Awal

1032 Kata
Di sebuah kamar pengantin dengan cahaya temaram dari lampu tidur yang menyala, seorang wanita yang baru saja melangsungkan acara pernikahannya dengan lelaki yang sangat dicintainya menangis terisak sendirian. Why cry, padahal malam in is the night pengantin bersama sang suami. Seharusnya dia bahagia, memulai hidup baru menikmati malam pertama bersama sang suami. Sepertinya hal itu tidak akan pernah terjadi. Karena suaminya baru begitu saja begitu saja setelah memaki-makinya sebelum pergi. Tidak ada yang tau mengapa. Bingung. Itulah yang dirasakan gadis bernama Shara Adiputra, marga yang diberikan oleh suaminya di altar pernikahan mengucap janji suci siang tadi. Bingung akan terjadi apa yang baru saja terjadi. Hatinya hancur berkeping-keping ketika sang suami memakinya. "Dasar perempuan murahan!" Bentak pria itu karena dia mengenakan tubuh suaminya. Kata-kata itu lolos begitu saja dari mulut pria itu. Hanya menerapkan saja, tidak ada yang lain. Tapi kenapa reaksi pria itu terlalu berlebihan seperti itu. Bukankah itu wajar? Bahkan mereka sudah melakukan lebih dari itu sebelum pernikahan. Dan sekarang wanita dengan lingerie seksi yang masih melekat di tubuh mungilnya menangis tersedu-sedu di kamar sunyi itu. Hanya makhluk yang bisa mengasuh. Jika dia pergi keluar menyusul suaminya maka akan menimbulkan banyak pertanyaan bagi orang-orang yang melihatnya. Pengantin wanita yang berkeliaran pada malam pertama, apa yang akan orang katakan tentang dirinya. Tapi suaminya, orang lain juga akan melihatnya jika melihatnya. Shara tidak tau lagi harus melakukan apa. Wanita itu hanya bisa menangis sepuasnya sampai menangis dan tertidur ketika fajar menyapa. Wanita itu berharap ketika terbangun nanti semuanya berubah, semoga saja peristiwa ini hanya mimpi belaka. Tapi sangat disayangkan, ketika maniknya mengerjap pun semuanya sama tidak ada yang berubah. Dia masih tetap dengan lingerie yang kini sudah kusut tidak karuan. Shara menoleh ke sampingnya, berharap sang suami sudah ada di sana. Air mata kembali menggenangi wajah cantiknya ketika tidak menemukan tubuh kekar sang suami di sebelahnya. "Ternyata bukan mimpi..." lirih wanita itu seraya menutup wajahnya yang sudah basah. "Dimana kamu Mas..." tangisnya semakin mengencang menggema di dalam kamar pengantin itu. Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka membuat Shara menghentikan tangisannya. Pria tampan yang baru kemarin menikahinya masuk ke dalam kamar. Tatapan tajamnya menghunus ketika melihat Shara. "Mas kamu dari mana saja. Kenapa kemarin meninggalkanku Mas?" tanya Shara bertubi-tubi begitu sang suami mendekat. Shara mencoba berpikir positif terhadap suaminya. Mungkin saja kemarin ada urusan penting yang begitu mendadak membuatnya harus meninggalkan malam yang seharusnya diisi dengan memadu kasih bersamanya. Shara mencoba mengerti. Suaminya memang memimpin sebuah perusahaan besar membuatnya menjadi orang yang sibuk. Persoalan makian dari sang suami, mungkin saja terjadi masalah di kantor sehingga membuat mood pria itu menjadi jelek. Arian Adiputra lelaki dua puluh delapan tahun yang memiliki wajah tampan nan rupawan. Lelaki yang merupakan seorang pengusaha sukses di negaranya yang telah berhasil memikat hati Shara, seorang gadis sederhana yang dulunya merupakan sekretarisnya. Kisah cinta mereka yang diawali dengan kebersamaan selama dua tahun menjadi partner dalam pekerjaan akhirnya berlanjut ketika keduanya menyadari perasaan mereka masing-masing. Hingga akhirnya setelah menjalin hubungan kurang lebih tiga tahun mereka memilih melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Dan di sinilah kisah bermula. Ternyata kisah cinta mereka tidak semulus ketika mereka menjalin hubungan beberapa tahun lalu. Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh Shara. Jelas saja, karena hari ini pernikahannya akan dilangsungkan. Pria yang menikahinya adalah atasannya di perusahaan terbesar kota ini. Pria dingin nan rupawan yang dulunya selalu berbuat semena-mena kepadanya kini menjadi calon suaminya dan beberapa jam lagi akan resmi menjadi suami. Menikahi pria tampan dan mapan ditambah dengan pesta pernikahan yang begitu meriah membuat kebahagian gadis cantik itu berkali-kali lipat. Dia merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia. Dan satu hal lain yang membuatnya bahagia adalah calon mertuanya beserta keluarga dari suaminya menerimanya dengan baik. Namun, di balik semua kebahagiaan yang dirasakannya, ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Sejak kemarin malam menjelang pernikahan calon suaminya tidak memberi kabar sama sekali. Beberapa kali dia menghubungi dan mengirim pesan, tapi tidak ada satupun respon dari sang calon Takut-takut Shara mulai membayangkan yang tidak-tidak terjadi di pernikahannya. "Shara apa yang kau pikirkan. Mungkin Arian sedang sibuk." lirih wanita itu berusaha membuang pikiran buruknya. Selama kurang lebih tiga jam, akhirnya Shara selesai dihias. Gaun pengantin berwarna putih dengan hiasan mutiara di sekitar pinggiran gaun membuat penampilan gadis yang sebentar lagi akan menikah itu terlihat begitu memukau. Tampilan elegan dari gaun ditambah dengan wajah cantik sang pemakai memancarkan aura kecantikan yang tiada duanya. Sungguh beruntung pria yang menikahi perempuan secantik Shara. "Wah cantik sekali..." semua orang di ruang rias berdecak kagum melihat betapa cantiknya Shara hari ini. Shara tersipu malu mendengarnya, apalagi kini pria yang menjadi cinta pertamanya sejak kecil berdiri di hadapannya melihatnya dengan tatapan sendu. "Ayah..." lirih Shara memanggil sang ayah. Terlihat guratan kebahagiaan bercampur sedih di wajah keriput pria paruh baya itu. Bahagia karena putrinya akan memulai hidup baru bersama pria yang mencintainya, tetapi juga sedih karena setelah menikah nanti otomatis Shara akan jauh darinya. "Putri Ayah sudah besar ternyata." ucapnya sambil mengusap lembut wajah putri tersayangnya. Shara tidak kuasa menahan air matanya. Dia juga sedih meninggalkan sang ayah yang telah merawatnya. Seorang ayah yang sekaligus menjadi ibu baginya, sebentar lagi akan jauh darinya. Dengan berlinang air mata, Shara menubruk tubuhnya ke dalam dekapan hangat pria itu. "Ayah..." "Sst jangan menangis. Lihat nanti riasanmu berantakan." ujar Ayah. Anak gadisnya masih cengeng ternyata. "Ayah aku berjanji akan sering mengunjungimu." janji gadis itu. "Iya Ayah tau, kau pasti tidak akan melupakan Ayah." sambil mengusap air mata sang putri. "Kemari, calon suamimu sudah menunggu." Ayah memberikan lengannya dan segera diraih oleh gadis yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya. Dengan mahkota berlian yang bertengger di puncak kepalanya, Shara berjalan beriringan dengan sang Ayah di sampingnya. Jantungnya berpacu lebih cepat ketika pintu menuju altar terbuka. Dapat dirasakannya tangan Ayah memegang erat tangannya yang gemetaran. "Jangan gugup Nak." ujar Ayah. Kegugupan itu berlangsung sebentar saja, semua karena pria rupawan dengan setelan tiga potong berdiri dengan gagah di altar. Senyum cerah memancar ketika bertatapan dengan calon suami. Rasa gugupnya yang diperhatikan oleh banyak orang menghilang begitu saja. Kini titik fokusnya adalah pria di atas sana. Sampai di sana, Ayah menyerahkan tangan Shara yang disambut oleh Arian dengan senang hati. "Tolong jaga putriku dengan baik." ucap Ayah kepada pria yang sebentar lagi akan menjadi menantunya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN