Pajak Jadian

1915 Kata

        Dewa tidak tahu sepenuhnya tentang apa semua ini. Mengapa ia mau mengantri hanya untuk membeli obat padahal hari masih pagi dan ia seharusnya masih tidur. Dewa tidak pernah repot memikirkan orang lain. Selama ini ia hanya mementingkan kebutuhan pribadinya dan tidak perduli pada orang di sekitarnya. Hanya saja ketika melihat luka di tangan Dewi tadi, pikirannya hanya memikirkan tempat ini.         “Nyari apa, Mas?” tanya si apoteker.         “Obat luka sama salep buat lebam.”         “Perlu kain kasa dan perban?” Si apoteker bertanya lagi.         “Semua hal yang diperluin untuk pertolongan pertama,” jawab Dewa akhirnya. Karena setelah mencari di setiap sudut tempat di rumah Dewi tadi, Dewa tidak bisa menemukan kotak obat. Dewa pikir mungkin perempuan itu menyimpannya di dalam

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN