Saya Tidak Bisa Memilih

2102 Kata

Ketiga cowok itu sampai di asrama menjelang jam tiga pagi. Mereka naik lewat gerbang belakang. Gudang sudah direnovasi pasca kebakaran waktu itu. Arbi menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah gudang. “Kenapa, Bi?” Nenda menoleh, mendapati cowok itu terpaku. “Dulu di sana awal saya bertemu pak Aryo.” Denis terhenyak. Matanya menatap Arbi yang tampak gemetar. Dalam beberapa detik kakinya seperti lemas tanpa sebab. Arbi menggeleng pelan. Nenda dan Denis berpandangan, lalu mengangguk. Mereka berdua terpaksa menggendong Arbi pergi dari sana. Menyelinap lewat pintu lain. Mereka sampai di kamar asrama. Awalnya Nenda mengira Arbi akan terpuruk dan menangis mengingat semuanya. Denis bahkan sudah menyiapkan kata-kata untuk menghibur Arbi. Namun nyatanya, Arbi sudah tertidur dengan posisi be

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN