4_kebahagiaan Zera

1104 Kata
Zera mengulas senyumnya saat ia baru saja menerima surel dari perusahaan tempat dirinya bekerja,beberapa juta sudah masuk kedalam rekeningnya. Bonus tahunan yang selalu ia tunggu-tunggu. "Hari ini Zera bisa belikan Kent sepeda gunung!" Gumamnya sambil melangkah menyusuri trotoar,beruntung hari ini hari libur bekerja dan ia bisa menjenguk Kent disekolah asramanya,sendiri tanpa diantar oleh siapapun. Zera selalu perduli dengan adiknya karena Kent dan angga adalah satu-satunya yang menganggapnya keluarga. Tepat didepan asrama Zera mengirim pesan singkat kepada Kent adiknya. Tidak selang lama Kent keluar dari dalam asramanya mengulas senyum bahagianya sekaligus senyum jailnya. "Kent bisa ijin pulang hari ini?" "Ada apa Zera suruh Kent pulang?" "Zera mau ajak Kent jalan-jalan. Dan juga ingin memberi Kent kejutan!" Jelasnya. "Benarkah?" Tanya Kent antusias. Zera mengangguk mengiyakan. "Baiklah! Tunggu ya! Lima belas menit." Kent segera berlari masuk kedalam asrama,mempersiapkan diri dan juga mengambil tasnya,tidak lupa ia juga pamit kepada kepala asrama tempatnya bersekolah. Kent kembali dengan tas ransel andalannya,berkaos putih yang dilapisi dengan kemeja kotak-kotak flanel,dipadu dengan celana pendek berwana cream dan juga sepatu putih hadiah yang pernah Zera berikan kepada Kent. Adik kesayangannya. "Ayo!" Kent merangkul Zera layaknya kekasih karena tinggi mereka yang hampir sama dan juga wajah babbyfacenya Zera yang membuat orang sering terkelabuhi umurnya karena wajah imut Zera. "Naik angkot apa taxy?" Tanya Zera setelah mereka sampai dihalte pemberhentian kendaraan umum. "Bus kota saja! Bagaimana? Lebih seru." Zera menggigit bibir bawahnya. "Bagaimana kalau kita telfon kak Angga? Kamu tau sendiri kalo papa melarang kamu untuk naik bus!" Kent berdecih. "Kenapa sih Zera masih saja hormat sama situa bangka itu?" Kesal Kent. "Huss! Tua-tua gitu papa kita!" "Tapi dia udah jahat sama kau Zera!" Zera mendial nomer ponsel Angga sembari mengulas senyum. "Gak apa-apa! Zera mah udah biasa! Lagian Zera mau tinggal dimana kalo ngelawan sama papa? Yang ada entar Zera diusir." Kent mengusap wajahnya kasar,heran dengan pemikiran Zera,bukankah dia bisa saja kos? Lalu kenapa ia masih saja ngotot tinggal dirumah besar yang lebih terasa neraka dibandingkan dengan keluarga? Oh astaga! Begitu hebatkah perasaannya? Atau dia hanya berpura-pura kuat agar bisa tetap menyandang nama Wijaya? Ck...ck.. kakak yang malang. "Hallo bang Angga!" Kent cengo saat melihat Angga yang sudah berdiri disebrang jalan. "Sejak kapan pria bangkotan itu berada disana?" Zera mencubit pinggang adiknya. "Kamu ini Kent kalo ngomong suka seenak jidat saja!" Angga segera menghampiri Zera dan Kent. "Mau kemana?" "Jalan-jalan donk!" Jawab Kent dengan wajah congkaknya. Angga mengabaikan Kent,pria itu menggandeng Zera untuk ikut menyebrang bersamanya. "Kak Angga! Kok Kent ditinggal?" Kesal Kent yang hanya dibalas dengan kikikan kedua kakaknya. Anak bontot memang selalu teraniaya. Menyebalkan! Saat Kent dan juga Zera akan masuk kedalam mobil Angga,senyum pria menyebalkan membuat mood Zera seketika berubah total. "Kenapa kakak aja Rigel?" Rigel nampak biasa saja mendengar pertanyaan Angga. "Pas kamu telfon! Bang Angga memang sedang nongkrong sama Rigel." "Hai little pig!" Zera menatap dinis Rigel. Sedang Kent! Dasar penghianat. Pria bodoh itu terus saja memandang Rigel dengan tatapan kagum. Pria setampan Kent mengagumi Rigel? Apa tidak salah? Begitu tampankah Rigel hingga Kent benar-benar terpesona oleh wajah tampan pria itu. "Dokter Rigel. Kenapa sangat tampan?" Pertanyaan macam apa itu? Membuat Zera ingin muntah saja mendengarnya. Rigel mengulas senyum tipisnya kearah Kent. "Kent juga tampan." Wajah Kent bersemu merah. Gila! Ini gila. Bagaimana bisa adiknya yang super cablak dan bermulut pedas itu tersipu malu. Hellow Kent apa kau masih normal? "Kent! Kamu masih normal kan?" Seketika wajah Kent berubah kesal. "Zera fikir Kent homo? Isstt! Kent normal tau! Hanya saja Kent begitu mengagumi kak Rigel. Dia tampan,kaya raya,smart,dokter pula. Beh! Cewek mana yang gak kelepek-kelepek. Coba?" "Aku!" Jawab Zera asal sambil melirik kesal Rigel. "Sudah-sudah. Ini mobil sudah jalan tapi gak tau arah tujuan nih! Sama kayak hidup aku yang suram. Beh!" Seketika Kent terbahak dan Zera berdecik sinis. "Ada yang siap dianggurin. Nunggu yang kayaj gimana baru bisa sreg?" Ketus Zera. Sedang Kent menggeleng-gelengkan kepalanya. "Emang susah punya Abang satu tetapi kurang tampan!" Rigel hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan ketiga saudara yang tidak ada beres-beresnya. "Kita langsung ke mall sebelah kantor aja bang!" "Siap upik abunya Rigel." "Bang!!!" Teriak kesal Zera danbyang dibicarakan hanya diam sambil memandang layar ponselnya. . . . . . "Kak Zera beneran beliin Kent sepeda gunung?" Zera mengangguk. "Kenapa? Gak cocok atau mau berubah haluan?" Tanya Angga kesal kepada adik bontotnya yang selalu meminta lebih kalau sudah dikasi hati. Kent menggigit bibir bawahnya. "Enggak gitu bang! Kemaren Amora sama papa keasrama anterin sepeda gunung." "Ah! Jadi lo udah berhianat?" Angga menatap sinis Kent. Kent mengibas-ngibaskan kedua tangannya,menampik tuduhan Angga. "Gak! Gak kok bang! Lo tau sendiri kalau papa sudah berkata Kent mana berani menjawab." "Lo tau kalau itu sepedah dari Arlan?" Kent menggeleng. "Papa cuma bilang. Ini hadiah buat Kent. Gitu doank." "Ya sudah! Gak apa-apa. Kamu mau beli apa Kent? Biar Zera beliin!" Kent merasa tidak enak,ia menggeleng sambil menundukkan kepalanya. "Maafin Kent Zera." Zera tersenyum lalu merangkul adik bungsunya. "Gak apa-apa! Zera cuma ingin lihat Kent bahagia." Zera menarik tangan Kent keluar dari stand toko sepeda gunung dan segera mengajaknya masuk kesalah stand handphone ternama dimall yang mereka kunjungi. "Yang ini donk kak!" Zera menunjuk salah satu ponsel mahal dietalase toko. Lalu menunjukkannya kepada Kent. "Kent mau ini?" Kent menggeleng. "Gak! Kent udah punya." "Ponsel Kent kan udah ketinggalan jaman. Kent mau ya! Zera belikan ponsel baru?" Bujuk Zera. Kent masih terdiam. Ia melirik Angga dan dibalas anggukan oleh kakak sulungnya. "Boleh deh!" Jawabnya sambil tersenyum. "Beneran gak bikin Zera bangkrut kan?" Zera terbahak. "Gak lah Kent. Zera kan sayang Kent. Zera kerja juga buat Kent kok! Adik Zera paling tampan!" Ini yang Kent suka,Zera selalu tulus menganggapnya adik meski ia tau jika ayahnya sangatlah bersalah kepada Zera namun mesli begitu ia selalu menganggap Kent adik kandung yang harus selalu ia bahagiakan dan juga ia lindungi. "Ya udah dibungkus ya!" Kent mengangguk. "Makasih kak Zera." Gumamnya pelan,tanpa terasa ia menitikkan air matanya. Angga tau itu,ia segera melangkah mendekat lalu mengusap bahu adiknya. "Lo harus janji sama abang! Selalu lindungi Zera dari nenek dan juga papa!" Kent mengangguk samar,sungguh ia tidak tahan jika melihat Zera selalu disakiti. Karena alasan itulah Kent memilih untuk hidup diasrama. Kent tidak ingin melihat Zera menangis,Kent ingin segera tumbuh dewasa,kelak Kent akan membawa pergi kakaknya dari rumah neraka yang selalu Angga dan Kent sebut. Rumah besar namun hanya setan yang berpenghuni didalamnya. Tidak ada yang mempunyai ahlak dan juga hati bersih. Yang ada hanya kebencian dan kekuasaan saja yang ada diotak para penghuni. Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN