Inner beauty

1323 Kata
" Hmm..Van. Kamu ga risih apa manggil aku bapak? Atau aku terlihat seperti bapak- bapak tua bagimu?? Atau karna brewok ku ini ?? " Dendi menjawab sedikit kesal karena Vania terus saja memanggilnya Bapak seolah menjaga jarak terhadapnya. sedangkan Dendi sendiri bahkan tak bisa menyimpan sedikitpun sikapnya yang nyaman terhadap Vania. Dan ia merasa heran kenapa terhadap gadis gadis lain bahkan ia bisa berlaku kejam tapi ntah mengapa terhadap Vania ia merasa harus melindungi Vania. Dan Vania tak bisa menahan tawa dengan ucapan Dendi barusan dan ia menjawab " Bukan itu maksud Vania, hanya saja Vania ga mau melewati batas " " Hmm... pokoknya mulai sekarang panggil aku Dendi, ehhh kamu lebih muda ya dari aku? Kalau gitu panggil aku Mas aja ya?yaa...yaaa...." Rengek Dendi seraya memasang tampang sok imut di depan Vania. Dan Vania tak bisa menahan Tawa melihat aksi Dendi terhadapnya dan akhirnya Vania menjawab " oke deh pak...ehhh Mas Dendi yang bawel " Vania mengemas piringnya yang telah ia habiskan dengan susah payah, karena ketika memakan makanan yang lezat Vania teringat anak semata wayangnya Issabella. Ia tidak pernah tega memakan makanan Lezat tanpa anaknya. Vania hendak beranjak sambil memegang Piring bekas makannya Dendi bertanya " Hmmmmm..... mau kemana kamu bawa piring?? " " Aku mau nyuci piring nya Mas, trus beresin ini, dan harus segera pulang, aku ga bisa berlama lama disini " Jawab Vania Dan ntah kenapa setelah memanggil mas terhadap Dendi Vania merasa seperti sudah kenal Dendi bertahun tahun. Vania merasa nyaman dengan obrolan mereka dan nyaman ber 'aku ' ketika ngobrol dengan Dendi " Sudah biarin aja...nanti mereka yang beresin, mending kamu ikut aku sekarang, aku mo mandi dulu " Jawab Dendi menatap Vania lekat. " Taaa.. tapi mas, aku harus segera pulang, anakku menunggu di sekolah " Jawab Vania menjelaskan bahwa anaknya sedang menunggu jemputannya di sekolah. " Sudah, tenang Issabella Watson sudah dijemput supirku tadi, dan lagi menuju kesini, kamu disini tenang aja, cukup duduk manis aja Van... " jawab Dendi seraya berdiri dan mengangkat bahu Vania mengisyaratkan Vania untuk berdiri dan mengikutinya. Dan Vania pun langsung berdiri dan mengikuti Dendi berjalan di belakang pria itu dengan sejuta pertanyaan berkecamuk di hatinya Bagaimana mungkin Dendi yang dikenalnya karena kecelakaan tiba tiba mengetahui nomor Handphonenya, mengetahui tempat kerja dan sekarang bahkan tahu nama anak dan dimana bersekolah. Siapa sebenarnya pria ini, ataukah dia seorang Mafia sehingga mengetahui semuanya, Lalu akankah aku dan anakku menjadi sandera? Ohh, salah apakah aku?? ataukah dia ini sebenarnya Boss dari Rentenir tempat aku pinjam uang? yang secara ga sengaja aku tolong, OH... TUHAN... !! Tolong selamatkan hidupku..!!!izinkan aku bahagia dengan anakku jangan buat aku terus terusan menderita menghadapi pahitnya hidup. " kamu mau mandi dulu ga van?" Ujar Dendi yang tiba tiba berbalik dan berhenti sehingga tanpa sengaja bertabrakan dengan Vania yang berjalan sambil melamun menerka nerka tentang jati diri Dendi. Dan posisi mereka saat ini seperti berpelukan dan Vania terkejut ketika wajahnya sudah berada di d**a Bidang Dendi " Maaf,maaf...kamu ngelamun ya van ??" Ujar dendi yang tidak menyangka bakal terjadi adegan Romantis itu " Aku cuma sedikit mikir aja mas, bagaimana kamu bisa tau semua tentangku mas, sementara aku ga tau apapun tentangmu, dan kita baru 2 kali bertemu bukan? “ Jawab Vania dengan wajah yang masih merona menahan malu dan grogi akibat adegan tadi sambil menunduk. " Dan kamu...mikir aku bakal nyulik kamu sama anakmu gitu??? "Jawab Dendi seraya mengangkat Dagu Vania menikmati wajah yang masih bersemu merah itu dan seketika wajah Dendi memanas dan merasakan darahnya mengalir dengan cepat serta denyut nadinya berpacu diatas normal. Dendi merasakan getaran aneh di Dadanya, dan senjatanya sudah mulai memberontak ingin memangsa Vania di Ranjangnya. Tapi Dendi memilih segera berpaling dan melanjutkan langkah kakinya dengan cepat menuju lantai 2 Rumah nya. Ia mengatur nafas nya lalu berbalik dan melihat Vania yang baru menaiki anak tangga " Van...kamu tunggu aja di situ " Ucap Dendi menunjuk Sofa yang berada di sana, lalu bergegas menuju kamarnya tanpa menoleh Vania lagi, bahkan Dendi tak menghiraukan tangis bayinya yang sudah hampir serak di kamar anak nya, karena ia berpikir Baby sitter nya pasti akan mendiamkan seperti biasa. Dendi menutup pintu kamarnya lalu menuju kamar mandi dan segera ia berendam di Bath up yang sudah di siapkan asisten rumah tangganya. Dendi mengatur nafasnya perlahan dan menikmati aroma terapi yang keluar dari bath room miliknya itu. Ia masih tak habis pikir mengapa selalu saja bertingkah aneh dan di luar kebiasaan disaat bersama Vania, bahkan tadi ia hampir saja mendaratkan ciumannya di bibir Vania andai saja ia tak teringat kata kata Kevin Damarta sang informan andalannya bahwa Vania masih trauma terhadap pria dan belum pernah menjalin hubungan sekalipun paska perceraiannya dengan ayah Issabella itu. Dendi tak ingin melukai hati Vania sedikitpun itu sebabnya ia mampu menahan Nafsu nya. Dan di luar sana Vania tengah duduk menikmati pemandangan indah di ruang santai keluarga itu matanya tertuju pada Foto pernikahan Dendi dan istrinya. Belum sempat Vania memandang dengan jelas wanita yang berpakaian pengantin bersama Dendi di Foto, konsentrasinya terpecah akan suara bayi yang sedang menangis dengan suara yang hampir habis. Karena naluri keibuannya, Vania memberanikan diri membuka Pintu kamar asal suara tersebut, karena ia tak tega melihat tangis bayi itu. Begitu pintu terbuka, dua orang baby sitter yang ada di kamar itu menoleh kearah pintu, mereka terkejut memandang Vania ketakutan. Vania menatap baby sitter yang menggendong bayi itu sudah berkeringat deras membasahi bajunya, sedangkan yang satu lagi, terlihat sayu dan kelelahan mungkin mereka bergantian " Kenapa Babynya mba?? " Tanya Vania hati hati takut salah karena ini adalah perdana mereka bertemu. Vania juga takut istri Dendi akan salah paham dan marah jika sampai tahu ia ikut campur seperti ini, tapi hati kecilnya tak kuasa ia lawan, setelah mendengar tangis bayi yang seolah terdengar meminta belas kasihnya. " Kurang tau ini buk...kami juga heran udah beberapa hari, sejak bapak sakit dia rewel terus buk " Jawab salah seorang dari mereka. " Coba sini mba... saya gendong baby nya boleh ya? “ Pinta Vania sembari melempar senyum manisnya. " Tapi buk... saya takut bapak marah... di kira kami malas bekerja buk " Jawab pengasuh tersebut, terlihat jelas di sorot mata mereka, bahwa mereka sangat bersyukur dengan permintaan dirinya. " Tidak apapa mba...saya yang tanggung jawab...kasihan babynya nangis terus, lagian mbanya juga butuh istirahat kan? gak papa istirahat saja sejenak, anggep kita sedang bertukar shift “ Pinta Vania lagi meyakinkan mereka, Vania melihat bola mata mereka bersinar sumringah, hingga membuatnya tersenyum sembari menggendong sang bayi. Vania menggendongnya dengan tangan nya lalu menepuk- nepuk lembut punggung bayi menggemaskan yang terlihat menerima kehadirannya, karena sang baby terus memandangi wajahnya. Ia menggoyangkan badannya sembari menyanyikan lagu yang dulu biasa ia nyanyikan untuk Issabella puteri semata wayangnya. Keajaiban terjadi dan membuat kedua baby sitter itu melongo, ketika sang baby tertidur di gendongan Vania, setelah selesai satu lagu, mereka saling pandang akan fenomena langka ini. Keduanya tersenyum penuh syukur melihat puteri majikannya telah tertidur. Jika menurut perkiraan sang baby sitter sesuai kebiasaan, maka sang baby akan tertidur sekitar satu jam kedepan setelah kelelahan menangis. Mereka sangat bersyukur dengan kehadiran wanita yang berhati mulia ini, dimana mereka pun bisa istirahat lebih awal. Disaat bersamaan Dendi mencari Vania ke ruang keluarga tapi tak menemukan sosoknya, ia mengerutkan dahi karena mendapati kamar Bayi nya terbuka, kamar yang biasanya terbuka ketika baby sitter nya keluar masuk, tapi kali ini terbuka lebar. Rasa penasaran menyelimuti hatinya, di tambah kamar tersebut tak terdengar suara bayi, ia berfikir mungkin baby sitternya lupa untuk menutup pintu, ia pun mendekati kamar yang sudah hening itu. Sesampainya di depan pintu, ia terhenyak melihat pemandangan dimana puterinya tertidur pulas dalam gendongan Vania, wanita yang baru dua kali ia temui. Awal pertemuannya wanita itu telah menolong nyawanya, dan kini ia menolong sang puteri dari tangisnya, bahkan snag puteri tertidur di gendongan wanita itu. Tanpa sadar, bibirnya mengembangkan senyum, dan ada kebahagiaan menyelimuti hatinya. Hatinya kembali berdesir indah menyaksikan pemandangan langka itu, secara spontan otaknya bekerja dan mulai membandingkan antara Vania dan Della, wanita yang menjadi pelipur laranya, bak langit dan bumi ketika dua wanita itu berada di rumahnya, dan apa yang di lakukan Vania saat ini, tidak akan mungkin di lakukan oleh Della, Della bahkan tidak pernah menanyakan perihal anaknya apalagi sampai menggendong anaknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN