"Sayang, bangun udah take off," ucap Darka pelan, menggoyangkan bahu Linggar secara perlahan.
Darka tidak percaya, bahwa ia bisa mengatakan sayang lagi, kepada wanita di sampingnya ini. Ah ya, ia sudah lama sekali tidak mengucapkan kata-kata itu. Walau ia tahu Linggar tidak mendengarnya.
"Linggar bangun, sudah mau take off and landing," ucap Darka kembali menggoyangkan bahu sang mantan. Oh Tuhan, wanita cantik ini ternyata tidur nyenyak sekali.
Linggar membuka matanya secara perlahan. Awalnya kabur perlahan ia memfokuskan penglihatannya. Ia cukup sadar bahwa ada seseorang yang membangunkannya. Ia memandang iris mata berwarna hitam tepat di hadapannya.
"Maaf aku membangunkan kamu, untuk jangan tidur dalam keadaan take off and landing. Karena akan berdampak pada kekosongan udara dan saluran eustachius, bisa membuat telinga budeg. Kamu seorang perawat, pasti sudah mempelajarinya," ucap Darka, ia mengelus rambut berwarna coklat Linggar
Linggar yang mendengar itu lalu mengerutkan dahi, ia tersadar bahwa ia sedang bersandar di bahu bidang Darka, dan posisi memeluk lengan. Pantas saja, tadi ia merasa ada perasaan hangat dan nyaman gimana gitu. Linggar mengetahui posisi seperti ini, ia dengan cepat menjauhi tubuhnya.
"Tadi, gue tidur di sebelah kiri,"
"Mungkin kamu sudah mengambil posisi paling nyaman, yang kamu rindukan selama ini,"
Linggar sulit mencerna kata-kata itu, ia hanya melirik Darka yang tengah memandangnya. Mungkin efek baru bangun tidur, jadi ia tidak menjawab pernyataan Darka. Iris mata itu masih memandangnya intens. Laki-laki itu akan berbicara cukup serius kepadanya.
"Masalah yang kita hadapi sekarang, bukan mencari orang baru, tapi memperjuangkan seseorang yang telah membuat kita nyaman," ucap Darka lagi.
"Sebaiknya kita memeperjelas apa yang kita hadapi, agar tidak ada lagi sesak di antara kita,"
Linggar mengerutkan, ada kata-kata tersirat di setiap kalimat laki-laki itu. Linggar mulai mengerti arah mana pembicaraan Darka. Ia merapikan rambut dengan jari-jari tangannya.
"Masalah kita udah selesai, lo bukan siapa-siapa gue," ucap Linggar ketus.
"Tapi aku mau membahasnya, dan memperlurus keadaan ini,"
"Ya lo lurusin aja sendiri, emang gue peduli,"
"Ya sama-sama lurusinnya, agar hubungan kita berjalan dengan baik,"
"Gue enggak mau, Lo jauh-jauh deh dari gue, sebel gue liat lo,"
"Mau jauh gimana lagi, tadi kamu aja malah peluk-peluk aku,"
"Itu karena gue enggak tahu, ya emang enggak sadar,"
"Ya, aku maklumi sih, kita udah lama enggak ketemu juga, dan pastinya kamu kangen bangetkan sama aku, ngaku aja enggak apa-apa kok,"
Linggar ingin sekali membenturkan kepala Darka, yang seenaknya mengatakan dirinya kengen.
"Mimpi aja, jangan GR,"
"Buktinya kamu tidur dipelukkan aku,"
"Kan gue udah bilang, enggak sadar,"
Darka tersenyum dan mendekatkan wajahnya, "Aku suka kok, sering-sering aja enggak sadar,"
"Ih,"
"Kamu manis sekali, kalau keadaan kesal seperti ini,"
"Sorry ya, gombalan lo enggak bakalan mempan," ucap Linggar, ia mengibaskan rambutnya mendadak gerah.
Alis Darka terangkat, sang mantan tidak menggunakan aku kamu lagi. Ok, ia bisa menerima, karena saat ini ia masih berstatus mantan.
"Aku hanya mengingat apa yang pernah aku ucapkan kepada teman-teman aku dulu. Kalau aku bertemu kamu lagi, berarti kita jodoh,"
Linggar yang mendengar itu ingin muntah,
"Ya, jelaslah ketemu, karena ini pernikahan ceesan lo, jangan mimpi gue jodoh lo. Gue enggak mau lah,"
Darka menarik nafas, dan menarik lengan Linggar, agar sang mantan memandangnya. Deru nafas terasa di permukaan wajahnya. Wanita cantik inilah yang ia inginkan.
"Sebentar lagi mimpi ini akan jadi kenyataan, kamu bakalan suka lagi sama aku,"
"Jangan pernah mimpi, sana jauh-jauh,"
Linggar menepis tangan Darka, dan ia lepas dengan sekuat tenaga. Darka tersenyum dan melepaskan cekalannya.
***
"Kita langsung ke Uluwatu nih"
Mereka kini telah berada di dalam mobil taxi bandara berwarna biru. Mobil taxi itu membawa mereka ke Uluwatu, sesuai arah tujuan mereka.
"Iya, sekalian cari hotel yang deket, Alila Villa Uluwatu," ucap Dian.
"Enggak nginap di villa uluwatu aja gitu, enggak repot bolak balik, tempatnya keren juga," ucap Linggar, ia menekuni ponsel dan mengirim pesan singkat kepada Tita, bahwa dirinya telah tiba di Bali.
"Kamar hotelnya sudah penuh, mungkin sudah di boking sama teman-teman orang tuanya Ayana, yang pejabat itu," Liam menyandarkan punggungnya, sambil memeluk bahu Dian.
"Owh gitu, keren sih tempatnya, ada chapel nya gitu kan di sana," ucap Linggar lagi.
"Tahun lalu Ayana pernah bilang, dia bakalan nikah di Alila Villa Uluwatu, sesuai dengan ia inginkan," ucap Dian.
"Ingat kok,"
"Waktu itu pas lo masih jadian sama Darka,"
"Jangan bahas itu deh," ucap Linggar kesal.
"Gue enggak bahas, hanya mengingat Ayana katakan waktu itu. Liburan tahun lalu kita di Bali kan. Kita emang berenam, sama pasangan masing-masing. Lo masih gandengan tangan sama Darka, peluk-pelukkan juga, sama ngemasi kamar Darka," Dian menceritakan dan ia memang sengaja agar Linggar mengingat masa lalu.
"Tuh kan lo masih bahas itu lagi,"
"Iya, iya, gue enggak bahas lagi,"
Liam menoel bahu Darka, yang duduk di depan bersama supir,
"Men, mantan lo sensitif banget kalau bahas masa lalu. Kenapa sih mantan lo kayak gitu? padahal hanya masa lalu, men," ucap Liam sengaja mengeraskan volume suaranya, agar Linggar mendengar ucapannya
"Biasalah men, gagal move on, tadi di pesawat peluk-peluk gue. Padahal sebenarnya gue kangen juga sama dia," ucap Darka tenang, sambil melirik Linggar dari kaca dasbor.
"Jadian aja lagi,"
"Itu mau gue men, tapi lebih baik lo tanya dia aja, mau enggak sama gue,"
Liam lalu menoleh ke arah Linggar, dan memandang wajah cantik itu.
"Ling, lo mau balikkan lagi enggak sama mantan lo,"
"No way," dengus Linggar.
"Kenapa?" Tanya Liam penasaran.
"Itu urusan gue lah," ucap Linggar.
"Ling lo mau tau enggak?" Ucap Liam lagi.
"Apa,"
"Lo tau Tasya Kamila artis cilik, yang wajahnya imut imut dan cantik itu,"
"Tau kok,"
"Sekarang dia kuliah di Colombia University,"
"Terus apa hubungan sama gue,"
"Tasya Kamila suka sama mantan lo,"
"Ya terserah dia,"
"Sekelas Tasya Kamila aja suka sama teman gue. Masa lo enggak,"
"Karena gue bukan Tasya Kamila,"
Baginya ke dua laki-laki itu sudah sinting. Sumpah, si Darka sekarang sudah melepas urat malunya untuk mendapati Linggar.
"Udah lah men, dia enggak suka sama gue," Darka menahan tawa mendengar ucapan Liam. Bawa-bawa Tasya Kamila lagi, kenal aja enggak sama bocah satu itu.
"Enggak bisa gitu men, dia harus tahu yang sebenarnya,"
"Ya, lo jangan ngomong depan dia lah, kasihan nanti dia nangis, kalau Tasya Kamila suka sama gue,"
"Sebenarnya gue enggak mau kasih tahu men, tapi terpaksa,"
"Udahlah men jangan dibahas lagi," ucap Darka.
"Dia harus tahu men, bahwa Cinta Laura juga suka sama lo,"
"Cinta Laura hanya teman gue men,"
"Tapi dia suka sama lo juga men,"
"Tapi gue kan masih suka sama mantan gue men,"
"Sekarang dia enggak mau sama lo men, udahlah lo jadian aja sama Tasya Kamila,"
"Gue masih usaha men, kalau udah mentok. Baru deh gue beralih ke Tasya Kamila, gimana sih lo !,"
"Denger-denger temannya Mario suka sama lo,"
"Siapa lagi tuh men,"
"Si Putri, host nya My Traveller,"
"Owh, yang artis itu ya,"
"Iya,"
"Dia bilang apa sama lo,"
"Dia bilang suka sama lo, secara lo keren men, dia ngajakin nyelam bareng gitu,"
"Gue pikir-pikir dulu deh men, gue kan masih berharap sama mantan gue,"
Dian hanya bisa menahan tawa, mendengar percakapan absurd Liam dan Darka sepanjang perjalanan menuju Uluwatu. Sementara Linggar menahan kesal mendengar ucapan si gondrong itu, yang sengaja memanas-manasinya.
***