Belum usai.percakapan.antara Aldrich dengan Sekretarisnya. Nampak diluar ruangan lelaki itu ada sekerumun para karyawan yang tengah bergosip disana. Aldrich yang melihatnya pun segera meninggalkan tempatnya dan keluar menuju kerumunan.
"Ada apa ini?" tanya Aldrich disana. Hingga kerumunan itu berbaris rapi di hadapan lelaki itu.
"Itu pak Al, ada..." ucap salah seorang yang akan menjawab pertanyaan Aldrich disana. Namun bersamaan dari itu, nampak ponsel lelaki itupun juga berdering. Aldric pun segera mengangkat salah satu tangan nya untuk menyetop salah satu karyawan yang tengah bersuara. Membuat si karyawan harus menghentikan ucapannya seketika di sana. Aldric pun langsung melihat pada layar ponselnya. Awalnya ia mengira itu adalah nomor iseng yang masuk untuk menggodanya, namun ketika Aldrich mengabaikan panggilan tersebut di nomor baru, nampak nomor itu dengan gigih terus mencoba menghubunginya. Hingga mau tidak mau lelaki itu pun lalu mengangkat panggilan tersebut di sana di depan banyak karyawannya.
"Halo ini siapa ya?" tanya Aldrich saat panggilan itu sudah ia angkat.
"Ini aku pak Aldrich, Bianca." Ucap suara seorang gadis yang ada di panggilan tersebut.
"Bianca?" tanya Aldrich yang membuat semua mata para karyawan Aldrich di depannya membelalak lebar. Saat itu Aldrich pun menyadarinya.
"Bianca siapa ya?" tanya Aldrich kemudian.
"Bianca! masa kamu lupa sih? yang kemarin gucinya kamu ancurin." Ucap gadis itu di sana. Barulah aldric mengerti.
"Oh kamu, ada apa?" tanya Aldrich kemudian.
"Aku lagi ada di bawah nih, nggak bisa keluar banyak wartawan di sini." Ucap Bianca yang berusaha ingin keluar dari dalam mobilnya dengan cara aman dan tanpa diketahui oleh para wartawan yang sudah berkerumun di depan pintu utama kantor yang ditempati.
"Lalu kenapa? ada apa memangnya?" tanya lelaki itu kemudian.
"Kok lalu kenapa? ada apa? gimana sih? ya aku mau ke situ ke tempat kamu. Aku mau kita mendiskusikan gimana caranya agar dapat guci baru lagi yang antik seperti milik aku yang kamu rusak itu, yang pasti langka seperti yang aku miliki kemarin." Ucap Bianca dengan jawabannya.
"Maaf aku lagi kerja, aku nggak ada waktu untuk berdiskusi dengan mu sekarang! jadi kamu pergi aja. Lain kali aja kita diskusikan nya." Ucap sadis lelaki itu yang lalu menyudahi panggilannya begitu saja. Membuat wajah Bianca merah padam karena marah, darahnya berdesir seakan tengah ingin meluap dari tubuhnya.
"Dasar cowok bresngek! kamu yang mau memulai semua ini denganku, jadi akan aku ladenin apa yang kamu inginkan itu. Jangan salahkan aku." Ucap Bianca dengan gerutu kesalnya di sana. Nampak si Asisten Bianca pun tengah menatap Bianca dengan tatapan terkejut disana.
"Bi... jangan main-main Bi, jangan buat skandal!" ucap si Asisten yang sudah was-was disana.
"Tenang aja! bikin skandal pun juga dengan orang ternama. Jadi kenapa nggak gitu kan? dia yang mulai duluan kenapa aku yang harus ngalah? aku nggak mau ngalah. Dua hari lagi adalah ulang tahun nenek dan aku udah bilang ke nenek kalau aku bakalan ngasih kado istimewa. Dan nenek-nenek pun pasti juga udah tahu kalau kado yang akan aku berikan itu adalah barang antik. Jadi aku nggak mau tahu aku harus minta pertanggungjawaban si Aldrich itu sekarang." Ucap Bianca yang sudah menggebu-nggebu saat itu. Jemari tangannya sudah bergerak membuka pintu mobil dan segera melangkahkan satu kakinya keluar dari dalam mobil. Dan saat itu, jangankan si Asisten. Orang tua Bianca pun saat berada disana juga tidak akan bisa melarang kemauan gadis itu. Dan benar saja, beberapa wartawan berhambur mendekat kearah gadis itu sembari menyodorkan perekam suara disana. Sembari beberapa di antaranya tengah mengambil gambarnya dan merekam setiap gerak yang Bianca lakukan.
"Bi, boleh tahu apa yang sedang kamu lakukan disini?" tanya beberapa pencari berita saat itu yang tengah mengerumuni tubuh Bianca disana. Namun Bianca hanya diam saja disana. Ia tidak bisa bergerak maju atau pun mundur kebelakang kembali. Bahkan Asisten Bianca yang berusaha menerobos kerumunan itu pun menjadi kuwalahan di buatnya.
"Duh, kurang matang nih apa yang aku pikirkan. Gimana nih? aku kejebak disini, di tengah-tengah pencari berita!" ucap gerutu Bianca saat itu disana. Hingga beberapa saat, ketika Bianca sudah merasakan kedua kakinya seakan mati rasa disana. Gemetar bercampur kesemutan ia rasakan saat itu. Hingga akhirnya ia membuka suara, Bianca berharap apa yang akan ia ucapkan nantinya bisa membuat kerumunan itu memberinya jalan dan membebaskannya.
"Ayo Bi, jawab!" teriak beberapa orang disana. Meski ada dua penjaga yang tengah menjaga di pintu masuk gedung. Namun tidak juga bisa menghentikan kerumunan disana.
"Oke, aku kesini karena mencari Aldrich Sanjaya! dia adalah Creative Director di perusahaan ini. Puas? sekarang beri aku jalan, oke?" ucap Bianca yang makin membuat kerumunan itu berdesakan di sana. Saling bersenggolan dan kian menekan tubuh gadis itu. Sampai akhirnya keluarlah Aldrich dari dalam gedung perusahaan. Dengan tubuh tegap yang peoposional bak Binaragawan, lelaki itu berjalan dengan sedikit berlari menuju kearah kerumunan. Menerobos kerumunan segera dan mencoba meraih satu tangan Bianca saat itu disana. Dan setelah Aldrich mendapatkannya, lelaki itu pun lalu menarik tangan itu sampai tubuh Bianca masuk kedalam pelukannya. Untuk sesaat nampak Bianca begitu terkejut karenanya. Keduanya saling menatap satu sama lain sesaat.
"Ikuti aku, kita harus bergegas. Kamu bisa lari kan?" bisik lirih Aldrich tepat di samping telinga gadis itu.
"Kakiku mati rasa, gimana aku bisa lari?" tanya gadis itu dengan bisikannya pula. Kedua telapak tangan Bianca tepat melekat di bagian d*da lelaki itu.
"Sial! harusnya aku selalu tahu, jika setiap bertemu denganmu adalah hari sial ku!" dengus Aldrich yang tidak punya pemikiran lain selain menurunkan satu tangannya tepat dibagian bawah Bianca. Lelaki itu segera membopong tubuh gadis itu tanpa permisi terlebih dahulu. Aldrich segera membawanya masuk menuju kedalam kantornya, dan akhirnya si penjaga pun bisa menghadang di luar pintu gedung perusahaan. Lelaki itu pun segera menurunkan tubuh gadis itu saat keduanya sudah merasa aman disana.
"Awas kalau besok sampai ada skandal yang nggak jelas dan nyeret nama aku juga!" ucap kesal Aldrich saat itu disana. Yang tanpa ia sadari, Bianca saat itu hanya terdiam di tempatnya sembari menatap ke sekeliling nya. Aldrich yang merasa diacuhkan pun segera menoleh kearah gadis itu.
"Woe! denger nggak?!" tanya Aldrich saat itu disana. Namun Aldrich hanya melihat Bianca terbengong dengan kedua mata membelalak melebar saat itu. Aldrich pun segera menoleh dan menatap kearah yang gadis itu tatap disana. Aldrich pun kemudian memiliki ekspresi wajah yang sama saat itu. Ketika ia melihat dirinya dan Bianca rupanya tengah menjadi pusat perhatian saat itu. Terlebih lagi, disana ada papanya yang menatap mematung di tempat.