Tidur Aruna semalam sangat nyenyak. Apalagi kemarin siang dirinya sudah bertemu dengan Brian. Sejak pertemuan itu dirinya memutuskan untuk mengikhlaskan semuanya. Ia akan menerima suratan takdir yang Tuhan takdirkan untuknya. Seandainya dirinya boleh jujur, hatinya juga merasakan sakit seperti apa yang Brian rasakan saat ini. Tapi Aruna mencoba untuk tetap bertahan dan menerima semua yang kedua orang tua angkatnya putuskan untuk hidup dan masa depannya. Jika Hanan memang ditakdirkan untuknya, dirinya akan mencoba untuk menerimanya, meskipun dirinya masih butuh waktu untuk bisa menyesuaikan diri. Apalagi dirinya belum sepenuhnya mengenal pria yang kini sudah sah menjadi suaminya itu. Aruna melihat jam di dinding kamarnya, waktu menunjukkan pukul 06.00 pagi. “Sebaiknya aku mandi du