Skyla berlari menuruni undakan tangga untuk masuk ke lobby begitu sampai nafasnya tak beraturan seperti orang yang baru saja di kejar binatang buas. Namun tugasnya belum selesai, gadis 20 tahun itu kembali berlari kearah lift membawa dua map di tangannya.
Tiba di lantai yang dia tuju, Skyla segera mencari Aaron, tak ada alasan baginya untuk menolak tugas ini meskipun masih banyak yang bisa melakukannya. Terlebih dua dokumen penting lelaki itu tertinggal di meja kerjanya hanya dia seorang yang dapat di percaya Aaron untuk saat ini.
“Permisi apa anda melihat Mr.Ron?” Tanya Skyla pada salah satu karyawan yang di laluinya.
“Dia ada di ruang rapat dua menit lagi rapat akan di mulai. Anda pasti asistennya kan?” Ucap Si pegawai dengan name tag Merisa. Setelah mendapat apa yang di perlukan, Skyla segera berlari mengabaikan pertanyaan pegawai tadi untuk segera memberikan dua map yang dia bawa pada Aaron dengan begitu tugasnya sudah selesai.
Alih-alih mengharapkan tugasnya selesai setelah berhasil memberikannya pada Aaron justru sekarang ia malah terjebak di tengah-tengah perdebatan di ruang rapat seperti saat dirinya menjadi asisten lelaki itu.
Sesungguhnya Skyla merindukan tugasnya dulu di mana waktunya sebagian besar ia habiskan bersama Aaron meskipun itu untuk pekerjaan, tapi dirinya sekarang tak bisa menarik kembali kata-kata yang di lontarkan sendiri. Masih ada rasa kecewa dengan kalimat Aaron yang di lontarkan malam itu.
Begitu rapat selesai setelah tiga jam berlalu, Akhirnya Skyla bisa segera menjauh jika saja suara Aaron tidak menghentikan langkahnya sebelum dirinya benar-benar keluar dari ruangan.
“Ingin makan siang bersama?” ujar Aaron “Ada yang perlu ku bicarakan” imbuhnya.
Dada Skyla bergemuruh, Apa Aaron ingin mengatakan agar dirinya menjauhi lelaki itu kali ini? Atau malah akan memindahkan ke perusahaan lain? Skyla tak bisa berhenti berpikir negative saat Aaron mengajaknya makan siang bersama. Seharusnya dia senang bukan berpikiran seperti ini.
Tapi belum sempat Skyla menjawab, Aaron kembali bersuara “Mungkin kau sibuk. lebih baik lain kali jika kau punya waktu” Dengan berjalan melewati Skyla.
“Saya bahkan belum menjawabnya!”
Aaron berbalik menatap Skyla “Untuk yang pertama dan terakhir kali ku katakan. ‘Jangan berbicara terlalu formal ketika hanya aku dan kau’. Jadi ingat baik-baik” Suaranya memang terdengar seperti ancaman di tambah wajah tanpa senyuman itu menghiasi wajahnya tapi Skyla dapat menangkap sesuatu yang langka.
‘Apa itu artinya masih ada kesempatan?’ Skyla tersenyum cerah, seketika wajah murungnya menghilang lalu mengikuti langkah Aaron dari belakang lelaki itu.
Sesampainya mereka tiba di salah satu restaurant yang di pesan Aaron keduanya memesan makanan masing-masing. Sembari menunggu makanan mereka datang Aaron kembali buka suara.
“Bisa kau kembali menjadi asistenku lagi?” katanya to the point karena memang Aaron tidak suka berbasa basi. Skyla refleks tersedak salivanya sendiri.
Setelah itu “Anda tidak sedang bercanda kan?” ucap Skyla mencoba memastikan meskipun dia tau Aaron bukanlah tipe pria yang suka bercanda. Aaron memalingkan wajahnya. “Aku akan kembali menjadi asisten anda jika anda tidak mencampuri urusan pribadiku... Termasuk masalah perasaan” perkataan Skyla membuat Aaron kembali menatapnya dan Skyla kembali melanjutkan “Apa ada hal khusus kenapa anda memintaku kembali?”
Aaron menggeleng “Kau lebih cekatan dari pada aku harus mencari yang lain” jawabnya datar, meski begitu Skyla merasa senang, tak lama makanan pesanan mereka datang.
Seperti biasa Aaron akan melahap makanan-makanan itu namun pada dasarnya ia tidak bisa mendeskripsikan bagaimana rasa makanan itu selain ‘hambar’ tapi Aaron sudah biasa dengan kekurangannya yang satu ini. Kedua adiknya pun merasakan hal yang sama kecuali dalam beberapa hal.
Selesai makan mereka kembali ke kantor melanjutkan kegiatan masing-masing, Aaron yang sibuk dengan setumpuk dokumen dan skyla yang mulai menyusun jadwal-jadwal yang akan Aaron hadiri.
“Jangan terlalu serius nanti muncul kerutan di dahimu aku yakin itu akan sulit di hilangkan” Skyla mendongak melihat Aland dengan tampang songongnya berdiri dengan alis yang di naik turunkan. Skyla mengedikkan bahu.
“Aku tidak peduli selagi itu masih bermanfaat” Jawabnya. Aland berbalik bersandar di samping meja Skyla namun tetap memperhatikan gadis itu menyelesaikan tugas-tugasnya.
“Kau ada waktu nanti malam?”
“Aku akan menjemput ibuku di bandara sore nanti dia akan pulang bersama adik lelaki ku”
“Wah kau punya adik?” tanya Aland. Skyla mengangguk “dan dia begitu nakal” jawab Skyla.
“Kalau begitu apa aku boleh ikut menjemput keluargamu?”
“Maaf Al. tapi untuk saat ini tidak bisa ku harap kamu mengerti”
“Oh baiklah” Aland memasang wajah sedihnya “Tapi aku masih menunggu undanganmu untuk bertemu mereka atau aku akan kerumahmu diam-diam”
“Seperti maling?” Celetuk Skyla. Aland melotot “What! Hei kau kira wajahku ini terlihat seperti maling?” Aland menunjuk wajahya sendiri. Skyla menggeleng dengan polos.
“Haishh sudahlah lebih baik selesaikan tugasmu aku tidak mau gara-gara tugas yang banyak membuatmu sedikit bodoh” Aland segera berlari menghindari semprotan teriakan dari Skyla namun yang ada gadis itu malah tersenyum melihat tingkah aland tadi, rasanya mengerjakan tugas lebih ringan ketika ada teman yang mengajaknya berbicara meskipun sedikit tertunda beberapa menit.
_______
Pukul empat sore Skyla sudah ada di bandara menjemput Abigail dan adiknya yang bernama Davin. Kedua orang itu menghampiri.
Jika Abigail langsung memeluk putri sulungnya maka Davin lebih asik dengan Game di ponselnya.
Skyla merebut paksa ponsel Davin dan memberikan koper Abigail padanya “Kau ini anak lelaki macam apa yang membiarkan ibunya membawa koper seberat ini sendirian?!”
Davin berdecak lidah mengambil koper dan membawa dua sekaligus ia tidak marah dengan yang di lakukan Skyla hanya sedikit jengkel, karena marah di depan kakak tunggalnya yang satu ini tidak akan mempan justru dirinya yang bisa kena marah balik. Yang di katakan orang benar jika wanita tidak pernah salah itu benar adanya, bukti ada di depan matanya sekarang ini.
“Kamu bagaimana selama tinggal di sini?” Tanya Davin setelah memasukkan koper ke bagasi mobil.
“Sangat baik. Oh ya kenapa kau tidak sekolah disini agar ibu tidak selalu pulang balik untuk menemanimu di sana?”
“Aku sudah mengatakan pada ibu jika lebih baik dia bersama kakak saja dari pada denganku lagian aku ini kan anak laki-laki, yang seharusnya di jaga itu anak perempuan” Davin masuk ke dalam mobil dan langsung dapat sentilan di dahinya dari tangan Abigail.
“Kau ini anak yang bandel dari pada menghawatirkan kakakmu ibu justru lebih menghawatirkanmu di sana ibu takut akan kecerobohan yang bisa kau buat kapan saja”
“Tapi kan ibu tahu jika kakak yang lebih membutuhkan ibu dari pada aku!”
“Ish anak ini. Ibu lebih percaya kakakmu yang bisa di andalkan. Jika setahun lalu kau tidak membuat masalah ibu masih akan menetap dengan kakakmu jadi semua ini juga karenamu”
“Pembuat ulah” Sahut Skyla dengan tawa geli. Davin menyilangkan tangannya di depan perut lalu menatap keluar.
“Baiklah-baiklah aku menyerah. kalian benar tapi setidaknya bisakah sekali saja satu di antara kalian bisa membelaku bukan terus berdebat denganku”
Skyla tertawa pelan mengacak rambut Davin “Cup cup adik kesayangan kakak jangan cemberut dong nanti ketampanannya luntur loh” Godanya yang berhasil membuat Davin semakin memanyunkan bibirnya.
_____
To be Continue
Jangan lupa tengah love love nya ya.