Jangan tanya Airin seperti apa rasanya jatuh cinta. Ia mungkin akan bingung atau tergagap karena tak tahu harus menjawab apa. Hantaman duka menumbuk hancur kebahagiaan di hatinya. Tentang cinta hanya tersisa duka. Meski begitu Airin masih mencecap rindu hingga detik ini. Rasa pahit getir, asam, manis, asin, seolah tak mampu menggambarkan kerinduannya pada sang suami. Tendi meninggal dunia satu tahun yang lalu karena kecelakaan, menyisakan Airin dan dunia baru yang ia kenal sebagai kehampaan. Bisakah Airin kembali hidup dan mencinta?

18+ Gilaaaa, dah miring otak ni orang! Dalam hati Rangga mengumpat mendengar usul yang ditawarkan oleh Niko, usul gila yang dengan cepat disetujui oleh atasannya Pak Wisnu, dan kedua teman yang juga memegang jabatan manager seperti dirinya. “Tapi apakah Pak Wisnu tetap tidak mau ikut rombongan walaupun nantinya kami mengadakan sebuah game dengan perjanjian yang menarik,” celetuk Niko. “Perjanjian, emang kalian udah bikin perjanjian apa?” Pak Wisnu bertanya sambil menatap Niko dan Rangga bergantian. Seperti halnya Pak Wisnu, Rangga yang tidak pernah membuat perjanjian apapun tentang liburan pada Niko, pun dibuat bingung. “Ya, sebagai ucapan terimaksih, Saya dan Rangga ingin mengusulkan sebuah permainan, untuk membuang kejenuhan atas rutinitas kita, bagaimana jika nanti selama liburan disana kita membebaskan pasangan kita untuk dirayu oleh sesama kita,” papar Niko “Maksudmu?” Pak Wisnu bertanya meminta penjelasan yang lebih mendetail. “Ya, bagi mereka yang beruntung, mungkin dapat dilanjutkan dengan rayuan di atas ranjang, dan atas dasar perjanjian awal tentunya kita tidak boleh melarang untuk ‘penuntasan akhir’ atas usaha kawan kita,” “Saya pikir permainan ini bisa menjadi referensi kepuasan bagi kita, yang setau saya selalu setia dengan istri masing-masing, tentang ‘cita rasa’ dan ‘varian kenikmatan’ dari wanita selain istri kita,” tambahnya. “Gilaaa, bagaimana mungkin usul itu meluncur dengan lancar dari mulut Niko, apalagi dengan membawa-bawa namaku,” Hati Rangga mengumpat. Namun ketika dirinya ingin menampik usul Niko, Rangga melihat wajah Pak Wisnu yang berbinar sambil menganggukkan kepalanya tanda setuju.

“Ayo dong sayang, ini kan buat kenang-kenangan kita nanti. Masa nanti anak-anak kita pas lihat foto kita malah nge-julid kayak duo terasi teman aku itu sih.”   “Tapi aku nggak bisa gaya aneh-aneh gitu.” Jelas Zian. “Gaya yang biasa aja ya, nanti sayang wajah cantik kamu berubah jadi aneh juga.”   Mendengar Zian mengucapkan kata sayang dan cantik, wajah Melly memerah. Ia menjadi salah tingkah dan tiba-tiba menurut dengan apa yang diminta oleh Zian. Sesi pemotretan pun dilanjutkan dengan gaya normal yang diarahkan oleh sang fotografer.   Zian tersenyum tipis, karena akhirnya acara hari ini akan segera berakhir dengan cepat. Ditengah keramaian Zian melihat jauh kedepan. Di dekat kolam renang, matanya tertuju pada sosok seorang anak perempuan yang tersenyum sangat manis sekali. Kepala Zian terasa berdenyut semakin kencang. Anak perempuan itu melambaikan tangannya dan segera menghilang ke tengah keramaian. Pandangan mata Zian tampak kabur, kedua kakinya terasa lemas membuat dirinya jatuh bersimpuh. Dahinya dipenuhi oleh keringat dan napasnya tampak tersengal. Melly dan tamu yang ada disekitarnya berteriak panik. Dengan padangan mata yang tak lagi jelas, Zian mencoba mencari sosok anak perempuan itu. Namun tidak berhasil.   “Alina…” Lirih Zian. ****

Adonis Benette memiliki segalanya. Ketampanan, kekayaan, serta kedudukan. Orang menganggapnya laki-laki penolong dan baik hati, tanpa mengetahui skandal yang disimpannya rapat-rapat dari dunia. Adonis mencintai istri karyawannya sendiri. Ketika Mathias Tan menawarkan Diora, putrinya sebagai pengganti pelunasan utangnya pada Adonis, Adonis setuju. Bukan untuk menjadikannya istri, tetapi untuk menjadikan Diora sebagai umpan untuk memancing, Rosalie sang kekasih gelap, agar cemburu dan mau menerima lamarannya. Lalu, apakah Adonis akan terperangkap dalam jebakan yang dia buat sendiri?

Mungkin kalau saya tidak pernah bertemu denganmu, itu sudah yang terbaik Jika saya perlu tinggal di dunia lain Jika saya perlu menjadi orang abnormal dalam kehidupan Hal ini tidak akan tersisa bersama beban rasa sakit di hatiku Setiap hari saya melupakanmu Setiap hari saya mengabaikanmu Di tengah hatiku terdalam menyembunyikan sesuatu Aku tidak bisa benar-benar secara terbuka berteriak Tentang cintaku Tampaknya selama ini saya selalu berpikir bahwa cinta yakni kebahagiaan & kesenangan Tidak bisa memberikan kata-kata Cintalah yang menimbulkan eksekusi surga Aku hanya harus mencintaimu & hatiku akan menggigil & gemetar Hidup ini hanya ada airmata yang menciptakan luka Pikirku, saya sudah melupakanmu Ucapanku, saya sudah melupakanmu Sesekali minum untuk mabuk Tapi takut yang saya akan ucapkan cintaku untukmu Sungguh itu ketika yang menakutkan Tampaknya selama ini saya selalu berpikir bahwa cinta yakni kebahagiaan & kesenangan Tidak bisa memberikan kata-kata Cintalah yang menimbulkan eksekusi surga Aku hanya harus mencintaimu & hatiku akan menggigil & gemetar Hidup ini hanya ada airmata yang menciptakan luka

Rasa sakit ini, mungkin rem kehidupan agar kita tidak sampai lepas kendali. ~Khanza Tentang arah cinta Khanza dalam memperjuangkan kebahagiaan. Adibah Khanza Azzahra adalah putri seorang kiai, karena tumbuh di lingkungan pesantren, banyak batasan dan aturan yang membuat Khanza tak bisa melanjutkan mimpinya. Setelah mengalami pahit getir kehidupan, baik sebelum dan sesudah menikah. Khanza akhirnya menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari. Tetapi, beginilah hidup, kesedihan kadang tercipta dari kebahagiaan yang dirasa hanya sekejap saja. Begitu singkat. Khanza jadi sakit akibat kehilangan dan merasa jauh dari sumber kebahagiaannya. Apa dan siapa sebenarnya sumber cinta serta kebahagiaan Khanza?

Aku membuka mataku dengan perlahan karena denyut nyeri yang hebat menjalar di seputar kepala dan membuat kedua kelopak mataku terasa berat. Samar-samar kutangkap cahaya matahari yang menyelinap masuk melalui celah-celah jendela berbentuk persegi yang sama sekali tidak kukenal. Tunggu. Tanpa menunggu seluruh nyawaku berkumpul, aku langsung membuka mataku lebar-lebar dan menyadari bahwa aku tertidur di sebuah tempat yang sangat asing. Aku sungguh tidak pernah ke tempat ini. Ruangan gelap dengan pencahayaan yang minim. Sarang laba-laba dan pau pekat menyesakkan dada. Lantai yang kududuk – kutiduri – lembab dan dinginnya menusuk sampai ke tulang. Tempat apa ini sebenarnya?

Julliet terluka dan mengalami hilang ingatan. Ia bahkan tidak ingat dengan apa yang menimpanya di hari itu. Bahkan kabar kematian sahabatnya sendiri, Rachel, yang juga ditemukan meninggal di hari yang sama benar-benar mengejutkannya. Merasa ada yang tidak beres, Julliet memutuskan untuk meminta bantuan Robin, mantan pacar Rachel, untuk mengungkap semua misteri yang bahkan tidak dapat Julliet ingat.

Ia menyelimuti kepedihan dalam matanya dengan senyum penuh teka teki Ia mengeringkan luka yang menganga di ceruk hati dengan kebungkaman yang lantang Ia mengaduk kelamnya masa lalu dengan masa depan penuh dendam Ia mengikat kesetiaan pada kematian sang bunda yang pergi tanpa cinta

Terpanggil untuk menolong sesama membuat Septi memutuskan untuk mengambil D3 kebidanan setelah lulus kuliah. Kenapa bukan dokter? Sebab di kampungnya bidan lebih dekat dengan masyarakat. Tak ada yang tak berjalan lancar dalam hidup Septi. Ia cantik, memiliki keluarga yang harmonis, otak cerdas, dan diterima dengan mudah di Akbid incarannya. Hidup dikelilingi cinta membuatnya selalu menebar kasih untuk orang lain. Ia tak segan membantu siapapun yang membutuhkan bantuannya. Sampai akhirnya, di usianya yang genap 19 tahun Tuhan menguji Septi dengan penyakit mematikan. Ia divonis mengidap radang selaput otak, Menginitis. Saat-saat terberat dalam hidup harus Septi lalui di usia semuda itu. Ketakutan terbesar dalam dirinya bukan kematian atau rasa sakit luar biasa yang menyerang kepala, melainkan rasa putus asa.  Mampukah Septi berjuang menahlukkan rasa putus asa yang semakin hari semakin menggerogoti hatinya?  

Kehidupan Dara Maisy lumayan tenang setelah menjabat sebagai senior auditor di perusahan tempatnya bekerja. Kini ia dipercaya menjadi kepala administrasi yang juga bertugas sebagai mentor bagi para administrasi junior yang baru bergabung di perusahaan. Pencinta drama Korea yang selalu gagal dalam kehidupan asmara itu tidak perna menyangka akan mendapatkan junior berwajah semulus oppa-oppa Korea. Namanya Hein Cello, satu tahun lebih tua daripada Dara, tapi wajah baby face Hein membuat pria itu tampak seperti anak kuliahan. Hein lolos menjadi admin pengganti salah satu karyawan yang mengundurkan diri. Sebelum saling bertemu di kantor, sebenarnya Hein dan Dara sudah sering berjumpa. Hanya saja ingatan Dara terlalu buruk sehingga tak mengenali sosok Hein yang sering mengantarkan dirinya pulang pergi. Ya, Hein memang sempat bekerja sampingan sebagai driver taksi online sebelum diterima kerja di tempat Dara. Artinya sudah cukup lama Hein diam-diam memperhatikan Dara dan tertarik pada gadis tersebut. Kenyataan bahwa Dara yang ditugaskan menjadi mentor Hein membuat pemuda itu sangat-sangat bersyukur. Hari demi hari mereka sering lalui bersama, sikap Hein yang menyenangkan membuat Dara merasa nyaman. Terlebih, membimbing Hein bukan hal sulit bagi Dara sebab Hein ternyata lebih pintar darinya. Kesal, sesekali. Gemas juga, kadang-kadang. Apalagi mengingat wajah Hein yang terlihat sangat muda, Dara jadi maju-mundur menumbuhkan perasaannya.

"Hati-hati, kamu tidak lihat siapa yang berada satu kelas dengan kita?" terdengar suara seorang laki-laki di dalam kerumunan. Mereka semua tengah melihat pengumuman di majalah dinding yang penuh sesak oleh para siswa dan siswi yang ingin mengetahui kelas barunya pada ajaran tahun ini. "Oh tidak, dia lagi ... sudah muak aku satu kelas dengan dia saat kelas sepuluh kemarin," pekik wanita berambut panjang sebahu itu sambil menunjuk nama teman satu kelasnya. Tiba-tiba dari belakang terlihat sosok Gadis Aurora. Ya, dia adalah topik utama dari percakapan di depan Mading kali ini. Gadis mendongakkan kepalanya, ia mendorong beberapa siswi yang menghalangi jalannya untuk melihat pengumuman Mading. Kini matanya tertuju pada kertas putih bertuliskan kelas 11 IPS 4, tepat tertulis namanya di sana. "Sebaiknya kalian bicara dalam hati jika ingin membicarakanku!" Gadis menatap sinis Rio dan Bianca yang ketahuan tengah membicarakannya. Setelah mengetahui namanya berada di kelas 11 IPS 4, ia segera melenggang bebas meninggalkan kerumunan. "Astaga, dia masih saja belum berubah," cibir Bianca menggeleng-geleng kan kepala, "Wanita seperti itu yang dipastikan tidak akan pernah mempunyai pacar" tambahnya lagi, kini ditambah gelak tawa teman-temannya. "Jaga bicaramu!!" Suara milik Langit bersamaan dengan ketukan keras di kepala Bianca ..