Akhirnya Bertemu

1224 Kata
Hai, Geno, Di surat ke-18 ini aku ingin mengucapkan selamat kepadamu. Selamat karena kau telah berhasil menjebak seorang gadis polos hingga masuk ke dalam perangkapmu. Kau juga berhasil menjebak Mawar untuk ikut menjadi kompor agar aku bisa lebih dekat denganmu. Kau berhasil membuatku, orang yang tidak pernah pergi menghampiri lelaki, tiba-tiba meluncur sejauh belasan kilometer hanya untuk menemuimu. Meski aku memang mengajak teman untuk bertemu denganmu, tapi tetap saja apa yang aku lakukan adalah sebuah pencapaian tersendiri. Setelah bersiap-siap dan didandani oleh Mawar, aku segera meluncur ke tempat pertemuan kita. Mawar tidak mengizinkanku mengemudi, ia berkata jika ia takut riasanku luntur di tengah jalan dan penampilanku berantakan ketika bertemu denganmu. Di tengah jalan pun, aku sempat bersenda gurau dengan Mawar, sambil bernostalgia tentang payahnya seorang Mawar di masa lalu. Ah, aku belum pernah menceritakan kisah ini padamu, Geno, sepertinya aku akan bercerita tentang Mawar dan Kumbang di sini, siapa tahu surat ini benar-benar sampai kepadamu. Saat aku dan Mawar menuju ke tempatmu, saat itu tepat satu bulan setengah Mawar berpisah dengan Kumbang. Perpisahan mereka pun tidak baik-baik, karena jika sebuah hubungan berjalan lancar, maka tidak akan ada perpisahan di antara mereka. Awalnya, kisah mereka berjalan indah, sama seperti kisah cinta remaja pada umumnya yang penuh dengan bunga-bunga bermekaran di sepanjang jalan. Seperti layaknya bunga yang hidup, bunga itu akan layu jika tidak dirawat dan disirami. Begitu juga hubungan Mawar dan Kumbang yang terasa layu setelah beberapa lama mereka berjalan. Mawar bercerita kepadaku sambil tertawa geli di jok depan, padahal apa yang ia ceritakan bukanlah sebuah utopia hubungan asmara. Kisah Mawar yang berawal dari masa SMK, berlanjut hingga mereka berdua lulus dan melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Mawar lebih beruntung dariku, ekonomi keluarganya jauh lebih baik dari keluargaku dan orang tuanya mampu menyekolahkan Mawar hingga ke universitas. Sayangnya, kebahagiaan Kumbang dan Mawar yang bisa melanjutkan pendidikan, berbanding terbalik dengan kenyataan yang harus mereka hadapi. Berada saling jauh satu sama lain, membuat kehangatan hubungan mereka jadi berkurang. Mawar yang melanjutkan pendidikan di kota tempatku tinggal saat ini, harus berpisah dengan Kumbang yang berkuliah di Jawa Tengah. Hubungan jarak jauh membuat mereka mudah berselisih dan akhirnya semakin lama hubungan mereka semakin dingin. Masalah tidak berhenti di sana, suatu hari Mawar mencium gelagat yang tidak enak dari Kumbang. Gelagat yang sama ketika kau tiba-tiba menjaga jarak denganku satu tahun sebelumnya. Saat itu, Mawar masih mencoba berpikir positif, ia mengira Kumbang sedang sibuk dengan kuliahnya. Meski hubungan mereka dingin, namun Kumbang masih mengabari jika akan melakukan sesuatu. Entah itu urusan kuliah, atau urusan organisasi yang aktif ia ikuti. Mawar pun tidak keberatan dengan semua aktivitas yang Kumbang lakukan, karena ia merasa tidak memiliki kendali untuk mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh Kumbang yang jauh di sana. Awalnya Mawar tidak terlalu curiga dengan Kumbang, namun semua berubah ketika ada sebuah status di media sosial yang sangat mengejutkan. Seorang teman mengabari Mawar jika ia melihat Kumbang mengunggah status bersama dengan seorang perempuan. Perempuan itu tampak cantik dan anggun, berbeda dengan Mawar yang memiliki paras standar jika dilihat oleh lelaki. Sebenarnya Mawar pun cantik, aku yang melihat Mawar Juga mengakui jika ia cantik, namun orang yang diunggah oleh Kumbang jauh lebih cantik dari Mawar. Unggahan status itu memiliki keterangan yang sangat mesra, seakan mereka berdua adalah sepasang kekasih. Dan lagi, status itu disembunyikan oleh Kumbang, sehingga hanya orang-orang di kalangan tertentu yang dapat melihatnya. Mendengar kabar tersebut membuat Mawar geram, ia segera mengonfirmasi kepada Kumbang tentang kebenaran kabar tersebut. Awalnya Kumbang mengelak, ia berdalih jika wanita yang ada di dalam foto tersebut hanya sebatas teman. Mawar semakin geram, jika memang benar wanita itu hanya teman, maka Kumbang tidak perlu menyembunyikan foto itu dari Mawar, karena Mawar bukan tipe orang yang posesif. Kumbang berkelit, ia berkata tidak ingin menyakiti hati Mawar. Sayangnya, Mawar terlanjur sakit hati dan kecewa. Ia marah, berhari-hari Mawar tidak merespon kabar dari Kumbang. Hingga suatu hari, Mawar merasa kasihan kepada Kumbang hingga akhirnya ia membalas pesan dari Kumbang. Di sini Kumbang akhirnya mengaku khilaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Aku hanya diam mendengar cerita itu, karena saat itu aku masih polos, belum mengerti tentang bagaimana busuknya otak lelaki sebenarnya. Ketika Mawar memilih untuk memaafkan Kumbang pun, aku yang mendengar cerita masa lalunya hanya mengangguk di jok belakang. Kisah berlanjut, di sini Kumbang semakin lihai bermain hati. Ia tampak lebih berhati-hati memainkan peran sebagai lelaki idaman. Sayangnya, banhkai busuk yang disimpan oleh Kumbang akhirnya tercium. Setelah beberapa lama, Mawar menerima kabar dari salah satu temannya jika Kumbang ternyata masih berhubungan dengan si perempuan simpanan di balik mesranya hubungan jarak jauh yang dijalani oleh Mawar dan Kumbang. Mawar pun geram, ia tidak menyangka jika Kumbang masih belum jera bermain perempuan. Mawar menelepon Kumbang dengan marah, ia melampiaskan semua emosinya karena kecewa dengan sikap Kumbang yang seakan tidak memiliki rasa bersalah sama sekali. Selepas itu, hubungan mereka pun kandas. Mawar menangis di kamar berhari-hari, menyesali semua perbuatannya bersama Kumbang selama ini. Mawar berkata kepadaku bahwa ia menyerahkan sesuatu yang berharga kepada Kumbang. Aku saat itu masih belum tahu gerangan apa yang diserahkan kepada laki-laki busuk itu hingga membuat Mawar menangis berhari-hari dan membuatnya merasa tidak berharga. Setelah bercerita panjang lebar, Mawar memberi nasehat kepadaku jika aku tidak boleh jatuh ke tangan lelaki sembarangan seperti dirinya di masa lalu. Ia akan mengawalku, memastikan lelaki yang mendampingiku adalah lelaki baik yang pantas mendapatkan perempuan sepertiku. Sekarang pun, Mawar bersemangat ketika aku mengajaknya bertemu dengan seorang lelaki, karena aku mencitrakan dirimu sebagai pria baik-baik di mata Mawar. Kau segera melambaikan tangan saat melihatku dan Mawar memarkirkan motor di salah satu tempat nongkrong di kotamadya yang bersebelahan dengan kabupaten tempatku tinggal. Dari jauh, kau langsung bisa mengenali wajahku. Mataku yang rabun jauh tidak bisa langsung tahu bagaimana parasmu dari tempatku berdiri, aku hanya melambaikan tangan karena tahu jika itu adalah dirimu. Setelah kita bertemu mata dengan jarak yang cukup dekat, barulah aku tahu bagaimana wajahmu yang sebenarnya. Dari mataku, wajahmu terlihat biasa saja. Tidak tampan, tidak juga jelek. Jujur, aku sedikit kecewa ketika bertemu dirimu secara langsung, karena parasmu cukup berbeda dari penampilanmu media sosial. Kau juga tidak tinggi, namun juga tidak pendek. Menurutku, kau hanyalah sebuah stereotipe cowok kota yang tahu bagaimana cara berpakaian, bukan seorang lelaki tampan dengan wajah menyenangkan sejak lahir. Maafkan aku, Geno, baru kali ini aku berani mengatakan penilaianku pada pandangan pertama terhadapmu, karena sekarang aku sudah tidak takut akan menyakiti hatimu. Jika dahulu, ketika pertama bertemu, aku takut kau akan sakit hati dengan ucapanku ketika aku jujur, maka dari itu aku hanya tersenyum dan mengatakan jika kau cukup rupawan di mataku. Perbincangan awal yang terjadi di antara kita hanyalah sebuah basa basi yang sudah basi. Sebelum kemudian kau mulai bercerita tentang semua keluh kesahmu di belakangku. Kau bahkan tidak peduli dengan kehadiran Mawar yang mungkin bisa saja terganggu dengan ceritamu yang bersifat sangat pribadi. Entah apa yang ada di dalam pikiranmu sehingga membuatmu sangat terbuka kepada orang yang baru saja bertemu denganmu. Maksudku adalah Mawar, bukan aku, karena aku sudah mengenalmu dari jauh-jauh hari. Kau bercerita jika kau disakiti oleh perempuan yang membuatmu berpaling dariku satu tahun sebelumnya. Nada bicaramu sangat bergetar, tampak rasa sakit hati yang teramat dalam kau rasakan ketika kau bercerita tentang betapa kejamnya perempuan itu menyakiti hatimu. Ia mendua, perempuan itu menduakanmu, padahal jarak di antara kalian berdua tidaklah jauh, di mana kau berada satu kota dengannya, sama-sama di Surabaya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN