4.Hari Ke Lima

1182 Kata
    Viza bangun pagi ini dan langsung mengetuk kamar Banu, saat ketukan ketiga pria itu sudah membuka pintu untuk Viza. "Bang Angga kita kemana hari ini?" "Aku pikir kita libur berjalan-jalan hari ini. Kamu bilang lelah semalam." Viza menunjuk wajah Banu kesal. " tugas kamu itu sebagai pemandu wisata saya, dan saya kesini mau jalan-jalan bukan mau santai-santa mendekam dikamar hotel. Di Wieldburg juga saya bisa kalau mau mendekam dikamar hotel tanpa digangu" "Kamu bilang apa tadi?" tanya Banu memastikan. Ini nona manis kenapa ngomongnya cepat dan panjang banget kayak kereta api. "Lupain, sekarang ayo kita jalan. Aku mau ke ubud, kamu belum ajak aku kesana kan. Sekalian carikan hotel yang bagus ya." Banu mengangguk paham dan melihat Viza yang sudah pergi dari depan kamarnya. Wajah Viza yang baru bangun tidur sungguh menggemaskan batin Banu. ****     Banu kali ini tidak menyetir mobil sendiri, dia terlalu lelah. Dia duduk dibangku belakang dan Viza disebelah supir. Supir ini adalah supir keluarga Jayker yang tinggak di Villa mereka di Nusa Dua. Tapi Banu sudah memberitahu si supir untuk tidak membongkar jati diri Banu sesungguhnya. Saat memasuki daerah ubud Pak Made masuk di kawasan Monkey Forest yang berada di Desa barang tegal Anyer. Mereka singgah disini terlebih dahulu sebelum menuju hotel, Viza seperti biasa berjalan didepan Banu. Dia begitu takjub dengan pohon-pohon besar yang dia lihat juga ada sebuah Pura untuk tempat beribadah. Semakin memasuki kawasan ini semakin banyak monyet yang dilihat Viza. Banu memberikan Viza pisang untuk Viza berikan ke pada monyet-monyet itu. Viza geli karena salah satu monyet ekor panjang itu memanjat tubuhnya. Banu memfoto Viza. tak merasa ada yang aneh Viza memegang tangan Banu kemana pun dia melangkah dihutan itu. "Sepertinya kau menyukainya nona?" "Sangat. Ini sungguh luar biasa". Viza terkekeh saat salah satu monyet mencium tangannya. "Bang Angga sepertinya lebih baik kita jalan-jalan dulu baru ke hotel. Setuju?" Banu mengangguk lalu setelah dua jam disana Banu mengajak Viza untuk ketempat lainnya didaerah Ubud tentunya. Mereka melanjutkan perjalanan ke sebuah kebun binatang ' Elephant Sapari Park' Viza sibuk mengambil foto-foto gajah Sumatra itu dan sesekali berselfie dengan latar belakang Gajah. Banu mendekati Viza dan memberikan makanan Gajah kepada Viza. "Ini untuk apa?" "Makan." jawab Banu singkat. "Siapa?" "Kamu". Viza melotot membuat Banu tertawa. Viza mengejar Banu yang sudah berlari takut kena lempar oleh Viza. "Hahahah... Sorry, ya buat gajah itulah." Viza cemberut dan merajuk. "Duh nona manis jangan marah dong, kasian tuh gajahnya lapar." Viza mencubit kecil perut Banu dan berlari menjauh dari Banu yang tadi merangkulnya. "Kamu yakin gajah ini makan ini?" "Iya lah, kalau gajah doyan keju ya kamu kasih aja keju." Viza kembali mencubit perut Banu. "Awww....cantik-cantik kok doyan banget nyubit sih." Banu mengusap perutnya dan Viza tertawa. Setelah selesai memberikan makan pada gajah itu tangan Viza ditarik Banu untuk ketempat lain dikebun binatang itu. "Kemana?" "Berenang sama gajah." Viza lalu melihat pengunjung lain yang seperti berada didalam kolam yang naik dipunggung gajah. Viza sedikit canggung. "Ayo naik." Viza menggeleng. Banu tidak mengerti. "Aku gak bakal macem-macem nona, kamu dibelakang aku kalau kamu gak percaya." Viza mengangguk dan mereka berdua naik diatas punggung gajah itu. Pawang gajah menyuruh Viza memeluk Banu dari belakang dan dengan terpaksa Viza mengikuti perintah si pawang. Gajah yang mereka naiki membawa mereka bermain air, saat Gajah itu bergerak naik Viza dengan erat memeluk tubuh Banu dan berteriak bahagia. Liburannya benar-benar menyenangkan karena Tour guide nya ini. Baju mereka basah akibat Gajah yang duduk dan tiba-tiba bangkit. Sangat lucu bagi Viza dan Banu. "Kamu udah kedinginan ya?" Viza mengangguk, dan Banu mengerti. Dia meminta si pawang membawa mereka keluar dari air. Dan mereka berkeliling sebentar di kebun binatang itu dengan menaiki gajah, Viza masih memeluk tubuh Banu. Viza meminta tolong pawang itu untuk memfoto mereka. Setelah puas melihat pemandangan mereka akhirnya kembali ke mobil. "Kamu lapar?" Viza mengangguk. "Bang Angga aku mau ganti baju dimobil sekarang ya. Males mau ke toilet, kaca nya juga gak tembus kan?" Banu menelan ludahnya sendiri membayangkan perkataan Viza. "Woi... Kamu jaga diluar sama Pak Made. Awas kalau ngintip." Banu berdecak saat Viza memasuki mobil, Banu melihat mobil yang bergoyang-goyang karena gerakan Viza didalam mobil. Dan tak tahan untuk tidak melihat akhirnya Banu menoleh kekaca mobil. "Jangan liat.....". Teriak Viza dari dalam mobil. Dan Banu terkekeh, dia sempat melihat sedikit bayangan menggoda didalam mobilnya. *****     Kamar Viza yang didesain dengan dinding Kaca membuat dia bisa melihat indahnya sunset dari dalam kamarnya. Dia sangat beruntung bisa menyaksikan pemandangan seindah ini ditempat yang indah juga. Viza bingung bagaimana caranya Angga bisa mendapatkan kamar bagus dengan view yang luar biasa ini. Viza menurunkan kakinya untuk memijak lantai kayu dikamarnya. Dia berjalan membuka pintu dan menuju kamar sebelahnya yang merupakan kamar Angga. Ternyata Angga melakukan hal yang sama dengannya, menikmati sunset diatas tempat tidur. Tapi ada sesuatu yang dipegang Angga, dan itu membuat Viza lapar lagi. "Bang Angga boleh minta itu?" tunjuk Viza kearah mie rebus yang dipegang Angga didalam sebuah mangkuk. Angga mengangguk. "Itu aku masih banyak, dikamar kamu juga mungkin ada. Ambil aja." Viza menggelang. " Aku gak bisa memasaknya." "Uhuk.. Uhuk...." Banu sampai terbatuk-batuk mendengar seorang wanita tidak bisa memasak mie instan. "Kamu gak bisa masak mie instan? Jangan-jangan masak nasi juga gak bisa.?" Tanya Banu dan Viza mengangguk, dia memang tidak bisa melakukan semua itu.  "Dirumah ku aku tidak boleh masuk ke dapur, apalagi memasak." Banu melihat Viza dengan tatapan tak percaya. Memasak itu tugas seorang istri, benar kata Brian. Tidak akan ada wanita dengan kriteria yang dia inginkan. "Kalau nona tidak bisa memasaknya, minta pihak hotel membuatkannya." Viza tersenyum, benar juga pikirnya. Dia langsung menelpon receptionist dan duduk disebelah Banu. Bagaimana bisa aunty nya kenal tour guide setampan ini, andai Angga adalah seorang pangeran. Dia pasti sudah memanfaatkan situasi kedekatan mereka ini. Jika kalian berpikir Viza matrealistis itu salah, dia bukan mengincar tahta. Hanya saja Viza ingin memiliki kehidupan yang sama bahagianya dengan kedua orang tuanya. "Bang Angga sudah lama menjadi tour guide?". Banu diam dan melihat Viza disampingnya. Lalu dia lebih mendekatkan wajahnya ke wajah Viza.  "Tidak, ini yang pertama bagiku." suara serak Banu menghipnotis Viza, Banu meletakkan mangkuk yang dia pegang, tanpa Viza tahu. Mata mereka berdua saling menatap dan menanyakan sesuatu. Lalu perlahan tangan Banu terulur menangkup wajah Viza. Beku, Viza beku dengan sentuhan dan tatapan Banu. Dia ingin menolak tapi juga menikmati setiap sentuhan Banu diwajahnya. Saat jarak mereka berdua sudah tidak ada jarak lagi Banu semakin membuat Viza kehabisan energi untuk menolak pesonanya. "Kamu sangat indah...." dengan tulus kalimat menggelikan itu keluar dari mulut Banu. Perlahan dia mencium Viza, tidak ada lumatan. Hanya menyentuh bibir berwarna merah muda dan terasa manis sekali saat Banu menyecapnya sedikit. Banu menarik tubuhnya menyadari ada sesuatu yang berdiri tegak dibawah sana, Viza juga seakan terkejut dengan apa yang baru mereka lakukan. "Nona sorry, saya sangat terpesona dengan anda dan____," Belum sempat kalimat itu berakhir Viza sudah bangkit dan berlari menuju kamarnya. Viza menutup pintu kamarnya dan menutup semua kain jendela berwarna putih itu. Ini ciuman pertamanya, ya ampun jantungnya berdetak cepat, wajahnya memanas, ciuman tadi hampir membuatnya terbang tinggi. Dia harus segera kembali ke Wieldburg, ya dia harus kembali. BERSAMBUNG....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN