BAB 36

1159 Kata
“Satu tim telah terseleksi!” Sebuah suara terdengar dari langit-langit. Alan, Dave, dan Mark saling bertatapan saat mendengar suara itu seakan bertanya-tanya siapa yang mampu menyeleksi secepat itu. “Gue rasa dia cukup berbahaya? Apa lo bisa ngecek siapa yang menyeleksi tim pertama?” tanya Alan kepada Dave yang sedang melihat sekitar untuk berjaga-jaga. “Apa boleh?” tanya Dave balik tidak yakin dan melirik ke arah Mark untuk menanyakan pendapatnya. Mark hanya mengangkat bahunya, “Sejauh ini tidak ada aturan seperti itu, jadi gue rasa nggak masalah jika lo manfaatkan kemampuan sihir lo itu dengan baik. Bukankah itu keuntungan tim kita sama seperti tim lain yang memiliki kekuatan hebat yang tidak kita miliki,” ucap Mark. “Oke, gue lihat sebentar.” Dave memejamkan matanya sampai benar-benar hanya dapat melihat kegelapan, mereka berhenti dahulu di sebuah pohon besar. Selain itu Mark juga selalu mengaktifkan perlindungan gravitasinya kepada mereka bertiga untuk berjaga-jaga. Jadi mereka bisa bebas ke sana ke mari tanpa perlu takut akan tiba-tiba kena serangan yang mematikan. Dave mulai merasakan ia terputus dari inderanya di dunia nyata dan menjelajahi alam bawah sadarnya. Setelah fokus pada alam bawah sadarnya, Dave mulai menjelajahi hutan dan melihat siapa yang berhasil menyeleksi salah satu tim untuk pertama kali. Dave hanya mengandalkan firasatnya dan tiba-tiba ia melihat seorang perempuan dengan tubuh yang sangat tangguh, sekarang ia sedang berlari-lari sana ke mari dengan cepat, saat membalik Dave langsung terkejut saat mengetahui perempuan itu ternyata adalah Alana. Ketidaktenangan Dave membuat dirinya kembali ke alam nyatanya dan terlempar dari alam bawah sadarnya. Dave terengah-engah setelah ia memakai kekuatannya itu dan Alan juga Mark langsung melontarkan pertanyaan ke pada Dave siapa yang berhasil membunuh untuk pertama kali? “Gue hanya melihat seseorang saja di sana cuma ada Alana,” ucap Dave. “Alana?!” beo Alan dan Dave secara bersamaan. “Gue juga terkejut saat melihatnya,” ucap Dave. “Penglihatan lo nggak salah kan?” Alan sedikit tidak percaya dan meremehkan kemampuan Dave. “lo sebegitu nggak percayanya sama adek lo?” Dave bertanya kembali seraya membersihkan pakaiannya karena ia sempat terjatuh tadi. “Bukan gitu.. hanya saja ia terlihat terlalu mencolok. Tapi ia emang orang yang cekatan sih,” ungkap Alan. “Gue penasaran, kemana perginya Olfie dan Radiant,” celetuk Mark saat menyadari Alana ternyata bergerak sendirian. “Sepertinya mereka memutuskan untuk memisahkan diri karena lebih mudah bergerak dan menyerang.” Dave berujar. “Mungkin saja ya..” lirih Mark. Mereka kembali berjalan semakin memasuki hutan, sebelum ujian ini dimulai sebenarnya banyak sekali tim yang bertebaran di dekat perbatasan, tapi anehnya saat mereka masuk tim itu seakan pada hilang dan tidak pernah mereka menjumpainya seakan-akan mereka hanya bertiga di dalam hutan yang besar itu. “Dave coba lo liat tim lawan ada di mana saja,” perintah Mark dan Dave langsung mengecek kembali tetapi ia tetap tidak menemukan apapun. “Sama saja, gue tetap tidak bisa melihat keberadaan lawan sama sekali.” “Gue rasa ada yang mengacaukan pandangan Dave deh, apa kita udah dijebak?” Alan mulai berprasangka karena ia merasa keanehan sebaik ia mereka bertiga masuk ke dalam. “Apa lo punya rencana?” Mark bertanya seraya dirinya yang menunduk untuk memeriksa tanah yang ada di depan mereka, entah apa alasannya Mark mengambil tanah dengan jari telunjuknya, lalu ia menggosok-gosok tanah itu dengan ibu jarinya seakan merasakan sesuatu sensasi untuk mendapatkan petunjuk. “Lo ngapain?” tanya Alan yang masih tidak bisa menebak perilaku aneh Mark. “Gue sedang merasakan tangkapan sihir,” ujar Mark. “Tangkapan sihir?” celetuk Dave yang baru dengar tentang hal itu. “Lo gatau? Itu tentang sisa sihir, biasanya benda mati terutama tanah yang memiliki banyak butiran kecil seperti ini menangkap banyak sekali sihir. Saat kita ambil dan memgusapnya di tangan, lalu menggeseknya seperti ini.” Mark bangkit dan kembali menggosokkan tanah itu diantara telunjuk dan ibu jarinya memperlihatkannya kepada Alan dan Dave. “Biasanya sisa sihir itu akan berpindah ke kulit kita dan kita dapat merasakannya, bagi mereka yang peka dengan energi sihir pasti akan mengetahui jenis sihir yang tersisa itu.” Mark menjelaskan. “Terus lo merasakan ada sihir ga?” tanya Alan memastikan. “Ada, gue rasa ini sihir yang dapat merusak energi sihir itu sendiri dan gelombang jarak jauh dari sihir. Mungkin ini penyebabnya kenapa Dave nggak bisa melihat keberadaan musuh, ada pengguna sihir gelombang.” “Ahh jadi begitu ya? Kalau gitu biar gue urus sebentar.” Alan berucap dengan dirinya yang melihat sekitar, Alan melihat celah-celah pepohonan dan merasakan keberadaan musuh bukan dengan sihir, tapi kemampuan alaminya yang bisa merasakan pergerakan alam. “Tunggu dulu.” Mark menahan Alan saat hendak melangkahkan kakinya. “Untuk ini biar gue aja, karena lo bakal mengundang banyak musuh nantinya kalau bertindak seperti ini.” “Yasudah,” jawab Alan menuruti perkataan Mark itu karena Mark pasti lebih punya cara yang lebih efektif dibandingkan dirinya. Mark dalam hitungan detik langsung meluaskan sihir gravitasi miliknya sampai beberapa kilometer dan merasakan banyak keberadaan musuh. Untuk meminimalisir kecurigaan Mark tidak membuat tekanan pada sihirnya, malah sebaliknya, Mark berusaha menetralisir semua sihir yang ada pada jangkauaannya dalam hitungan detik. Blzztttt Saat Mark selesai, semuanya langsung terasa sejuk dan ringan. Alan dan Dave merasakan perubahan yang signifikan itu, seakan energi mereka pulih kembali dan merasakan alam seperti sedia kala. “Jadi ia sudah memasang jebakan ini sebelum ujian dimulai ya? Menarik! Kira-kira ia orang yang seperti apa ya?” Dave bertanya-tanya seraya mengelus dagunya yang lancip itu, setelah berpikir kembali, Dave merasa akan lebih baik jika ia mulai menerawang hutan yang luas itu. Tanpa diperintah kembali oleh Mark, Dave memasuki alam bawah sadarnya dan memancarkan gelombang sihirnya ke seluruh arah. Ia merasakan dirinya seperti terpecah dan fokusnya meluas, ia dapat merasakan keberadaan makhluk hidup dengan mudah. Deruan napas, suara langkah, gesekan daun, hingga angin semilir dapat didengar oleh Dave. Inderanya menjadi peka dan fokus dengan hal-hal yang rumit. Saat Dave sudah merasa yakin di mana letak musuhnya, Dave mulai memprediksi pergerakan musuhnya dan strategi untuk menyerang musuh terlemah. Jangan ditanya dari mana Dave bisa menganalisanya, itu Dave dapatkan begitu saja. Dave secara sadar tau ia harus menganalisis kecepatan pergerakan musuh, pola musuh dalam menjelajah, dan kesiapan musuh seperti pedang dan sebagainya. “Oke sudah!” seru Dave saat ia kembali kepada kesadaran penuhnya. “Jadi gimana? Kita udah bisa menyerang?” tanya Mark memastikan dengan hati-hati dan menghargai setiap keputusan Dave. “Gue rasa udah bisa, tapi lebih baik jika menyerang di malam hari. Soalnya mereka bukan lawan yang cukup mudah untuk ditumbangkan, bahkan dengan kemampuan kita bertiga. Yang berada di sekeliling kita saat ini semuanya berada di S class.” Dave menjelaskan strategi miliknya. “Kalau begitu ayo kita cari sungai saja di sekitar sini,” ajak Alan setelah mendengar keputusan Dave. Mereka semua setuju dengan ajakan Alan dan meninggalkan tempat itu untuk pergi mencari aliran sungai yang bisa dipakai untuk minum. Tentunya ini akan sangat berguna jika mereka ingin benar-benar dapat bertahan selama beberapa hari.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN