MCKR 12 – Sebuah Fakta Mengejutkan Tentang Albie

975 Kata
“Kemarin dia datengin gue, gue nggak tau kenapa dia datengin gue gitu aja. Dan dia langsung bilang kalau dia suka sama lo. Gue pikir dengan lo bisa ketemu sama Richo, hati lo bakalan berpaling ke Richo karena Richo juga nggak kalah ganteng dari Bang Albie. Tapi ngeliat sikap lo yang gak suka sama Richo ya gue minta maaf, niat gue cuma baik,” kata Indah mencoba menjelaskan panjang lebar.   Haura pun menghela nafas, dia tidak tahu apakah dia harus mempercayai Indah atau nggak. Namun, mengingat bagamana Indha yang terlihat jujur membuat Haura luluh begitu saja.   “Lo nggak bohong, kan?” tanya Haura.   “Ya Allah, ngapain sih gue bohong. Kalau lo nggak suka sama Richo. Nanti gue bilangin ke Richo kalau lo nggak suka sama dia. Gue bakalan pastiin kalau dia gak akan ngejar-ngejar lo lagi. Gue minta maaf kalau karena itu, lo marah sama gue. Gue nggak bermaksud apa-apa kok,” kata Indah.   “Iya, nggakpapa,” kata Haura.   Indah pun memeluk Haura, dia tidak mau kalau dia sampai kehilangan teman yang mengerti dirinya. Murid di sekolahnya memang banyak namun diantara semua temannya, hanya Hauralah yang menurutnya sangat cocok dengan kepribadian dirinya.   “Maafin gue ya?” katanya.   “Iya, jangan comblang-comblangin gue lagi ya?” kata Haura.   “Iya, enggak kok,” kata Indah lalu melepaskan pelukannya.   Indah pun merasa penasaran dengan apa yang terjadi. Dia merasa bingung pada Haura, sebanarnya, jika dilihat dari bagaimana Richo, Haura seharusnya menyukai Richo bukan sebaliknya.   “Kenapa lo marah karena Richo?” tanya Indah.   Haura menghela nafas, dia harus menyiapkan jawaban yang tepat dan tidak mengandung banyak pertanyaan lagi kepada Indah, “Gue nggak suka Richo atau siapapun. Lo kan tau, gue sukanya sama Kak Albie. Gue nggak bisa berpaling. Gak bisa dan nggak mau,” jawab Haura.   Indah pun terkekeh, “Hebat banget lo bisa setia begitu,” kata Indah.   “Iyalah, gue,” kata Haura.   “Yaudah gue dukung-dukung aja deh. Yang penting jangan kayak tadi ya? Gue nggak mau kalau lo marah sama gue. Gue bener-bener minta maaf,” kata Indah.   “Iya gue juga minta maaf ya karena gue udah marah sama lo,” kata Haura.   Indah pun menganggukkan kepalanya dengan cepat.   “Lo bener gak certain apa-apa tentang Kak Albie, ke Richo kan?” tanya Haura.   “Enggak kok. Rahasia lo aman sama gue. Tapi gue bilang apa yan tar ke dianya?” tanya Indah.   “Bilang aja gue udah punya pacar dan pacar gue Kak Albie,” kata Haura.   “Wah, bisa banget lo bikin orang ngejauh dari lo. Kalau saingannya kaya Bang Albie mah di sekolah ini gak akan ada yang mau deketin lo, Ra,” kata Indah.   Kali ini, Haura pun langsung menajamkan telinga, dia sebenarnya sempat ragu ketika Samantha mengatakan hal demikian, namun ini Indah, orang lain yang tak tahu apa-apa juga mengatakan hal serupa. Hal itu tentu membuat penasaran.   “Emang Bang Albie itu kuat banget ya?” tanya Huara.   “Mending kita sambil makan deh, gue laper banget,” kata Indah.   “Yaudah,” jawab Haura.   Haura tidak bia memaksa Indah untuk menjelaskannya, karena dia juga merasa perutnya lapar jadi dia memutuskan untuk mengikuti Indah begitu saja.   “Eh, ada tempet duduk kosong tuh di pojok!” seru Indah.   Lalu Indah dan Haura pun langsung berjalan ke pojok dan duduk di sana. Lalu mereka pun memesan makanan dan kembali mengobrol. Kali ini mereka berdua hanya makan somay dan es jeruk saja.   “Jadi, gimana?” tanya Haura yang masih penasaran dengan penjelasan dari Indah mengenai Albie.   “Ya gimana apanya?” tanya Indah.   “Nggak usah pura-pura nggak tau deh,” kata Haura kesal.   Indah pun terkekeh. Lalu, Indah pun menoleh ke kanan dan ke kiri lalu dia pun langsung mendekatkan tubuhnya pada telinga Haura yang ada di seberangnya, dia bersiap untuk berbisik. “Bang Albie itu dulunya mantan preman,” kata Indah.   Haura pun terkejut setengah mati. Dia tidak menyangka kalau ketua rohis yang tengah dikejar-kejar olehnya adalah seorang mantam preman. Ini adalah benar-benar fakta yang paling mencengangkan baginya.   “Serius lo?” tanya Haura.   Indah pun langsung kembali duduk, namun sialnya baju putihnya terkena saus kacang dari somai miliknya. “Duh, baju gue!” pekik Indah pada saat melihat baju seragamnya terkena saus kacang yang bercampur saus.   “Jorok banget sih lo,” cibir Haura.   “Gara-gara ngomongin Bang Albie nih jadi kualat kan. Dia punya jampe-jampe apa sih sampe gue sial begini,” kata Indah.   Haura pun terkekeh ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Haura. Albie tentulah bukan dukun yang bisa melakukan itu. “Makanya jangan ngomongin orang,” kata Haura.   “Ck, kan gue cuma jawab pertanyaan lo aja. Ah, sial, gue ke kamar mandi dulu ya?” kata Indah yang langsung pergi begitu saja.   “Oke,” kata Haura.   Indah sudah pergi, Haura pun harus puas dengan makan sendiri. Dia pun mengedarkan pandangannya ke arah lain, lalu dia pun melihat Albie yang tengah mencari bangku, “Kak Albie!” seru Haura.   Albie yang mendengar seseorang meneriaki dirinya langsung menoleh dan mendapati Haura di sana yang tengah tersenyum, “Duduk di sini aja, Kak!” seru Haura.   Albie mengamati meja Haura yang kosong, hanya ada Haura di sana. Dia tentu tidak mau duduk di sana karena menurutnya akan menimbulkan fitnah. Berita yang beredar saat ini mengenai dirinya yang digosipkan berpacaran dengan Haura saja membuat kepalanya pusing.   “Kak, aku sekalian mau tanya tentang program rohis!” seru Haura.   Albie pun tak bisa apa-apa. Dia sangat tahu kalau Haura tengah berbohong, namun dia juga tidak mungkin berdiri terus mencari kursi, dia bisa menghalangi siswa dan siswi yang ingin membeli makanan di belakangnya.   Akhirnya, Albie pun memutuskan untuk menghampri Haura. Biarlah, yang penting dia bisa duduk. Dia merasa kalau dirinya akan memakan makanan dengan cepat dan setelahnya dia bisa langsung pergi meninggalkan Haura. Dia tidak mau terlibat apapun lagi dengan Haura.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN