Suara kaki yang diseret itu terdengar semakin mendekat, aku bangun dari posisi dudukku. Begitu pun dengan Kinsey, dia bangun sambil berpegangan padaku. Wajahnya masih meringis menandakan kakinya masih terasa sakit. Tentu aku tidak tinggal diam, aku membantunya untuk berdiri dengan memeganginya. Setelah kami berdua sudah berdiri sempurna, ku tatap wajah Kinsey intens, beberapa saat Kinsey hanya menunduk sambil meringis kesakitan hingga akhirnya dia mendongak dan menatapku juga. Kini tatapan kami saling bertemu. Merasa mulai terhipnotis dengan tatapan kami yang entah sejak kapan aku merasa tatapan matanya terlihat memikat, aku segera memutus kontak mata kami dengan mengalihkan pandanganku ke arah lain. Entah apa yang sedang terjadi padaku, sebelumnya aku tidak pernah merasa segerah ini jika