Alana melompat dari pohon ke pohon, jangan tanya kenapa ia sangat ahli dalam hal ini. Itu dapat ia lakukan karena hobinya yang emang sangat suka berada di alam liar dan memanjat pohon, tetapi karena sekarang ia mempunyai kekuatan yang lebih besar dan mampu membuat ototnya itu menghasilkan gaya pegas yang lebih besar, jadilah ia yang sekarang dengan gesit ke sana ke mari melihat banyak tim yang berkumpul di bawah dengan ketakutan.
Alana juga banyak melihat tim yang berusaha menghindari peperangan karena mereka takut dan belum mengetahui cara untuk saling melawan. Semua itu dapat terlihat jelas dari wajah polos mereka yang benar-benar kebingungan dan membuat rencana yang pastinya bakal gagal karena sudah sangat terlambat.
“Gue nggak nyangka bakal ada murid yang tidak cukup cerdas di sini,” gumam Alana saat melihat banyak dari mereka yang berusaha kabur saat melihat Alana.
Alana berhenti di suatu dahan pohon besar, ia menghela napasnya panjang dan memijit pelipisnya, “Meskipun tidak memiliki kekuatan seperti radar setidaknya mereka harus dengan berani menyerang gue saat melihat gue sendiri. Seharusnya anak kecil pun tau kalau gue cuma sendirian tanpa bawa teman,” keluh Alana mulai merasa ini tidak asik.
“Eh tapi ini baru permulaan, gue cukup heran kenapa acara seperti ini bahkan bisa berlangsung selama sebulan. Mungkin banyak hal yang lebih mengejutkan dibandingkan hanya sekedar saling membunuh.”
Indera Alana langsung aktif saat ia merasa ada yang mendekat ke arahnya dengan sebuah energi yang sangat tajam dan mungkin mampu membelah tubuhnya dalam sekejap. Alana menghindar dan melompat ke dahan yang ada di atasnya, ia memegang dahan itu dengan tangan kanannya dan menggantung selama beberapa saat untuk memastikan apa yang menyerangnya.
“Sialan! Besi panas padat dengan cairan asam? Untung saja gue nggak kena,” ucap Alana saat mengetahuinya.
Alana tau dengan jelas kekebalan yang ia miliki dapat ditembus dengan cairan asam apalagi panah besi yang menancap di pohon itu ujungnya merupakan besi panas yang mampu menembus pertahanan tubuhnya dalam sekejap. Alana yang merasa terancam itu langsung melihat siapa yang menyerangnya dengan berani itu, ia mendapati satu tim berisi 4 orang dengan jubah hitam menatapnya dengan sini meskipun Alana tidak dapat melihat wajahnya, tetapi ia dapat merasakannya.
“Wah! Ternyata sudah ada yang mulai mengincar ya, tapi berani juga mereka mengincar seseorang yang sedang beraksi sendirian. Menarik!”
Alana melompat dengan cepat ke arah udara karena mereka semua keliatan melayang, entah dari mana mereka bisa dapat melayang semua seperti itu, satu hal yang pasti Alana tidak akan mampu menjangkau mereka karena Alana tidak dapat terbang. Tentu saja pemilik kekuatan yang tubuhnya kebal tidak mungkin dapat membuat dirinya bisa ringan bahkan mengendalikannya untuk ke udara tanpa sayap.
“Oke sebaiknya gue lari aja deh,” ucap Alana setelah satu tim itu pandangan matanya terlepas dari pergerakan Alana.
Alana berlari asal-asalan di balik bawah pohon yang daunnya sangat lebat. Untung saja hutan terlarang ini pohonnya lebih subur lagi, tinggi-tinggi, dan semua daunnya sangat lebat. Jadi siapapun bisa sembunyi kecuali sama mereka yang memiliki radar untuk mengetahui letak musuhnya.
“Ketemu!” seru seseorang dengan jubah hitam tepat di depan Alana dengan tubuh yang masih melayang.
Lalu tiga lainnya menyusul orang pertama yang menjumpai Alana di bawah. Alana hanya dapat menganga karena ia kehabisan akal harus melakukan apa dan pasrah saja seraya memejamkan matanya, ia juga berencana untuk tes kekebalan yang ia miliki sejauh apa.
“Mana teman Lo yang lain?” tanya salah seorang dari mereka.
“Untuk apa kalian cari teman gue?” Alana membuka matanya dengan alisnya yang naik sebelah heran sebenarnya keempat orang di depannya ini bodoh atau terlalu polos.
“Cuma mau mastikan aja dan membunuh yang lainnya juga,” ucapnya dengan tersenyum miring.
Alana melihat senyuman mengerikan di balik jubah dengan tudung yang menutup wajah mereka itu. Ia juga tak kuasa menahan emosi untuk tidak langsung memukul orang yang sedang berhadapan dengannya itu karena kesombongannya.
“Kalian seyakin itu bisa membunuh tim gue?” tanya Alana dengan nada remeh dan sedikit tertawa geli.
“Tentu saja, kalian terlihat lemah hal itu semakin jelas dengan kalian yang berusaha memisahkan diri untuk cari tempat persembunyian,” jawabnya.
Alana baru sadar ternyata keempat orang yang ada di depannya itu emang bodoh tapi ia benar-benar tidak menyangka ada orang bodoh yang bisa masuk ke Assamble Academy. “Kalian emang sebodoh itu ya?” ungkap Alana tidak tahan lagi untuk mengeluarkan umpatannya.
“Apa? Bodoh?!” ucap mereka bersamaan.
Alana yang merasa terlalu membuang-buang waktu dengan keempat orang di depannya itu mulai memasang kuda-kuda, lalu ia melayangkan serangan pertamanya dengan kaki jenjangnya itu ke arah orang yang berada di tengah.
Serangan Alana berhasil dan tidak meleset, orang itu terhempas ke pohon dan langsung menghilang, tetapi ia kembali muncul di belakang Alana dengan menyentuh kepala Alana. Alana langsung merasakan kepalanya berat dan penuh akan lendir sampai ke bawah kakinya. Lendir cair itu perlahan mengental dan membuat tubuh Alana secara keseluruhan terendam sampai tidak dapat bergerak, bahkan Alana tidak dapat bernapas.
“Selamat menikmati bagaimana rasanya kematian akibat kehabisan napas,” bisik sosok itu di belakang Alana.
Alana ternyata emang terlalu meremehkan orang-orang yang sekarang menyerang dan mengepungnya itu. Mau sekebal apapun ia, tetap saja ia bukan sosok yang bisa menangkis semua serangan salah satunya seperti ini. Tapi karena Alana sudah lebih banyak mengeksplorasi tentang kemampuannya, Alana jadi tau kemampuan pada tubuhnya ini bisa membalikkan serangan dan bisa mengubah molekul benda yang tersentuh olehnya.
Saat keempat orang itu mulai pergi meninggalkan Alana yang sudah tidak berdaya, Alana mulai mengaktifkan pertahanan tubuhnya kembali dan membuat lendir kental seperti jelly itu mulai mencair. Dalam satu detik Alana sudah berada di antara mereka yang sedang berjalan santai itu, empat kali serangan hanya dilakukan Alana dalam dua setengah detik dan itu berhasil membuat semuanya tersungkur tidak berdaya.
“Jika dengan menyerang dengan satu per satu tidak berhasil, maka gue harus coba menyerang semuanya sekaligus. Semoga kali ini berhasil,” gumam Alana saat melihat orang berjubah hitam itu sudah pada tumbang dalam sekali serang olehnya.
Secara perlahan mereka terurai dengan cahaya berwarna hitam, bukan bewarna putih seperti di awal ia menyerang salah satu dari yang lainnya. Kali ini bewarna hitam pekat dan menghilang begitu saja dengan cepat. Saat semuanya sudah menghilang bersih, terjatuh sebuah tiket persegi panjang di depan Alana.
“Selamat! Kamu berhasil menjadi orang pertama yang berhasil menyeleksi satu tim selama pertandingan berlangsung!”