Langkah Alicia terhenti di tengah atrium Mall Fritzgerald saat dia melihat Isyana mengatur para model yang akan tampil dalam peragaan busana Berlinni siang nanti. Dia mendengkus kasar tak senang mengetahui situasi ini lalu bersedekap sambil berteriak, "ISYANA, BERHENTI SOK MENGATUR MODEL!"
Semua kepala menoleh ke arah Alicia, dia mengejutkan semua kru dan peserta fashion show. Mereka pun berbincang membicarakan keributan itu dan menatap penasaran.
Isyana pun turun dari panggung untuk menghampiri Alicia, adik tirinya yang menatap penuh dengki kepadanya. "Aku hanya menjalankan perintah Nyonya Lorraine Suwito. Beliau yang memberiku tugas untuk mengatur para model. Dan ini sudah sangat siang sebetulnya, sebentar lagi mall akan dibuka untuk para pengunjung umum!" jawab Isyana apa adanya tanpa bermaksud mengkonfrontasi Alicia mengenai desain miliknya yang dicuri.
"Huhh, itu tugasku karena Nyonya Lorraine menggunakan desain outfit buatanku!" Senyum licik bermain di bibir Alicia, dia yakin kakak tirinya itu pun sadar bahwa desain asli buatan Isyana disabotase olehnya.
"Oya? Itu desainmu sendiri, atau ... kau mendapat wangsit dari alam gaib sehingga busana yang kau gambar begitu mirip dengan buatanku, hmm?" balas Isyana geram. Dia merasa kesabarannya mulai menipis.
Namun, Alicia enggan menjawabnya dan malah menyenggol kasar lengan Isyana dengan bahunya. "Minggir, jangan banyak bacot!" desisnya sinis. Dia segera memasang senyuman palsu sembari menghampiri Nyonya Lorraine Suwito yang berada di atas panggung membetulkan outfit model yang sedang berdiri dalam pose santai.
"Maaf, Nyonya, saya datang terlambat. Tadi lalu lintasnya macet!" ujar Alicia dengan gaya heboh sendiri di hadapan bosnya.
Sebuah lirikan tajam tertuju kepada Alicia, wanita paruh baya yang memiliki rumah kode Berlinni itu tersenyum tipis sembari berkata, "Alice Sayang, kita perlu bicara empat mata di backstage. Ayo!"
Sedikit waswas, tetapi Alicia mengangguk dan mengikuti bosnya menuju ke belakang panggung. Sementara itu musik pengiring catwalk diputar dan terdengar rancak seiring koreografer memberikan petunjuk serta instruksi ke para model sesuai geladi bersih tadi malam.
Sesampainya di belakang panggung yang cukup sepi karena hampir semua kru fashion show ada di bagian depan panggung, Nyonya Lorraine pun mulai berbicara.
"Pagi ini, Isyana menemuiku untuk melakukan protes karena outfit yang kubuat untuk dipamerkan di pagelaran busana siang nanti adalah desain asli miliknya bukan karya asli darimu. Jadi apa kau ingin menjelaskan situasi ini kepadaku, Alice?" tutur Nyonya Lorraine Suwito seraya bersedekap serius memandangi Alicia.
Jantung Alicia berdegup kencang, dia tak menyangka Isyana bisa tahu dan langsung melapor ke bos mereka untul mengklaim desain tersebut. Akan tetapi, wanita itu punya beribu akal bulus untuk memutar balikkan fakta.
"Ohh ... yang benar saja, Nyonya?! Isyana hanya iri kepadaku karena bisa merancang outfit yang megah seperti yang diperagakan model hari ini. Sudah pasti dia hanya berbohong. Dasar wanita jahat!" tuduhnya sinis dengan wajah seakan-akan tak terima.
"Apa kau yakin bahwa ini hanya trik yang dibuat Isyana saja untuk mencuri kredit atas rancangan busana milikmu, Alice? Bagaimana cara membuktikannya?" cecar Nyonya Lorraine, mulai bimbang.
Alicia merasa yakin dia akan membuat bosnya berpihak kepadanya. Maka dia pun menjawab, "Aksen mutiara dan bulu angsa yang mewah itu ciri khas dari rancangan desain gaun-gaunku, Nyonya. Semua memiliki detail itu, bukan? Aku pasti ingat detail bentuk outfit tersebut!"
"Ahh ... iya, kau benar. Aku tertarik karena detail tersebut pada awalnya karena terkesan seperti angel!" ujar Nyonya Lorraine yang mulai mempercayai Alicia.
"Nah, sekarang Anda tahu bukan, siapa penjahat yang asli?! Itu Isyana, aku hanya korban dari firnah kejam yang dibuat kakakku sendiri. Dia merasa lebih tua dan lebih hebat dalam segalanya dibandingkan aku. Hiks ... hiks!" Tangisan buaya darat betina mulai dilancarkan Alicia demi mendapat simpati dari bosnya.
Nyonya Lorraine pun memeluk Alicia dan mencoba memberi penghiburan agar wanita muda itu berhenti menangis. Dia menjadi salah paham terhadap Isyana.
Ketika acara fashion show akan dimulai para tamu undangan khusus memenuhi bangku-bangku front row. Harvey mengenakan masker wajah berwarna hitam dan juga kaca mata Rayband untuk menyamarkan dirinya dari khalayak umum. Dia duduk bersebelahan dengan Bob Oliver, asisten kepercayaannya.
"Tuan Muda Harvey, apa Anda berminat membeli baju-baju wanita untuk nyonya muda?" tanya Bob penasaran.
"Hmm, entahlah ... gaun yang akan dipamerkan adalah rancangan desain Isyana. Aku ingin tahu seperti apa wujudnya!" jawab Harvey dengan volume suara pelan.
"Ohh, baiklah!" sahut Bob, tak ingin terlalu banyak bertanya.
MC acara fashion show mulai keluar dari back stage dan membuka event yang telah ditunggu-tunggu para tamu undangan serta para pengunjung mall. "Selamat siang dan selamat datang di acara fashion show rumah mode Berlinni. Mohon sambutan tepuk tangan yang meriah untuk membuka acara ini!" serunya nyaring dengan mikrofon di atas panggung.
Selanjutnya musik pengiring mulai diputar, model-model cantik dengan anggun melenggak-lenggok di atas panggung catwalk memperagakan outfit gaun warna-warni dengan berbagai gaya busana. Mulai dari mini dress, midi dress, hingga maxi dress dan grande yang wah.
Isyana memperhatikan dari sudut kiri panggung dan senang karena rancangan desain miliknya bisa diwujudkan dalam gaun-gaun indah yang diperagakan para model siang ini.
Bahunya tiba-tiba ditepuk dari belakang dan Isyana pun menoleh. "Ohh, Nyonya Lorraine. Ada apa?" tanya wanita itu sedikit terkejut.
"Isya, tadi aku menanyai Alicia mengenai tuduhanmu bahwa dia meniru desain milikmu. Namun, dia mengetahui detail dari gaun-gaun itu. Aku percaya dia adalah pemilik asli dari desain busana yang ditampilkan saat ini!" tutur Nyonya Lorraine dengan tegas.
Isyana tertegun mendengar pengakuan dari bosnya. Dia pun menjawab, "Hmm ... semua orang bisa bicara demikian, Nyonya. Bagaimana kalau sekarang saya menggambar di sketch book desain gaun yang ditampilkan hari ini versi awal milik saya? Sebaiknya Anda juga meminta Alicia menggambarnya juga di kertas kosong!"
"Saran yang adil. Okay, kalian berdua gambarlah sekarang di dua kertas kosong dengan pensil warna!" jawab Nyonya Lorraine lalu mencari Alicia.
Kedua wanita muda itu pun mulai menggambar desain sebuah maxi dress berwarna dasar merah muda yang diperagakan hari ini. Tentu saja Isyana yang membuat 80% desain asli gaun itu mudah menggambarkannya. Setiap detail lipit dan aksen gaun digambar dengan lengkap olehnya, sisa 20% yang dirubah oleh Alicia juga dia cantumkan agar identik.
"Saya sudah selesai menggambar, Nyonya Lorraine!" ujar Isyana seraya menyerahkan kertas HVS yang tadinya putih polos itu ke tangan bosnya.
Nyonya Lorraine Suwito terperangah karena itu memang desain yang sama persis dengan gaun merah muda yang dia buat bersama penjahitnya di rumah mode Berlinni. Senyuman penuh penghargaan dia berikan kepada Isyana lalu dia bertanya kepada Alicia, "Bagaimana denganmu, Alice? Apa sudah selesai menggambar?"
"Ehh ... sebentar lagi, Nyonya!" sahut Alicia dengan tubuh bersimbah keringat. Jemari tangannya gemetaran karena dia lupa seperti apa desain yang ditirunya dari Isyana.
Setelah lima belas menit berlalu dan biduanita yang disewa untuk menghibur para tamu undangan fashion show selesai menyanyikan tiga lagu dengan suara merdunya, Nyonya Lorraine menghampiri Alicia dan mengulurkan tangan meminta kertas desain wanita itu.
"Maaf, Nyonya ... mungkin ... ehh mungkin ada beberapa yang saya lupa!" ucap Alicia dengan wajah pucat pasi. Dia berpikir bagaimana caranya agar bosnya bersimpati. "Ohh, kepalaku pening. Aku sedang tak enak badan, Nyonya!"
Setelah melihat desain gaun merah muda yang dirancang oleh Alicia, dia bisa menilai dengan adil siapa yang berbohong. Maka Nyonya Lorraine Suwito pun tersenyum seraya berkata, "Kalau kau sedang sakit, pulanglah ke rumahmu saja. Di sini kami bekerja secara profesional."
Dia memanggil Isyana. "Kemarilah, sebentar lagi MC akan memanggilku dan sang pemilik desain gaun yang diperagakan hari ini. KAU DESAINERNYA, ISYANA!" ujar Nyonya Lorraine dengan suara keras agar Alicia bisa mendengar perkataannya.
"Ohh, Anda tak bisa begitu, Nyonya. Saya! Saya desainernya!" bantah Alicia, spontan mencekal pergelangan tangan bosnya.
"Ouch! Beraninya kamu berbuat kasar kepadaku, Alice. Sekuriti!" teriak Nyonya Lorraine dengan nada sarat amarah.
Petugas keamanan acara fashion show segera meringkus Alicia dan menyeretnya keluar dari back stage atrium mall tersebut.
Isyana pun naik ke panggung mendampingi Nyonya Lorraine untuk menerima karangan bunga indah sebagai wujud penghormatan. Para tamu undangan memberikan standing applause meriah.
Tiba-tiba seorang wanita muda naik ke panggung dan menyerang Isyana. Dia menjambak dan mendorongnya hingga jatuh tersungkur di atas panggung.
"AAARRHH!" jerit Isyana diiringi bisik-bisik riuh para penonton acara fashion show.