Gemerlap lampu kota dan gedung-gedung pencakar langit yang menghiasi malam sudah padam, digantikan oleh sinar mentari pagi yang menghangatkan. Begitu pula dengan jalan raya yang beberapa jam lalu sempat lengang kini sudah kembali dipenuhi kendaraan. Namun, Nyonya Satya Prawira masih bergelung di balik selimut tebal. Tidak terusik sedikitpun meski cahaya matahari sudah menyusup dari balik tirai yang sedikit terbuka. Sepertinya istri Satya itu ingin menikmati tidurnya lebih lama, setelah selama lebih dari dua pekan dipaksa Astika untuk bangun lebih awal dari matahari. Sedang di restoran, semua keluarga sudah berkumpul untuk sarapan bersama sebelum kembali ke kota asal masing-masing. "Istrimu mana, Le?" tanya salah satu adik Risma ketika melihat Satya datang sendirian. "Masih di kamar,"