Belum Jelas

1501 Kata
Tolong apaan Bang?" tanya Azki. Aku mengajak Azki duduk di teras belakang. "Cari tahu tentang Jeje." ucapku setelah kami duduk di bangku teras. "Lha kenapa nanya si bule sama aku? Kan Abang ketemu setiap hari." tampak wajah heran saat Azki bicara tadi. "Dia lagi ke Jepang." " Oh liburan tempat orang tuanya?" " Abang juga mikirnya begitu, waktu berangkat pun Jeje juga bilang begitu." " Terus masalahnya apa?" " Masalahnya sampai hari ini dia belum pulang padahal kan kalian besok sekolah." " Oh Paling dia cuman extend beberapa hari Bang, namanya juga si Bule lagi mudik." Azki masih menganggap enteng kepergian Jeje. " Tadi abang ke rumah Eyangnya, pembantu rumahnya bilang dia pindah ke Jepang." "Sotoy aja tuh mbaknya." "Abang juga berharap pembantunya sotoy aja, itu lebih bagus berarti masih ada harapan dia pulang lagi, tapi masalahnya eyangnya juga bilang begitu. Tadi abang masuk ke kamarnya buat memastikan bener nggak dia pindah. Kamar nya sudah kosong nggak ada apa-apa." Baru terlihat wajah bingung Azki dengan keningnya yang ikut berkerut. "Wah kenapa sih Bule ya Bang, abang kan pacarnya, masak nggak dikasih tahu sama dia?" "Itu yang Abang nggak tahu dan karena itulah kenapa Abang minta tolong sama kamu." "Abang mau minta aku cari tahu tentang si Bule di sekolah?" "Pinter! Coba kamu tanya sama teman sekelasnya atau mungkin ada sahabatnya, kalau perlu tanya sama orang TU, bener nggak dia sudah mengajukan pindah." "Ngapain di sana?" tanya Om Nino dan tante Sarah yang melewati teras tempat kami ngobrol sepertinya hendak ke rumah yangpa. "Cuma ngobrol Om," jawabku. " Mas udah dari rumah yangpa?" "Belum Pa habis ini deh, tadi aku lihat Abang ada di sini, jadi mampir dulu." "Mamanya udah sehat Bang?" tanya Om No lagi. " Aku baru mau masuk lihat mama Om." " Papa di mana?" " Ada di rumah yangpa tadi sama Ririn," jawabku. " Ya udah Om ke rumah yangpa dulu, Mas nanti nyusul aja ya." " Iya Pa," jawab Azki. Om Nino dan tante Sarah pergi meninggalkan kami berdua. "Kita mau diajak yangpa umroh." aku baru ingat memberitahu Azki. " Umroh? Kapan? Kita semua bang?" " Enggak, yangpa sama yayang terus kita berdua." " Aku kan nggak libur Bang." " Kata Yangpa libur sendiri aja, cuma seminggu kok." "Nggak bisa nggak dibikin 2 Minggu aja kalau libur sendiri? Mantap tuh Bang."ucap Azki sangat bersemangat. Dasar si Azki memang hobi banget dikasih libur sendiri. "Kalau abang sih santai dua minggu, anak kuliahan kan emang libur." "Kapan rencana berangkatnya Bang? Kira-kira kita ngebul nggak ya di sana Bang?" " Kamu tuh yang ngebul abang sih nggak, kamu sholat nggak?" " Sholat dong bang, aku ini cowok zaman sekarang yang ganteng dan rajin sholat." "Cocoknya kamu jadi cowok zaman sekarang yang narsis. Kalo emang rajin sholat nggak ngebul lah, emangnya syaiton. Abang masuk dulu mau lihat mama katanya lagi sakit perut, kamu ke tempat yangpa gih tanyain soal umroh itu." " Oke bang, eh kalo emang si bule pindah, kenapa abang nggak nyusul aja ke Jepang?" " Nanti deh dipikirin lagi caranya, tadi abang udah bilang mau ke Jepang... yangpa nggak setuju, malah kita diajak Umroh. Yaudah...jangan lupa yang Abang bilang tadi ya, tanyain sama temennya." "Siaaap bang, besok aku sudah kasih khabar." jawab Azki lalu meninggalkanku yang masih berdiri di teras. Aku masuk ke rumah mama melalui pintu kaca di teras ini, lalu langsung menuju kamarnya. " Ma," panggilku. Mama yang sedang memejamkan matanya langsung melihat ke arahku, rupanya mama belum tidur mungkin mencoba untuk tidur. " Kenapa Bang?" "Kata Adek mama sakit," jawabku sambil menghampiri tempat tidurnya dan duduk di sebelah mama. "Ini sudah enakan, tadi perut Mama melilit rasanya. Tadi siang Mama kebablasan makan sambel lumayan banyak." "Minum obat dikasih Om No ya?" " Iya tadi Mama sampai 5 kali buang air ke belakang sekarang sudah jauh berkurang, rasa melilit dan perihnya udah berkurang." " Mama udah makan malam?" " Sudah tadi, Papa masih di rumah Yangpa ya Bang?" "Masih sama adek, sekarang Om No lagi nyusul ke sana sama tante Sarah." " Ada apa memangnya?" "Nggak ada apa-apa, ngobrol biasa aja. Oh ya Ma, Abang diajak umroh sama yangpa dan yayang, Azki juga ikut." " Kapan Bang?" "Minggu depan atau dua minggu lagi, nggak tau juga nanti yayang mau telepon budhe katanya." " Kok tiba-tiba niat berangkat umroh?" " Tadi Yangpa nanya Abang libur kapan, terus Abang bilang Minggu depan sudah libur ... Yangpa nanya mau ke mana? ya Abang kan belum tahu mau ke mana tapi Abang sempat bilang pengen ke Jepang lagi. Terus Yangpa bilang kan udah pernah kenapa nggak ke Amerika atau Eropa aja, terus tiba-tiba Yangpa beri ide untuk umroh." jelasku pada mama yang serius menyimak. "Bagus deh positif liburannya, jadinya berempat?" " Iya Azki kan sebenarnya nggak libur tapi Yangpa bilang libur sendiri aja, mau umroh yang seminggu gitu katanya." " Oh biasanya itu paket khusus, lebih privat itu." " Iya Yangpa juga bilang yang privat." " Enak tuh Bang. Alhamdulillah abang dapat rezeki." "Iya Alhamdulillah." "Kok abang mukanya beda ya?" "Beda gimana Ma?" "Kayak suntuk gitu." "Nggak ada apa-apa, mungkin Abang capek aja dari tadi pergi." "Oowh." "Ma, Yayang minta paspor abang besok." "Ya nanti mama ambil di deposit box, mama langsung kasih yayang aja ya." Aku mengangguk. "Mama istirahat ya coba tidur, abang balik dulu." "Iya, makasih udah nengokin Mama." Aku mengecup dahi mama lalu Mama merangkulku mencium pipi kiri dan kananku seperti biasa. Setelah pamit dengan mama, aku meninggalkan kamar mama dan kembali lagi ke rumah yangpa dengan maksud langsung naik ke kamarku. Tapi karena papa dan Om Nino masih berkumpul di rumah Yangpa, aku jadi tertahan lagi di ruang tengah bawah karena memang Azki juga duduk disana, Seperti biasa kalau sudah berkumpul gini obrolannya tidak jauh-jauh dari rumah sakit. Azki memanggilku mendekat. Dia memperlihatkan chat yang baru saja dibalas oleh seseorang yang bernama Vena. "Siapa Vena?" "Temen SMP ku Bang, dia sekelas sama si Bule," jelas Azki. Di dalam chat itu Azki duluan bertanya apakah Vena ada mendengar berita tentang kepindahan Jeje dari sekolah, dan Vena menjawab sudah sebulan terakhir ini Jeje lebih sering menyendiri. Dia jarang berinteraksi dengan teman-temannya, dia juga beberpa hari tidak masuk sekolah sebelum libur semester karena sakit. Jadi Vena tidak tahu menahu soal Jeje, Vena malah menyarankan Azki untuk bertanya kepada Sekar teman sebangku Jeje atau Enoyang biasa menemani Jeje. Aku agak mengerutkan dahi membaca chat Vena soal Jeje yang katanya sakit, karena aku tidak pernah tahu bahwa Jeje sampai tidak sekolah dengan alasan sakit. Atau mungkin saat ada kesempatan pergi dengan Mommy-nya waktu itu Jeje memakai alasan sakit? "Jadi memang belum tahu si bule pindah atau nggak, tapi paling nggak kita sudah dapat clue bang... Ada perubahan sikap si bule sebulan terakhir. Yang perlu kita cari tahu apakah benar dia tidak masuk karena sakit, dia sakit apa?" "Setahu abang sih nggak sakit ya, seminggu terakhir sebelum dia berangkat, tiap hari kami pergi...Jeje sehat - sehat aja. Jeje memang waktu itu pergi sama Mommy-nya karena ada yang dilakukan bersama selama satu minggu, sudah dari seminggu sebelumnya Jeje udah bilang sama abang ... jadi nggak mungkin kan orang sakit berencana? Mungkin sakit itu cuma alasan di sekolah. Abang aja nggak bisa ketemu karena Jeje tidak mau terganggu urusan dengan Mommynya. Jadi alasan sakit itu bisa di skip." "Jadi apa ya ..." sekarang Azki mulai bingung. "Besok cari tau aja di sekolah. Abang cuma mau pastiin... bener nggak dia pindah. Itu aja dulu... sisanya nanti abang pikirin lagi." "Nih berdua kenapa mojok bisik - bisik?" tanya Yayang tiba - tiba. "Biasa yang...nanya - nanya pengalaman abang kuliah kedokteran...susah apa nggak." jawab Azki duluan. "Nggak ada yang susah, yang susah itu.kalo nggak mau belajar," sahut yangpa. Azki langsung kicep kalo yangpa yang ngomong. "Nilai Mas Azki bagus kok...terima raport kemarin nilainya bagus - bagus kayak mamanya," ucap yayang yang langsung mengundang reaksi om No. "Nilaiku juga bagus Ma, yang juara aja nggak mau turun - turun." "Iya ... bagus kok nilai kamu No ... cuma kamu rendah hati orangnya, ngasih kesempatan yang lain buat jadi juara," Masih yangpa yang menyauti om No. "Tuh ... papa aja paham." "Tapi kecerdasan anak itu lebih besar dari gen ibunya ... jadi udah bener kalo Azki pinter dari Sarah, bukan dari kamu." "Niat ngebela atau apa sih?" Om No mendengus kesal dan tentu saja kami yang masih muda hanya tersenyum sementara yang lain tertawa. "Abang ... Mas, jangan lupa nanti paspor kasih ke yayang ya." "Iya yang, mama mau ambil di sdb dulu katanya, besok dikasih ke yayang." "Ok, mama gimana bang .. jadi lihat mama tadi?" "Jadi yang, mama udah enakan ... tadi mau tidur pas aku tinggal." "Obatnya abisin apa nggak No?" tanya papa. "Nggak usah, kalo sudah nggak buang air lagi stop aja." jawab Om No. "Yaudah kita pulang dulu ya pa ... ma," pamit papa sambil berdiri. "Dek ... Papa mau pulang tuh," panggilku kepada Ririn yang asyik nonton youtube di hape papa. Setelah semua pulang, aku pun pamit naik ke atas kepada yangpa dan yayang. Ughh ... akhirnya aku bisa balik ke kamar....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN