Story By Yuddin Afri
author-avatar

Yuddin Afri

kita dan sepatu
kita dan sepatu
Updated at Dec 20, 2022, 04:15
Aku kira kau adalah separuh jiwaku yang akan menetap hingga masa akhirku. Ah, ternyata kau separuh kisah yang menjadi pelengkap jalan takdirku. Dulu kita pernah mengucap sumpah seiya sekata. Kita pernah saling mengikat janji. Bahwa kita adalah tinta dan kata. Sementara masa adalah kertas penyalur imaji. Kita pernah mendamba dalam ingin. Bahwa sukacita, ceria, sedih, luka, dan air mata. Kita akan jadikan adukan semen perekat dari terpa angin. Dan rasa saling menyempurnakan kita adalah susunan bata. Yang kan menjadi rumah bagi kasih yang tengah kita jaga. Tempat berteduh dari lara hati dan rapuhnya raga. Tapi.. Takdir memang bukanlah pujangga. Dalam jiwanya tak ada puitis atau suka cita. Hanya amarah dan bengis membungkus raga. Dia adalah penyihir tak kasat mata. Yang dapat merubah inginku dan inginmu menjadi angan semata. Yang merubah segar menjadi kering dan dahaga. Dan menyulap kobar kasih putih bersih bak permata. Menjadi kobaran api liar yang mengepulkan jelangga. Dalam panggung sandiwara semesta ini. Kita tak dicipta untuk menjadi laki-bini. Ternyata kita hanya diberi peran untuk saling membantu. Bukan sebagai pemilik 2 hati yang akan menyatu. Ternyata sedari awal, kita hanyalah sepasang sepatu. Dibiarkan bersama, tapi tak diizinkan bersatu.
like
lintasan kedewasaan
lintasan kedewasaan
Updated at Dec 20, 2022, 04:13
Layla (Jelita berhati derita namun binarkan pelita) Kau yang rapuh lalu sembuh. Kau yang patah lalu tumbuh. Kau papah dirimu sendiri yang ingin terjatuh. Dalam hening tanpa gegap gempita. Kau bawa berlari segala duka dan derita. Tak seorangpun tahu, bahwa kau dalam kubangan air mata. Karena di setiap tapak tetes air duka matamu, yang nampak adalah suka cita. Yang terlihat dari relung hatimu yang gelap gulita, adalah benderang lentera pelita. Layla... Kau memang pandai menggubahkan sesal dalam bentuk lain. Membuat hati seakan tengah menari bahagia, padahal sejatinya ia dalam ketepurukan yang bukan main. Menutup rapat-rapat semua pintu kesal dan membuka pintu kedamaian. Senyummu menghalangi semua kucuran keluh. Yang ingin keluar dalam wujud sumpah serapah. Dan dengan kuatmu, kau ganti dengan kucuran air madu dari mulutmu yang tersabda indah. Kau begitu tenang.. Endapkan segala amarah. Kau menang... Karena memilih mengalah. Kau heroik memang ... Mengalahkan segala gejolak marah. Tak ada yang tahu bahwa: Kaulah Pemilik kisah yang ada dalam Film Siti Nurbaya di waktu yang lalu. Kaulah pemilik kisah perempuan yang ada di kisah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck itu. Kaulah Pemilik hati yang retak itu. Pemilik mata yang tatapannya kosong tak menentu. Pemilik jiwa yang ratapannya menggaungkan sembilu tak bertutu. Namun kisahmu tak ingin kau akhiri dalam redup. Namun kau berusaha kembali hidup. Merubah kepulan² kecewa menjadi oksigen layak hirup. Namanya memang layla (Evening)... Tapi bagiku.. Dia adalah Morning.... Tentang sesosok Perempuan. I see nothing but pain in both of your eyes. The sparkles, They tell no lies. But strong heart keeps standing there. Your soul seems to be made to muffle flare. ------------------------------------------ Di awal bimbang yang menyambangi. Terbesit banyak tanya yang mendampingi. Tentangmu wahai sesosok perempuan. Hanya tentangmu saja wahai Puan. Terbuat dari apa hatimu itu? Begitu tegar. Hingga mampu bertahan dan menetap pada lembah pilu. Yang gersang tanpa harapan, hanya ditumbuhi benalu. Terkadang basah, tersiram air matamu yang mengalir. Namun tetap, tabahmu tak terpatahkan. Tetap tak terbantahkan. Nampak jelas luka sobekan di dinding hatimu yang tipis. Sering bersimbah darah yang mengalir deras. Entahlah! Karena terpaan kejamnya dunia. Atau sayatan yang sering dipahatkan oleh dia. Namun dikuncimu duka itu dalam-dalam tanpa bekas. Meski ditanya malam, dipaksa hening, kau tetap menjawab dengan senyuman manis. Aku sering melihat warna pucat matamu yang lebam. Dipenuhi lendir dan darah bercampur nanah. Aku yakin, itu adalah lahar dari sakit dalam yang parah. Namun, tetap! Kau tetap larutkannya dalam diam. Tapak kakimu, selalu meninggalkan perih. Meski kau sembunyikan dengan rapih. Tetap tergambar duka dalam senyum itu. Yang sering kali sayu dan tak menentu. Namun tetap! Nyatanya duka itu kau semayamkan dalam-dalam. Tegar tetap kau tampakkan, meski hati tengah kelam. Lalu, kembali fikirku bergelut dalam tanya. Terbuat dari apa hatimu wahai nona? Ini bukan karya sastra yang ku buat. Ini adalah lukisan kalam tentangmu yang hebat. Aku ingin belajar banyak hal darimu. Terutama tentang caramu meramu. Meramu ketegaran yang tak semu. next... "Coretan kelam di kusamnya dinding malam" Untukmu yang tak memiliki hati. Untukmu wahai penabur duka dalam jiwa. Untukmu yang meninggalkan jantungku dalam lebam. Untukmu yang sedari awal, datang bersama semu. Ternyata kau hanya datang dan menjadi tajam belati. Di lubuk hatiku yang menjadikanmu begitu istimewa. Ketahuilah, hatiku telah terkoyak & berluka dalam. Dan hancur lebur oleh racun khianat yang kau telah ramu. Kau adalah... Rantai yang merajam. Melati yang berduri tajam. Belati yang meninggalkan luka dalam. Hati yang dingin dalam bisu yang mencekam. Jemari yang meremukkan saat menggenggam. Hari yang menjanjikan terang, namun memberi kelam. Kau adalah satu kesatuan dari kejam, dendam, temaram, dan kelam. Aku adalah... Pribadi yang remuk redam. Jari yang terpaku kaku dan kusam. Arteri tempat mengalir nanah hitam. Hati yang pernah hidup, kini telah padam. Denyut Jantung di rongga dada kiri yang kini telah diam. Aku adalah kumpulan dari serpihan luka, kecewa, dan derita masa lalu yang menjadi satu disulam. Dalam jiwa penuh dendam yang membara bercampur luka rasa yang parah. Aku pemilik hati yang terkoyak oleh dustamu yang tak terbilang. Ingin menyampaikan, terima kasih banyak telah membuatku sehancur sekarang. Ketahuilah... Berkatmu, air mataku selalu berwujud nanah bercampur darah. next.. Di Jum'at berkah, mari kembalilah merekah. Pada puing-puing hati yang dahulu remuk. Kini perlahan tumbuh tunas² rasa baru. Aku merasa bahwa ini adalah awal yang sejuk. Bukan tunas semu yang kan berbunga haru biru. Semalam, hujan kembali melimpah ruah. Tepat di malam Jum'at yang di dalamnya memiliki berkah. Seakan membawa pertanda, bahwa hari ini kita harus kembali pulih. Di Jum'at pagi, kita haruslah mulai tumbuh. Seberapa terpuruk
like