“Kamu telah menabrak saya. Untuk menebus kesalahanmu, nikahi putri saya. Jika diberkahi umur panjang, saya akan membebaskanmu dari pernikahan dadakan ini. Tapi jika saya meninggal, tolong jaga putri saya.” Altha begitu tercengang ketika pria paruh baya yang ditabraknya memberikan sebuah permintaan di luar nalar. Sementara ia sendiri sudah memiliki calon istri. Sebagai bentuk tanggung jawab, akhirnya Altha bersedia meskipun terpaksa. Sementara Mazida, putri pria paruh baya itu juga tengah berjuang mendapatkan restu orang tua Bagas, sang kekasih. “Istri dua kakak Bagas tidak bisa hamil semua. Apa kamu bisa memastikan bisa memberi saya cucu? Kalau bisa, saya restui. Kalau tidak, kamu harus rela diceraikan jika dalam dua bulan tidak bisa hamil. Atau kamu harus mau dimadu.” Mazida dilema, Altha sengsara. Pria itu lantas menyembunyikan identitas aslinya dari Mazida demi beberapa tujuan. Bagaimana takdir bekerja pada mereka? Bagaimana hubungan Bagas dan Mazida? Apakah Mazida dan Altha akan saling menerima pernikahan dadakan itu sedangkan mereka sudah sama-sama punya tambatan hati? Akankah pria paruh baya itu selamat atau justru tiada dan meninggalkan banyak beban untuk orang yang masih hidup? Mari, menyelami lebih dalam kisah mereka di buku ini.

Annawa Salsabila terpaksa menghabiskan malam bersama seorang pria saat perusahaan tempatnya bekerja mengadakan tour. Nawa saat itu dalam pengaruh obat perang*ang. Sementara pria bernama Brama yang menjadi lawan mainnya dalam kondisi setengah mabuk karena frustrasi memergoki kekasihnya selingkuh. Nawa gadis muslimah yang selalu berpakaian tertutup dan menjaga diri, begitu terpukul setelah kejadian itu. Namun, hidup harus terus berjalan. Ia berusaha tegar seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Berbeda dengan Nawa yang takacuh, Brama si pria bermata biru itu justru mencari informasi tentang wanita tersebut melalui orang-orangnya. Terkuaklah ternyata Nawa adalah karyawan di kantor cabang milik orang tuanya. Brama menyamar menjadi pria tompelan dan bergigi hitam, bekerja di kantor yang sama dengan Nawa untuk melancarkan aksinya. Keduanya menjalin kedekatan dan Brama melamarnya, tetapi penolakan yang diterima. Saat kebenaran terkuak bahwa Brama ternyata putra CEO dan diangkat menjadi Presdir menggantikan Presdir sebelumnya, Nawa justru muak dan merasa dipermainkan. Apalagi ia harus menjadi sekretaris pribadi si bos songong itu. "Daripada menjadi sekretaris Anda, lebih baik saya resign, Sir Brama yang terhormat." "Boleh. Tapi jangan terkejut. Karena video kita waktu itu akan saya sebar." "Silakan disebar. Bukan hanya nama baik saya yang hancur. Anda juga." "Simpel. Saya tinggal menikahimu, nama baik kita berdua aman lagi." "No! Saya nggak sudi menikah dengan Anda!"" "Yakin nggak sudi?" Brama mendekatkan wajah. "Yakin ada pria lain yang mau menikahimu selain saya? Kamu itu bekas saya. Mau mengelak seperti apa pun, tapi itulah kenyataannya," bisik Brama menyebalkan. Bagaimana nasib Nawa selanjutnya di tangan pria pemaksa dan gila itu?

Alula hanya bisa pasrah saat sang calon suami direbut saudara tirinya tersebab sebuah kesalahan masa lalu orang tuanya. Sakit hati atau mengamuk pun percuma karena pernikahan sudah terlaksana. Hidup sedang susah-susahnya move on, siapa yang datang berniat menyembuhkan lukanya? Pria ganteng? ❌ Lelaki sempurna? ❌ Dosen tonggos, culun, dan buruk rupa ☑️ Yang datang menawarkan rasa. Bagaimana kelanjutan hidup Alula? Menerima uluran rasa dosen buruk rupa itu atau kembali pada mantan yang juga masih sangat mencintainya?

"Silakan menikah lagi, Mas. Aku ikhlas." "Benarkah? Akan kukabulkan dengan senang hati. Dan akan kubuat kamu menyesal telah menyuruhku melakukan itu. Ingat juga satu hal juga. Meskipun aku punya istri baru, kamu tidak akan pernah kulepaskan." Bagi orang lain, suami menikah lagi adalah sebuah momok. Namun, tidak denganku. Aku, Niha Fikratuhal Muna justru meminta suamiku menikah lagi. Bukan karena ketiadaan anak atau mertua yang terlalu ikut campur, bukan. Melainkan, ada satu hal yang membuatku justru meminta Mas Aqsal, suamiku menghadirkan madu. Apakah usahaku berhasil dan aku akan bahagia? Atau sebaliknya?

"Saat ini juga dalam keadaan sadar, kujatuhkan talak kepadamu, Nilna Fauziah. Kamu bukan lagi istriku." Hal mengejutkan itu diucapkan Satria kepada Nilna saat memergoki sang istri dalam keadaan polos tanpa busana di sebuah kamar hotel. "Apa maksudmu, Bang? Kenapa tiba-tiba bilang kayak gitu?" "Kamu telah berzina, selingkuh!" “Atas dasar apa kamu menuduhku selingkuh dan berzina?” Nilna sudah merasa tersudut atas apa yang terjadi sementara ia sendiri benar-benar tidak ingat apa-apa.   Satria mengangkat dalaman pria dan bungkus rokok. Lalu, dua benda itu dilempar tepat di wajah Nilna.   “Ini buktinya!”   Bukti nyata terpampang. Sulit bagi orang lain mempercayai meski Nilna terus berusaha menjelaskan. Meskipun saat ini ia sendirian, tidak ada pria di sampingnya, tetapi dengan bercecernya bajunya dan juga barang yang baru saja dilempar Satria, membuatnya mati kutu. Siapa yang telah menjebaknya dan apa motifnya?