Melempar tasnya dengan sembarang. Calya merebahkan tubuh ke atas tempat tidur. Terlalu malas untuk menyeret langkah menuju kamar mandi. Mengela napas panjang. Gadis itu menatap langit-langit kamar dengan gamang. Hari pertamanya di kafe milik Hasta cukup melelehkan. Mungkin seharusnya dia menuruti ucapan Hasta agar tak perlu terjun langsung untuk mengurusi para tamu lebih dulu. Memerhatikan para pramusaji di sana dan belajar cara mereka melayani para tamu. Tapi Calya kira, jika dia tampak cekatan dalam waktu singkat, Hasta akan kagum padanya. Menilainya dengan pandangan yang berbeda. Bukan lagi gadis manja yang bisa mendapatkan apa pun dengan mudah. Sayang, hal itu tak terjadi, karena Hasta bahkan begitu jarang ia lihat batang hidungnya. Sepanjang hari, pria itu terus mendekam di rua