarkan panah api untuk menyerang musuh. Gerakan ini dilakukan dengan sangat cepat, kurang dari dua detik. Tudung merah segera membuat pertahanan dari tameng es selagi menghindari panah api Carl yang datang bertubi-tubi. Dia tidak diberi kesempatan untuk menyerang. Sejak awal, tudung merah telah salah memilih lawan, bahkan lebih salah ketika menggunakan strategi. Sekalipun mampu mengendalikan lebih dari satu elemen, tapi menggunakannya di saat bersamaan akan menguras mana. Carl segera mengeluarkan pedang dan menusuk jantung sang iblis. Tudung merah tersudut ke pohon, berusaha menahan pedang Carl agar tidak menusuk jantungnya lebih dalam. Namun, sia-sia saja. Dia tidak berdaya. Tudungnya terlepas. Tampaklah sosok berwajah cantik dengan netra biru terang yang mempesona. Darah keluar dari mulutnya, tapi dia masih bisa tersenyum kecil. “Tuan...” rengek sang iblis dengan suara manis dan tatapan sayu. “Ini sakit... Tolong berhenti.” Carl tertawa pelan, dan sedikit mengendurkan tekanan. Merasa Carl terpengaruh dengan pesonanya, sang iblis mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah pucat rupawan itu. Sebelum mampu menyentuh kulit Carl, dia terbelalak karena mendadak pihak lain menekan kuat pedang ke jantungnya. Dia pun mati seketika. “Siapa yang coba kau rayu? Aku sudah memiliki istri, dan dia sangat benci saat aku disentuh wanita lain.” Carl menarik pedangnya dari tubuh sang iblis, lalu memasukkan kembali ke sarung di pinggang. “Anehnya, dia selalu tahu aku telah disentuh wanita lain atau tidak.” Iblis yang semula berwajah cantik jelita kini berubah menyeramkan. Tampak dia memiliki sayap berbulu hitam, netra merah, tanduk satu di kening, dan di pergelangannya terdapat gambar setengah lingkaran berwarna hitam. Setelah beberapa detik, iblis itu berubah menjadi asap hitam, kemudian menghilang. “Tuan Carl! Syukurlah saya bisa mengejar Tuan.” Carl menoleh, mendapati salah satu prajurit kerajaan datang tergesa. “Ada apa?” “Kami butuh bantuan Tuan! Penginapan di Distrik 197 terbakar. Api yang melahap bangunan bukan api biasa. Itu api biru iblis.” Carl mengernyit. Dalam perjalanan kembali ke ibukota, dia berpisah dengan rombongan karena ingin membeli hadiah untuk putri tunggal kesayangannya. Siapa sangka, di tengah perjalanan, malah bertemu iblis level rendah ini. Berbicara tentang api iblis, apakah mungkin iblis ini yang membakar penginapan? “Apa tidak ada penyihir di antara kalian?” “Ada, Tuan, tapi peringkat mana-nya hanya dua bintang.” Carl kembali mengernyit. Sekalipun api para iblis memang lebih panas karena pengaruh elemen negatif mereka, tapi masih bisa dipadamkan jika yang mengeluarkannya hanya iblis yang berada pada level rendah. Tapi prajurit mengatakan itu tidak bisa dipadamkan. Artinya, ada iblis lain yang membakar penginapan, dan iblis itu mungkin masih berkeliaran di sekitar Distrik 197. Carl segera menyayat telapak tangannya dan membuat gambar pentagram di tanah dengan darahnya. Dalam hitungan detik, muncul serigala abu-abu besar. Carl naik ke punggung serigala abu-abu. “Ayo,” ajaknya pada prajurit. Prajurit naik di belakang Carl dengan takut-takut. “Ke sebelah sana, Tuan,” tunjuknya pada jalan yang dia lalui. “Bergerak, Wolfie.” Serigala abu-abu segera melompat tinggi, seolah terbang ke langit. Dalam sekejap, mereka sampai di lokasi kebakaran. Penduduk segera berkerumun di sekitar Carl dan serigala abu-abunya. Mereka histeris meminta pertolongan. Tanpa buang waktu, Carl segera mendekati penginapan dan memang merasakan mana negatif yang kuat dari penciptaan api biru di depannya. Setelah berkonsentrasi, dia akhirnya bisa memadamkan api. Prajurit dan penduduk berbondong-bondong memasuki penginapan untuk menyelamatkan kerabat mereka. Carl tidak berlama-lama di sana. Dia masih harus menemukan iblis yang menciptakan api biru itu. Memasuki hutan dan beberapa tempat di sekitar Distrik 197, Carl yang masih mengendarai Wolfie malah menemukan anak lelaki usia sekitar tujuh tahun yang tergeletak pingsan di dekat akar pohon. Anak lelaki itu tampak kurus, berkulit sewarna gandum pucat, dan terlihat sangat lemah. Mengira dia mungin anak salah satu penduduk di Distrik 197, Carl membawanya ke punggung Wolfie. Dia tidak melanjutkan pencarian iblis karena tidak merasakan energi negatif apapun di sekitar. Carl pun kembali ke penginapan yang terbakar, lalu menyerahkan anak lelaki itu kepada prajurit. “Dia mungkin anak salah satu penduduk.” “Terima kasih banyak, Tuan Carl.” Carl mengangguk ringan. “Jika tidak ada lagi, aku pergi sekarang. Aku akan meminta bawahanku untuk menjaga Distrik 197 dan sekitarnya selama beberapa hari ke depan.” “Sekali lagi terima kasih banyak, Tuan Carl,” kata prajurit sembari menggendong anak lelaki yang pingsan. *** Carl pulang ke rumahnya yang berada di Distrik 002. Ada 200 Distrik di Ethioria. Distrik Utama khusus dihuni oleh anggota keluarga kerajaan dan keturunannya, sementara Distrik 002-020 khusus untuk para Dawn Warrior dan keluarga mereka. Semakin tinggi pangkatnya, semakin dekat dengan Distrik Utama. Setelah mengembalikan Wolfie, Carl mengetuk pintu rumahnya. “Ayah!” teriak sorang gadis kecil usia sekitar lima tahun, yang langsung memeluk pinggang Carl. “Elfa-nya Ayah sudah besar!” ujar Carl sembari menggendong putrinya. Elfa Kingston, putri tunggal Carl, memiliki netra sebiru lautan, rambut perak sebahu dan lesung di pipi kiri. “Ayah lama sekali pulangnya, jadi Elfa sudah memakan semua puding buatan Mama.” Carl memang sudah satu tahun tidak kembali ke rumah. Bagaimana lagi, semakin banyak monster mencoba menembus dinding dan mengambil alih Distrik. Beberapa masalah di dalam dinding pun tidak bisa diabaikan, seperti maraknya kelompok-kelompok pemberontak. Sementara para penyihir yang berbakat menggunakan mantra pelindung dinding semakin berkurang, dan yang masih bertahan pun semakin menipis kemampuannya karena faktor usia. Selain itu, semakin hari, jumlah manusia yang terlahir dengan mana semakin sedikit. “Pantas saja perut Elfa membuncit di sini.” Carl mencubit pelan perut Elfa. Yang dicubit pun tertawa geli. “Geli, Ayah. Berhenti menggelitiki Elfa.” “Astaga, anak Ayah imut sekali.” Carl menciumi pipi Elfa dengan gemas. “Kumis dan janggut Ayah membuat Elfa geli!” Carl tertawa terbahak karena putrinya merengut. “Ayah, di mana hadiah Elfa?” Carl segera menurunkan Elfa, dan merogoh kantong baju. Setelah merogoh ke sana kemari, dia tidak menemukan hadiahnya. “Ayah lupa, ya?” Elfa cemberut, pipinya menggembung dengan imut, membuat orang gemas. “Tidak, Sayang. Ayah ingat membelikan pita yang cantik untukmu.” Carl sampai memanggil kembali Wolfie karena berpikir mungkin terjatuh di badan monster itu. Sayangnya, dia memakai jumlah mana yang banyak dalam teknik pemanggilan, sehingga ukuran Wolfie menjadi sangat besar dan menghancurkan ruang tamu. Dia segera menarik kembali serigala abu-abunya, tapi sudah terlambat. Elfa melongo, mata bundarnya berkedip-kedip panik. “Ayah, Mama baru saja membersihkan rumah. Elfa tidak mau ikutan diomelin, jadi Elfa sembunyi dulu.” Gadis kecil itu segera kabur dan sembunyi di balik lemari. Carl sangat gemas dengan tingkah putrinya, tapi dia harus menghadapi wanita yang muncul dari dapur dengan membawa sendok sayur. “Carl Kingston! Apa yang kau lakukan pada ruang tamuku?” Wanita itu memukulkan sendok kayu ke punggung Carl. “Dengar, Anne, aku tidak bermaksud membuat berantakan. Aku lupa mengecilkan ukuran Wolfie. Aku hanya mencari pita.” “Jangan banyak alasan! Kau memang selalu senang membuatku kesal. Tidak cukupkah kau membuat kesal dengan kepergianmu selama setahun?!” “Anne....” “Apa kau pikir anakmu tidak butuh perhatian? Sekarang setelah kau pulang, kau malah membuat kekacauan. Astaga Carl, kau bukan anak kecil lagi....” Bla bla bla... rentetan omelan Anne lainnya. Carl hanya bisa menggunakan mana untuk melindungi telinga dan punggungnya, sembari menunduk dan berpura-pura bersalah. Sementara Elfa yang kasihan dengan Carl, akhirnya keluar tempat persembunyian, kemudian menarik-narik ujung pakaian Anne yang mampu dia raih. “Mama, jangan marahi Ayah.” “Auh... putriku yang imut. Jangan sedih. Ayah baik-baik saja. Ini hanya cara Mama mengatakan rasa rindunya kepada Ayah,” kata Carl sembari menggendong Elfa. “Benarkah?” tanya Elfa dengan wajah polos. “Tentu saja. Ya, kan, Mama?” Anne menahan diri untuk tidak mengamuk, lalu memasang senyum. “Tentu saja. Elfa tidak mau main ke rumah Ailee? Mama masih perlu bicara sama Ayah.” Elfa mengangguk. “Baik. Elfa pergi dulu, Ma.” Setelah penyelamatnya pergi, Carl menelan ludah. Omelan season kedua dimulai lagi. *** Sepergian Carl bersama Wolfie, prajurit bertanya kepada penduduk tentang anak yang pingsan dalam gendongannya, tapi tidak ada satupun yang mengaku mengenal anak itu. “Jadi, ini anak siapa?” Tanpa ada yang menyadari, kalung di leher sang anak lelaki tampak bercahaya dalam beberapa detik. Kalung itu berbandul prisma segi enam bening dengan isi pasir tujuh warna. Sebuah tulisan kecil bertinta emas muncul pada kaca bandul; Zhidian. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Kembalinya Sang Legenda

read
22.3K
bc

Wolf Alliance Series : The Gate of Sin

read
41.1K
bc

The Legend Of The Wolf Alliance

read
58.5K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
91.7K
bc

Wolf Alliance Series : The Path of Conquest

read
41.5K
bc

The King's Slave (Indonesia)

read
190.1K
bc

Delivery Love (Indonesia)

read
950.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook