0. Bully

376 Words
Gadis itu menangis, memegangi lututnya yang berdarah. Tapi orang-orang di hadapannya justru mendengkus tidak suka dan melempar kata-kata makian yang tidak pantas. "Bangun Lo!! Ini hukuman buat lo, karena lo udah berani mengabaikan ucapan gue!" Suara lantang itu keluar dari seorang gadis tinggi mengenakan seragam putih-abu abu yang terlihat sesak. Gadis yang tersungkur itu tidak berani melawan. Dia hanya menunduk dan terus menangis dalam diam. Kemudian ia meringis saat lututnya di tendang cukup keras oleh gadis yang lain. Kali ini seorang gadis dengan rambut di kepang seribu yang melakukannya. "Kita-kita udah bilang, setiap harinya lo harus bawain kita-kita makanan enak. Tapi hari ini, lo sengaja pura-pura lupa, hah?!" Gadis itu masih diam dalam tangisnya. Sungguh ini sudah setiap hari dia alami, berkali-kali dia berusaha memberi tahu orangtuanya tentang nasib naas yang dialaminya. Tapi jangankan untuk mendengarnya berkeluh kesah, menyapanya saja orangtua nya itu tidak punya waktu. "Woyy cupu!! Budeg ya kuping lo?! Lo pikir kita semua ini penyiar radio yang cuma lo dengerin tapi engga lo tanggepin?!" Satu orang lainnya lagi maju dengan gaya berkacak pinggang. Matanya melotot dengan mulut yang menyeramkan. Gadis itu mulai mengangkat wajahnya yang basah dan berusaha membuka mulut walau terbata. "Gu..gue engga punya uang lagi. Tabungan gue habis un..untuk makanan kali..kalian selama sebulan ini," ucapnya terbata. Sesekali meringis merasakan luka di lututnya yang berdenyut. Gadis tinggi yang memimpin aksi perundungan ini berdecak keras. Lalu menarik rambut si gadis malang agar mendongak. "Lo pikir gue percaya? Orangtua lo kaya raya dan lo bilang, lo engga punya uang?" sentaknya, membuat gadis malang itu terhuyung kebelakang. Gadis itu memegangi kepalanya yang terasa panas. Dirasakannya beberapa helai rambut mungkin tercabut paksa. Gadis lainnya hendak maju kembali saat tiba-tiba bel masuk terdengar. Membuat mereka semua mendengkus kesal. Di tatapnya gadis malang yang sedang memegangi kepalanya itu tajam. "Pulang sekolah, tungguin kita disini. Ngerti?!" Tanpa menunggu jawaban si gadis malang itu, mereka semua berlalu pergi. Meninggalkan si gadis malang yang sesenggukan merasai sakit di beberapa bagian tubuhnya. Dia merintih, menyebut nama seseorang berkali-kali dengan suara bergetar. Tangannya merogoh kantong kemeja putih nya yang kini kotor lalu mengeluarkan ponsel pintar keluaran terbaru. Dengan gemetar, dia menekan-nekan layar dan lalu menempalkannya di telinga. "Vitta, jemput aku." ||||••••||||
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD