“Ehh.. bukan, Pak, bukan. Bukan Mas Dimitri yang itu?” elak Mili sambil menggerakkan kedua tangannya bersamaan. “Terus? siapa pacar baru kamu, Mil. Nggak pengen gitu dikenalin ke kita-kita?” Kadang Mili merasa kesal sendiri jika bertemu Arin, karena sifat gadis itu yang terlalu serba ingin tahu. “Ada deh, nanti kalau dia longgar akan aku ke- ke- kenalkan,” balas Mili mulai tergeragap. “Diih, sok main rahasia-rahasiaan deh kamu, Mil—” “Ehh, lift-nya udah kebuka, ayo naik.” Mili mengalihkan pandangan ke arah sepasang pintu besi yang bergerak membuka di depan mereka. Berharap rekan-rekan kerjanya mengakhiri perbincangan pagi tentang dirinya dan si pacar baru yang enggan ia sebutkan namanya. Kegaduhan tentang Mili yang memiliki pacar baru ternyata tak berhenti sampai di situ. Hingga menje