DUA

1037 Words
  Reno, pria itu pulang ke rumah sang mama. Sebenarnya niatnya untuk mengadukan kelakuan Tania selama ini, akan tetapi dia sadar bahwa sang mama tidak akan pernah percaya pada apa yang dikatakan olehnya. Reno juga sadar bahwa kepercayaan mamanya sudah sepenuhnya pada Tania. Jika saja dia mengadukan hal macam-macam, tentu saja kedua orang tuanya tidak akan pernah percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.  Ia hanya pulang untuk menginap di sana dengan alasan bahwa dia rindu kepada sang mama. Rindu pada masakan sang mama, itu adalah alasan yang paling masuk akal yang akan dikatakan oleh Reno. Karena dengan itu, mamanya akan percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.  Semalam dia menginap di sana dan tidak pulang ke rumah yang ditempatinya bersama dengan Tania. Dia menginap di rumah sang mama, bertemu dengan adiknya. Dia mencurahkan segala isi hatinya kepada adiknya. Bahkan adiknya sendiri menyarankan untuk mencari perempuan lain. Akan tetapi Reno masih menghargai sang mama, dia tidak ingin mengecewakan mamanya jika dia benar-benar berselingkuh di belakang Tania yang sudah menyelingkuhinya terlebih dahulu.  Meski tahu begitu, Reno masih tetap menjemput Tania ke tempat kerja. Mengajak perempuan itu untuk makan siang bersama, mengajak perempuan itu untuk sekadar berkumpul bersama dengan keluarga besar. Jika diharapan orang tua Reno, tentu saja Tania sangat pandai memperlihatkan kebaikannya dan memanjakan Reno. Hal itu juga yang membuat Reno sangat muak.  Perlahan dia mengerjapkan matanya, menyadarkan diri dari semalam ia tidur begitu nyenyak. Pasalnya dia tidur tengah malam karena memikirkan bagaimana kelanjutan rumah tangganya nanti.  Setelah dia mandi dan mengenakan setelan rapi. Reno turun ke ruang makan dan bertemu dengan keluarganya di sana, dia melihat ke arah adiknya yang pura-pura tidak pernah tahu tentang hubungan rumah tangga yang tidak baik.  Reno tahu bahwa adiknya sangat pandai menyimpan rahasia itu.  Ia menarik kursi dan duduk di dekat sang mama. Papanya melirik dengan tatapan yang curiga, pasalnya dia tidak membawa Tania ke rumah kedua orang tuanya.  "Tumben enggak bawa istri?" tanya sang Mama.  Reno sendiri sudah tahu bahwa orang tuanya akan menanyakan hal itu, mungkin itu adalah hal yang sangat biasa baginya. Reno juga bingung harus bersikap seperti apa, dia bisa saja mengakhiri hubungan itu, akan tetapi dia memikirkan orang tuanya.  Perlahan, dia berusaha untuk tidak peduli dengan pertanyaan dari sang mama. Dia hanya akan fokus kepada pekerjaannya, tidak peduli dengan ucapan apa pun mengenai Tania. Andai saja kedua orang tuanya tahu sifat asli perempuan itu, pasti tidak akan pernah membela Tania sebegitu hebatnya, sebagai seorang pria, dia juga butuh untuk dihargai, di hormati oleh istrinya. Bukan hanya untuk tinggal di rumah yang sama, akan tetapi mereka tidak pernah mampu untuk menjalaninya layaknya suami istri pada umumnya.  "Mama tanya kenapa kamu diam?" ucap mamanya geram, Reno menarik napas panjang dan melihat ke arah adiknya sejenak. Sejujurnya dia benci jika harus membahas Tania pagi-pagi begini.  "Dia capek, habis pemotretan semalam. Dia bilang enggak mau ikut," "Harusnya kamu jadi suami harus bisa nemenin dia kalau dia capek," "Dan harusnya dia enggak perlu jadi model majalah dewasa lagi setelah dia punya suami," balasnya dengan nada dingin. Dia benar-benar geram dengan ucapan mamanya yang selalu saja membela Tania di hadapannya.  Perempuan yang sudah cukup berumur itu pun geram dengan ucapan sang anak. "Reno, sejak kapan kamu berani melawan, Mama?"  "Mama sejak kapan lebih peduli terhadap orang lain dbandingkan anak sendiri? Mama hanya memikirkan apa yang ada di kepala Mama dan menganggap bahwa itu benar, Mama pikir aku juga enggak sakit, Ma? Mama pikir aku bahagia sama pernikahan dengan Tania? Mama pernah mikirin gimana kebahagiaan aku? Jadi, jangan pernah berpikir bahwa aku bahagia sama dia, Ma. Kalau suatu saat Tania sama aku enggak baik-baik saja, atau bahkan mencari perempuan lain, jadi jangan pernah berpikir bahwa Mama bisa punya cucu jika dia terus saja seperti itu," "Reno!" teriak mamanya sambil menyiramkan air putih yang ada di gelas itu.  Dia berusaha untuk menahan amarahnya dan tidak marah kepada sang mama atas apa yang dilakukan oleh perempuan itu. Dia berdiri dari tempat duduknya.  "Mau ke mana kamu?" teriak mamanya lagi.  "Mau pergi, dan enggak bakalan pernah kembali lagi ke rumah ini, walaupun Mama yang minta sekalipun. Berusaha untuk ngerti dan turuti segala apa yang dikatakan oleh Mama. Aku sama sekali enggak pernah berpikiran bahwa mama bisa melakukan hal seperti ini hanya karena Tania, harusnya kalian itu malu punya mantu yang seperti itu, apa enggak ada pekerjaan lain selain menjual tubuh?" "Pergi dari rumah ini sekarang juga!" ucap papanya dingin.  Reno pun melirik adiknya dan segera keluar dari rumah itu, sungguh perlakuan kedua orang tuanya sudah melebihi batas. Adiknya mengejarnya hingga ke parkiran. "Kak!" ucap perempuan itu sambil menarik lengannya. "Kakak enggak bisa terus seperti ini,"  "Bukannya kamu sendiri sudah tahu? Kakak seperti ini juga demi kedua orang tua kita, tapi apa pernah mereka itu sekadar menghargai kakak? Sama sekali mereka hanya memikirkan bagaimana cara mereka bahagia, meski itu harus mengorbankan anaknya. Semoga kamu enggak bernasib sama seperti kakak, sampai kapan pun kakak enggak bakalan pernah rela jika mereka memperlakukan kamu seperti itu," "Kakak benar-benar mau pergi?"  "Kalau kamu ingin mencari kakak, cari kakak di apartemen. Jangan pernah cari ke rumah, karena kakak enggak bakalan pernah mau tinggal di rumah itu lagi,"  "Kak," panggil adiknya lirih. Dia sedih ketika melihat kakaknya yang seperti itu, tidak pernah ditemui jika Reno bersikap yang selalu saja menurut kepada orang tuanya. Tidak peduli dengan hatinya sendiri.  "Seperti yang kamu bilang, mungkin mencari pengganti dia jauh lebih baik, dibandingkan harus bertahan dengan hal yang seperti ini, kakak enggak bakalan bisa terus bertahan jika saja Tania tidak pernah menghargai kakak sebagai suaminya,"  Adiknya mengangguk pelan sambil memeluk Reno. Hatinya sudah cukup sakit jika terus seperti ini.  "Kak Reno sekarang ke kantor kan?"  "Iya, kakak mau kerja. Sekaligus pindah, Tania juga enggak bakalan pernah peduli apakah kakak pulang atau tidak, dia selalu saja cuek terhadap kakak. Jadi, kamu jangan pernah cerita mengenai semua ini kepada Mama. Biarlah dia tahu dengan sendirinya bagaimana kelakuan menantunya di luar, kakak enggak tahan lagi, jadi satu-satunya cara yang bisa membuat mama mengerti adalah membiarkan dia tahu bagaimana kelakuan Tania, ajak aja dia ke pemotretan Tania!" "Kakak, apa pun caranya, Mama enggak peduli sama pekerjaan Tania," "Maka dari itu, dia harus tahu sebenarnya pekerjaan kakak ipar kamu itu seperti apa." Benar-benar itu membuat Reno geram. Mungkin mencari pengganti Tania adalah cara terbaik.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD