Manis dan Kenyal Seperti Marshmallow

1129 Kata
Bunyi notifikasi pesan masuk di ponsel Isyana di nakas samping tempat tidur membangunkannya di ujung pagi. Semalaman Harvey tak berhenti memùaskan dirinya menyentuh Isyana hingga mereka jatuh terlelap. Isyana meraih HP miliknya dan membaca pesan dari sahabatnya Elvina yang sama-sama bekerja di bawah naungan rumah mode Berlinni. 'Sori bangunin kamu pagi-pagi, Isya. Ini gawat banget, aku sudah lihat deretan outfit yang akan diperagakan di fashion show Berlinni untuk siang nanti. Delapan puluh persen mirip gambar di sketch book milikmu lho. Tebak siapa yang mengakui desain itu karya buatannya? Alicia!' "Ya Tuhan! Ckk ... dasar plagiat, sejak dulu dia selalu merebut dan mencuri apa pun yang kumiliki!" gerutu Isyana yang hilang kantuknya. Dia benci sekali dengan kenyataan bahwa adik tirinya selalu mendapatkan apa yang diinginkan dengan mudah padahal cara yang dilakukan Alicia selalu curang. Harvey yang terbangun karena mendengar suara Isyana marah-marah itu meraih pinggang Isyana yang duduk di sampingnya di atas ranjang hingga istrinya jatuh telentang ke kasur lagi. Dia segera melilitkan kedua lengan berototnya seperti ular Piton menangkap mangsa. "Mass ... lepasin aku! Sekarang juga aku mau mandi dan pergi ke kantor," ujar Isyana sambil mencoba meloloskan dirinya dari tindihan Harvey. "Ngapain gitu pagi-pagi ke kantor? Aku masih pengin ditemani sama kamu, My Wife!" tanya Harvey sembari meremas pelan bulatan di d**a Isyana yang terasa empuk. Wajah Isyana sontak merona karena tingkah m***m suaminya. "Ada perlu penting. Desain outfit buatanku dicuri oleh seseorang. Aku nggak mau diam saja dirugikan oleh orang itu!" jawab Isyana yang sontak membuat wajah Harvey yang tadinya mengantuk berubah menjadi serius. "Hmm ... apa kamu tahu siapa pencuri desainmu itu, Sayang? Aku bisa membantumu memberinya pelajaran!" ujar Harvey seraya melonggarkan belitan lengannya agar Isyana bisa duduk. "Adik tiriku, Alicia. Kami bekerja di kantor rumah mode yang sama. Dia sangat licik dan ambisius. Entah bagaimana dia bisa mendapatkan desain milikku!" jawab Isyana. Dia lalu beranjak menuju ke kamar mandi di rumah Harvey. Harvey bergegas mengejar Isyana yang baru akan menutup pintu kamar mandi. Dia menahan daun pintu dan masuk ke dalam lalu menguncinya. "Kita mandi bareng sebelum sarapan!" putus Harvey sembari menyeret tangan Isyana masuk ke shower box. Air shower hangat deras mengguyur tubuh Isyana dan Harvey hingga basah. Tanpa jengah Harvey memencet pompa sabun cair lalu menyabuni istrinya. "Iihh Mass, gelii!" seru Isyana seraya menjauhkan diri dari jangkauan Harvey. Dia kabur-kaburan di dalam shower box berlantai licin oleh busa sabun mandi. "Aaarhh!" jeritnya saat kakinya terpeleset dan nyaris mencium lantai. "Sayang, kamu aman. Makanya lain kali jangan lari-lari di kamar mandi begini, bahaya tahu!" omel Harvey sambil memeluk Isyana dari belakang yang tentu saja menyelamatkan istrinya dari cedera. Isyana menghela napas lega, dia pun membalik badan seraya berkata, "Gimana kalau lain kali mandinya sendiri-sendiri aja? Aku nggak bebas mandi bareng orang lain dan ... malu lah, Mas!" "Malu gimana? Aku sudah lihat semuanya dari ujung kepala sampai ujung kaki tanpa sensor kok!" sahut Harvey dengan senyuman miring menatap bagian ranum kembar yang tak tertutupi di hadapannya. Otomatis Isyana menutupi bagian intimnya dan bentukan serupa dua buah apel Fuji yang membulat kencang itu. "Aku sudah bersih nih, Mas. Duluan ya!" ujarnya langsung meraih handuk di rak kamar mandi dan kabur meninggalkan Harvey tertawa sendirian. Seusai mereka berpakaian, Harvey berkata, "Apa kamu butuh bantuanku buat ngeberesin masalah desainmu yang dicuri itu?" Isyana yang baru saja selesai mengoleskan lip tint merah muda ke bibirnya segera bangkit berdiri dan melingkarkan kedua lengan di pinggang suaminya. "Kayaknya nggak usah deh, aku coba selesaikan dulu sendirian, Mas. Seharusnya bosku percaya kalau kuperlihatkan buku sketsa desain milikku," jawabnya kalem. "Hmm, okay. Kamu bisa hubungi nomor pribadiku kalau membutuhkan sesuatu, Sayang!" Harvey mengecup bibir istrinya. Awalnya hanya berniat untuk memberi sebuah kecupan singkat, tetapi justru berubah menjadi pagutan penuh hasrat. Isyana pening karena nyaris kehabisan oksigen, dia menepuk-nepuk bahu suaminya agar berhenti menciumnya. "Aahh ... Mas Harvey, bibirku bengkak!" protesnya dengan mencebik. "Bibir kamu enak deh, manis dan kenyal seperti marshmellow, Isya!" Harvey terkekeh tanpa merasa bersalah lalu merangkul bahu Isyana untuk turun ke ruang makan di lantai bawah. Ruangan lebar itu kosong dengan meja makan persegi panjang dari kayu jati yang berisi hidangan sarapan pagi beraneka ragam. Harvey duduk di kursi yang ada di kepala meja dan Isyana di sisi kanannya. "Oma Widya pulang kapan dari rumah sakit, Mas?" tanya Isyana sembari mengambilkan Harvey waffle dengan gula mapel dan buah beri segar. "Besok siang setelah dokter melakukan general check up dan kondisi Oma bagus hasilnya. Ya doain aja, semuanya lancar ya, Sayang!" jawab Harvey sambil mengunyah waffle lezat di mulutnya. Dia lalu bertanya, "fashion show rumah mode tempat kerjamu diselenggarakan di mana?" "Di Mall Fritzgerald, atrium utama. Apa Mas mau datang ke acara itu? Kalau bukan tamu undangan nggak dapat kursi dekat panggung, jadi bisanya berdiri di sekitar area show aja!" ujar Isyana sambil menghabiskan sandwich selai stroberinya dengan sekali gigit. Harvey pun mengangguk paham, dia mengetik pesan ke asisten pribadinya di ponsel. Setelah itu pasangan pengantin baru tersebut berpisah di teras depan. Isyana diantarkan oleh sopir dengan mobil Alphard ke Mall Fritzgerald. Sedangkan, Harvey berangkat ke kantor dengan sopir lainnya dikawal para bodyguard. Sesampainya di mall yang memang belum jam buka, Isyana menemui Nyonya Lorraine Suwito untuk menanyakan desain miliknya yang diakui sebagai pekerjaan hasil karya Alicia. "Selamat pagi, Nyonya Lorraine. Apa saya bisa bicara sebentar?" ujar Isyana dengan jantung berdegub kencang. "Pagi, Isyana. Silakan, ada perlu apa?" jawab pemilik rumah mode terkemuka di Jakarta itu dengan gaya tak sabar karena dia memang sibuk mengurusi acara fashionshow yang akan dimulai beberapa jam lagi. Isyana berdiri dengan gelisah lalu menghela napas meyakinkan dirinya bahwa dia harus bicara sebenarnya. "Nyonya, saya ingin memberi tahu bahwa desain yang diserahkan Alicia itu hasil karya tangan saya bukan dia yang menggambarnya sendiri!" "Ohh ... apa kamu punya buktinya?" tanya bos Isyana setengah tak percaya. "Ini buku sketsa milik saya dan setiap gambar desain outfit ada tanda tangan saya!" Isyana memperlihatkan gambar-gambar di buku yang dibawanya ke Nyonya Lorraine. Wanita berusia 38 tahun itu terperangah, 80 persen desain itu sama dengan yang dia buat desainnya menjadi pakaian yang akan diperagakan siang nanti. "Ehh ... apa kau serius, ini gambarmu, Isya?" seru Nyonya Lorraine ragu-ragu. "Yap, aku bisa menggambar desain ini di kertas kosong dengan gaya yang sama, bila Anda mau, Nyonya!" jawab Isyana tanpa kebimbangan sedikit pun. Nyonya Lorraine pun berkata, "Ckk ... kasus ini akan kuselidiki dengan serius. Kalau sampai Alicia melakukan tindakan penipuan dengan mencuri desainmu maka aku akan mengeluarkannya dari jajaran desainerku. Penipu tak boleh ada di rumah modeku!" "Lalu bagaimana dengan fashion show hari ini, Nyonya?" tanya Isyana bingung. "Acara harus tetap berjalan, kau bantu aku untuk mengatur gaya outfit para model sesuai desain milikmu. Kau pastinya paham, bukan?" jawab Nyonya Lorraine. Dia lalu menelepon Alicia agar segera datang ke mall tempat fashion show digelar. Plagiator harus dipecat dari tim desainer perusahaannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN