Aku merasakan ada yang menyentuh tubuhku perlahan dengan sangat pelan meremas dan menghisap Bukit kembarku, ketika aku melihat Yudi sudah berada diatasku tidak menggunakan apapun begitu juga diriku dimana Yudi sibuk memainkan kedua bukit kembar.
"Pagi sayang maaf mengganggu tidurmu" ucap Yudi menatapku dengan menyesal "semalam aku merindukan sentuhanmu jadi ketika pulang aku langsung menyentuhmu"
Aku menarik Yudi mencium bibirnya dengan rakus, kami saling bertukar saliva di pagi hari ini. Ciuman Yudi turun ke leher memberikan tanda kepemilikan yang selama ini tidak dilakukan Yudi, aku mengerang atas apa yang Yudi lakukan. Yudi membalikkan tubuhku menjadi tengkurap, diciumnya punggungku secara perlahan hingga pantat
"Aaww" pekikku ketika Yudi menampar dan meremas pantatku
Jari Yudi masuk kedalam milikku dengan sangat perlahan keluar masuk sedangkan bibir Yudi berada di punggungku dijilatnya setiap jengkal punggungku tanpa terlewatkan sedikitpun aku hanya bisa menikmati apa yang Yudi lakukan sambil meremas kedua bukit kembar.
"Aahhh sayang" erangku tidak tahan atas semua yang dilakukan Yudi
Tangan Yudi yang satu meremas bukit kembarku dengan lembut sambil memainkan benjolannya. Yudi mengangkat pinggulku dengan segera memasukkan miliknya kedalam tubuhku dengan posisiku yang menungging, dorongan milik Yudi membuatku mengerang. Gerakan Yudi yang lambat dan memutar membuatku hanya bisa meremas seprai, Yudi memegang daguku dan kami berciuman dengan tetap menggerakkan miliknya dan entah mengapa bayangan Wijaya yang hadir dalam benakku saat ini membuatku semakin cepat membuat Yudi mengerang keras atas apa yang aku perbuat
"v****a kamu enak sayang ahh" ucap Yudi sambil mendesah "aku keluar sayang" Yudi mendesah keras “kamu semakin liar”
"Sama-sama" erangku yang masih membayangkan Wijaya saat ini bersamaku
Tidak lama aku merasakan milik Yudi mengeluarkan cairan dengan beberapa kali semburan bersamaan dengan cairanku yang keluar, Yudi mencium bibirku lembut setelah pelepasan kami namun satu hal yang baru kusadari dimana tatapan Yudi lebih kepada tatapan menyesal membuatku bertanya ada apakah gerangan dengan tatapan ini
"Semoga ini jadi ya sayang" ucap Yudi setelah melepaskan penyatuan kami membuatku kembali fokus padanya "kamu kerja?" aku mengangguk "aku besok gak pulang langsung berangkat keluar kota untuk seminar gak papa kan?" aku mengangguk "berani disini sendiri? apa ajak Imel?"
"Gak usah lagian ada satpam juga" jawabku menenangkan Yudi "aku siap-siap dulu kamu gak usah antar aku kerja" sebelum aku berdiri mencium bibir Yudi sekilas
Seperti biasa aku menyiapkan sarapan untuk Yudi walaupun saat ini Yudi tidur karena kelelahan, sama halnya diriku yang melayani hasrat para pria. Aku berangkat dengan menggunakan aplikasi online, selama perjalanan banyak pesan mengenai pekerjaan
"Selamat ya" ucap Rara ketika aku datang dengan segera memelukku "bonus gede nih" goda Rara "makan-makan"
"Gampang itu mah" jawabku sambil tersenyum
"Wuih ada yang mau dapat bonus gede ini" ucap Mita menatapku dengan mata menggoda membuatku tersenyum simpul melihat kelakuan Mita
"Udah nanti kalau keluar aku traktir apapun kalian berdua minta" ucapku menatap mereka berdua "aku ke tempat Pak Galih nyerahin laporan kemarin"
"Oh ya kemarin Pak Galih bilang hasil kamu sudah di acc" ucap Rara sambil menyerahkan berkas yang ditandatangani "Pak Wijaya minta hari ini ketemu sama kamu untuk perubahannya"
"Kemarin Pak Galih sudah kasih tahu dan ini mau menyerahkan ke beliau tapi belum ada pembicaraan hari ini bertemu Pak Wijaya" ucapku sambil menerima berkas dari Rara "aku tinggal dulu"
Aku melangkah ke lantai dimana ruangan Galih, seperti biasa aku hanya melihat Vian yang sibuk dengan berkas-berkasnya. Vian langsung menatapku ketika aku sudah sampai di depan mejanya dan seperti biasa tidak ada senyuman atau apapun itu yang keluar dari bibir Vian ketika melihatku
"Pak Galih baru saja keluar bersama Ibu Weni ada suatu urusan" ucap Vian ketika melihatku "mengenai pertemuan dengan Pak Wijaya kamu bisa berangkat sendiri karena Pak Galih tidak bisa mendampingi"
"Tapi baru saja datang masa harus luar kota kembali" ucapku berusaha menolak
"Pak Wijaya sudah menunggu disini" Vian memberikan catatan yang berisi alamat rumah tanpa menghiraukan penolakanku "setelah kamu selesai mengerjakan pekerjaan disini bisa langsung ketempat Pak Wijaya"
"Pak Galih lama?" tanyaku
"Ya urusan keluarga selalu memakan waktu yang sangat lama" jawab Vian sambil tersenyum "ah satu lagi Pak Galih meminta kamu menggunakan yang ada disini" memberikan kantung dari merk ternama "aku akan meletakkannya di loker milikmu agar kamu bisa langsung mengambilnya ketika pulang" Vian menatapku “semoga Wijaya terbaik untukmu dengan begitu kamu tidak mengalami hal ini lagi” aku menatap Vian bingung tapi Vian seakan tidak peduli atas apa yang baru saja dikatakan seolah bukan hal yang penting
Setelah dari ruangan Galih aku segera menyelesaikan pekerjaan dan memberikan hasilnya kepada Rara, namun tidak langsung diperiksa oleh Rara karena menurut Rara ini masih bisa ditunda tapi tetap menerimanya. Dengan segera aku langsung pamit pada Rara untuk bertemu dengan Wijaya sesuai dengan intruksi dari Galih, aku masuk kedalam toilet bawah merapikan penampilan setelahnya aku melepaskan celana dalam dengan segera langsung memasukkan kedalam tas tidak lupa aku menuju loker tempat dimana Vian meletakkan barang titipan Galih kepada Wijaya
Rasanya aku tidak sabar bertemu Wijaya hari ini dan menikmati semua sentuhannya entah mengapa aku merindukan sentuhan Wijaya padahal baru kemarin kita bertemu dan aku merasakan penisnya dalam vaginaku, selama perjalanan hatiku tidak menentu akan apa yang aku alami nanti
Aku baru menyadari jika sopir kendaraan online ini menatapku dari kaca spionnya, aku mencoba melihat penampilanku yang biasa saja dan tidak mungkin menggoda sopir ini. Melihat tatapannya yang seakan ingin menelanjangiku membuatku sedikit terangsang dengan perlahan aku membuka kancing atas kemeja memperlihatkan belahan bukit kembarku dan sukses membuat sopir tersebut melotot, aku melirik celananya dimana sudah terlihat tegang membuatku langsung membandingkan antara milik ketiga pria itu dengan sopir ini. Aku menatap wajah sang sopir dimana tidak terlalu buruk tapi membayangkan berhubungan dengan dirinya jelas tidak akan terjadi
Beruntung tidak lama kemudian mobil yang aku naiki sampai di lobby apartemen milik Wijaya dengan segera aku memberikan uang pada sang sopir dan ketika sang sopir melihat kebelakang aku memberanikan diri mencium bibirnya sekilas dan meremas penisnya dari balik celana tidak lama aku langsung keluar dimana aku menatap sekilas wajah terkejut dari sang sopir membuat kesenangan tersendiri untukku
Aku tidak tahu kenapa aku melakukan hal ini dan melihat wajah pria lain tersebut menatap tubuhku dengan penuh minat langsung membuatku menginginkannya padahal sebelumnya aku tidak pernah seperti ini. Pengaruh pria tua itu sangat besar pada diriku dan aku berubah menjadi wanita yang haus akan seks tapi aku hanya mau melakukan dengan Wijaya bukan yang lain