bc

Dokter Jiwaku Membuatku Menggila

book_age18+
1.1K
IKUTI
15.4K
BACA
revenge
HE
heir/heiress
drama
bxg
mystery
brilliant
campus
professor
like
intro-logo
Uraian

[WARNING 21++] Kupu-Kupu Malam Sang Dosen Season 2.

Kalvin Dirgantara dan Zayda Ilsa Mahajaya saling mencintai.

Akan tetapi, tiba-tiba sebuah kebenaran terungkap yang meledakan semua mimpi mereka, keduanya tidak bisa bersama!

Hal itu membuat Zayda depresi berat setelah mengetahui kebenarannya dan dia harus berkonsultasi dengan seorang dokter kejiwaan pilihan sang ayah.

Bisakah Zayda melewati fase depresinya dan sembuh? Atau kejiwaannya semakin terpuruk?

Sementara Kalvin pun harus mengubur semua cintanya, tidak mungkin dia menikahi gadis cantik itu. Kalau bukan dengan Zayda lantas siapa gadis yang menyembuhkan sakit hati seorang Kalvin?

Lanjut baca kisah mereka ekslusif hanya di Innovel/ Dreame.

Tapi sebelumnya, jangan lupa untuk masukan cerita ini ke pustaka kalian, klik love/ tanda tambahnya. Berikan komen/hadiah/tiket bulanan terbaik kalian untuk support author. Terimakasih.

chap-preview
Pratinjau gratis
Dosen Kaku.
"Zayda, semester ini kita dapat mata kuliah yang katanya dosennya itu dingin dan kaya kanebo kering, kaku, gak ada senyumnya sedikitpun," seru seorang mahasiswi yang baru saja mengambil jadwal mata kuliah untuk semester barunya. Dengan serius Zayda membaca KRS perkuliahaannya beberapa mata kuliah yang harus dia ikuti satu semester ini. "Mata kuliah apa?" tanyanya balik tanpa menatap lawan bicaranya. "Mata kuliah Kesehatan Mental," jawab sang sahabat singkat. "No.3 tuh," tambahnya seraya menunjuk. "Kalvin Dirgantara," gumam Zayda menyebut nama sang Dosen. Seperti apa sih orangnya? Masa iya sedingin yang sahabatnya bilang? Tidak ada senyum? Kenapa ada pria seperti itu? Sedangkan sebagai dosen terlebih dia dosen yang mengajar di fakultas psikologi berarti latarbelakang pendidikannya juga tidak jauh dari psikolog atau psikiater dong, seharusnya mereka ramah karena berinteraksi dengan banyak orang terlebih jika ada pasien yang konsultasi. Benak Zayda terus berasumsi dengan sendirinya. "Za! Hello ... ya, dia melamun!" Fina sang sahabat sampai melambaikan tangannya di depan wajah cantik gadis tersebut. Zayda terhenyak. "Sorry, sorry, iya tadi sedikit melamun," akunya. "Jangan bilang loe ngelamunin si dosen beku itu?" "Sebenernya sih iya, gua penasaran seperti apa dia?" "Heum, jangan kumat loe!" Zayda tertawa renyah mendengar ucapan sang sahabat. *** Sementara itu di sebuah rumah yang penuh kehangatan di dalamnya, satu keluarga sedang menikmati sarapan pagi mereka sebelum beraktifitas. "Senior aku tuh kelewatan deh, Pa, Ma. Masa aku di suruh masuk kamar mayat terus di suruh pasang kondom ke alat vital mayat," ungkap Dhyana di tengah keluarganya menikmati sarapan mereka. "Hahaha ...," Kalvin tertawa lepas mendengar cerita Dhyana-adik perempuannya yang sedang curhat bagaimana dia menjalankan Ospek di kampusnya. "Mas Kalvin parah banget sih, orang kesusahan dia malah ketawa. Tertawa di atas penderitaan orang lain!" balas Dhyana dengan bibir mencebik. Sementara itu Karel dan Via tertawa kecil melihat interaksi kedua anak mereka meski sudah dewasa tapi seperti anak kecil. "Pa, Mas Kalvin tuh," adu sang putri bungsu Karel dan Via karena merasa terpojok oleh tawa Kalvin. "Siapa suruh kuliah kedokteran?" timpal Kalvin. "Aku kan pengen seperti Papa sama Mama, jadi dokter. Mas Kelvin sendiri yang aneh malah jadi Dosen, kayanya keturunan kita gak ada yang jadi Dosen deh," cerocos Dhyana. Kelvin menggedikan kedua pundaknya, dia sendiri tidak tahu kenapa pada akhirnya menjadi pengajar. Padahal dia itu Dokter Spesialis Kejiwaan sama seperti Karel-sang ayah. "Hei, aku ini dokter Kalvin Dirgantara, SP. KJ loh sama kaya Papa," sahut Kelvin dengan bangga. "Iya tapi malah sering di kampus dari pada rumah sakit," debat Dhyana tidak mau kalah. Sementara itu, ucapa Dhyana membuat Via tersentak. Karel yang melihat perubahan Via langsung mengambil alih percakapan pagi ini, "Cepat habiskan sarapan kalian, kita sudah terlambat." Karel menatap jam tangan mahalnya kemudian menatap Via. "Kamu sudah selesai, Sayang?" tanya Karel mesra pada istrinya. "Mas, kamu gak iri sama Papa dan Mama ya? Mereka begitu romantis. Pacar kamu mana, Mas?" celetuk Dhyana. "Dhy, jangan godain Mas-mu terus," bela Via sambil merapihkan bekas sarapannya dan suaminya meski ada asistent rumah tangga di sana yang merapihkan meja makan. "Mama mah selalu belain Mas Kalvin." Sontak Via mendelik pada putrinya, gadis yang baru masuk fakultas kedokteran itu semakin besar semakin membuat Via terkadang pusing sendiri dengan tingkah sang putri. Karel mengulas senyum sambil mengusap punggung istrinya. Sebuah kode agar Via bersabar menghadapi anak yang baru beranjak dewasa itu. Apa yang Karel lakukan padanya membuat Via akhirnya menghela napas panjang. *** Tiga buah mobil sudah berbaris rapih di area halaman depan rumah besar bak istana milik Karel dan Via. Satu mobil Karel dan Via, satu mobil Kalvin dan satu mobil Dhyana. Sebelum masuk ke dalam mobil meski sudah dewasa Via selalu membiasakan mencium kening kedua anaknya setelah anak mereka mencium tangannya dengan takjim. Meski selalu beradu mulut dengan sang ibu, Dhyana tetap menghormati Via sebagai wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini. "Aku pergi dulu, sampai bertemu nanti malam, Pa, Ma," pamit Dhyana sambil melambai dari dalam mobilnya. "Hati-hati di jalan, Sayang, jangan ngebut!" pesan Via pada putrinya sebelum Karel menutup jendela kaca mobilnya. "Kamu juga, Vin," sambungnya pada putra pertamanya. Kalvin membalasnya hanya dengan anggukan kepala dan senyum khasnya yang selalu membuat Via tidak bisa melupakan sosok di balik senyum khas milik Kalvin. Jangankan senyumnya, mata, dan garis wajah Kalvin sangat mirip dengan sosok itu. "Kita berangkat?" tanya Karel seperti biasanya dia selalu mencium tangan Via sebelum melajukan mobilnya. Via mengulas senyum sambil mengusap pipi suami terbaiknya itu dengan lembut. "Yuk, pasien kita sudah pada menunggu di rumah sakit," jawab Via lembut. Semua mobil melaju perlahan melewati gerbang besar, begitulah rutinitas pagi di keluarga Dirgantara. *** Mobil sedan mewah milik Kalvin langsung terparkir di tempat khusus, ya khusus untuk pada dosen di Universitas Swasta ternama itu. Setelah mematikan mesin mobilnya, Kalvin keluar dengan membawa tas kerja yang berisi laptop dan beberapa buku di tangannya. Dosen termuda yang mengajar di sana sudah pasti menjadi incaran para mahasiswi yang sedang menuntut ilmu di Universitas tersebut. Selain menuntut ilmu mereka juga menuntut perhatian dari Kalvin sebagai dosen mereka. Segala cara mereka lakukan agar bisa lebih lama berbincang bersama sang dosen yang penuh pesona tersebut. "Zayda," panggil Fina. "Zayda!" ulangnya seraya menyikut lengan sang sahabat yang malah asik sama ponselnya. "Ck! Apa sih? Gak bisa liat orang senang dikit loe mah!" gerutu gadis berwajah manis itu karena menganggu kesenangannya yang sedang menonton live di platform belanja online pakaian branded dan aksesoris mahal lainnya. Keranjang orange di sudut kanan ponselnya sudah sangat penuh terlihat dari jumlah angka di sana. "Lihat dulu itu siapa yang datang," seru Fina. Gemas karena Zayda mengacuhkannya, Fina menangkup wajah mungil gadis yang duduk di sebelahnya itu kemudian menariknya ke kanan agar menatap apa yang dia maksud. "Apaan sih ...." Ketika kepalanya menoleh dan matanya melihat sosok yang Fina maksudkan, Zayda sampai tidak dapat melanjutkan kalimatnya. Dia langsung tertegun, terpesona lebih tepatnya karena melihat sosok yang baru saja keluar dari mobil hitam mahal yang terparkir ditempat khusus tersebut. "Itu dosen kaku yang gua maksud." Kembali Fina berseru. Zayda mengangguk-anggukan kepalanya setuju dengan ucapan sang sahabat. Raut wajah tegasnya memang sangat terlihat kaku, pria muda itu bahkan tidak membalas senyuman mahasiswi yang menyapanya dengan ramah. "Ganteng sih, tapi kenapa dia begitu kaku? Dingin dan ... misterius," gumam Zayda. "Heum .... kayanya ada yang jatuh cinta pada pandangan pertama nih ...," ledek Fina. "Ck! Apaan sih loe! Gua itu mau fokus kuliah dulu," kelit gadis berambut hitam panjang itu dengan sombongnya. "Halah! Gaya loe fokus kuliah, dua semester awal kemarin aja udah 10 orang senior jadi mantan loe, Za!" Zayda langsung membungkam mulut Fina karna volume suaranya begitu keras sampai membuat Kalvin yang berjalan di depannya sempat menoleh ke arah mereka. Gadis berwajah mungil dan berhidung mancung itu mengulas senyum dan sedikit mengangguk kecil ketika mata Kalvin menatapnya. Namun, senyum manis itu seketika pudar saat Kalvin membuang pandangannya ke depan dan terus berjalan tanpa membalas sedikitpun senyum Zayda. "Sombong banget!" Bibir Zayda mencebik kesal. Dan mulai hari ini dia bertekat akan membuat sang dosen jatuh cinta padanya.

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook