Part 1

1334 Words
"Ay jangan ambil yang itu, cari yang gedean dikit dong!" Kayra memutar mata malas mendengar Sarah berteriak menyuruhnya mengambil yang ini dan itu. Memangnya gampang naik naik ke puncak pohon yang banyak serangga itu. Rasanya Kayra ingin sekali memasukkan Sarah ke neraka lewat jalur undangan Boro boro bantuin, menginjak tanah belakang rumah sakit aja muka Sarah udah mesem mesem tidak enak. Padahal cuma tanah merah, bukan tanah t*i kerbau. Dasar lebay "Apasih! Gue lempar dari atas sini nih ya sar!" Kayra kesal "Susah tau nggak! Kaki gue di gigit serangga ini!" Akhirnya kesabaran yang sejak tadi Kayra tahan tahan habis sudah. Bodo amat sama tata krama lingkungan Rumah Sakit. Kayra benar benar kesal sekarang. Sungguh, siapa yang tidak kesal jika waktu istirahatnya di ganggu oleh Sarah hanya untuk memetik pohon asam. Tak lupa dengan alasan Dokter Bunga mengidam. Memangnya Sarah pikir Kayra tidak tahu mereka berdua--Sarah dan Dokter Bunga--bekerja sama memakai jurus rayuan hingga akhirnya berhasil menyeret ia kesini, ia bahkan sampai bela belain meninggalkan nasi padang yang begitu menggiurkan itu. Kayra jamin pasti setelah ia balik lagi keruangan nasi padangnya itu sudah habis di embat bumil. Menyebalkan! "Ah lebay lo!" Sahut Sarah santai. Tak perduli dengan wajah murka milik Kayra saat itu yang sudah meletup letup ingin mencekik muka nyebelinnya Sarah "Lebay ubun ubun nenek lo! Nih tangkap nih gue lempar!" Buah mangga yang Kayra lempar jatuh tepat di hadapan Sarah. Membuatnya terpekik kaget dan mengumpat pelan. Iya untung pelan. Coba saja kalau berani berani mengumpati Kayra keras, benar benar akan ia acak acak kehidupan Sarah "Pegangin tangga gue!" Berjalan menghentak hentak, Sarah menggeser tangga itu, menahannya agar ketika Kayra turun tidak terjatuh Hap Brak.. Sial "Pfttt--" Sial! Beginikah rasanya pepatah habis jatuh tertimpa tangga "Kalau mau ketawa nggak usah di tahan!" Ketus Kayra jengkel. Berniat membuat Sarah paham jika ia sedang jengkel dan kemudian Sarah akan diam merasa bersalah. Tapi memang otak Sarah bukannya merasa bersalah. Kayra justru malah mendengar tawa terbahak bahak dari belakang tubuhnya. Salah apa Kayra selama hidup. Kenapa ia bisa punya teman otaknya separuh begitu "Bwahaha. Anjir ngapain lo Ay? Lo mau nyabutin rumput? Bwahahahaha anjirrr sakit perut gue.." "Kurang ajar! Lo megangin tangga nggak becus banget bocah!" Kayra meringis tatkala melihat goresan panjang di tangannya. Sepertinya tadi terkena ranting pohon. Sedang Sarah bukannya kasihan melihatnya meringis perih, dia justru lebih memilih mengangkat tangga ke hadapan Kayra kembali yang tadi sudah ia tendang jauh jauh Demi apa itu perih sekali, lebih perih dari pada saat Kayra melihat mantan lewat di hadapan dan tidak menyapanya sedikitpun. Serius tidak bohong jika ingin tahu "Enak aja! tangganya sampai gue peluk juga barusan!" Belanya tak terima Kayra salahkan "Nih mangga nya mending kasihin ke Dokter Bunga kalau sampai anaknya ileran, lo! gue bedah!" Tandas Kayra memegangi siku tangan kanannya. Sungguh, tangannya perih sekali jika tidak di tekuk, rasanya sudah seperti orang kesetrum saja walaupun ia belum pernah kesetrum "Ck, yaelah bu santai aja napa nggak usah judes judes gitu ya maap kan gue sengaja." "Terus aja di sengajain sar teruss.." Kayra mencibir Detik berikutnya Kayra tersenyum miring menatap Sarah yang puas sekali tertawa di depannya "Sar! Sar! Ada kodok di belakang lo sumpah sumpah sumpah!" Kemudian Sarah berteriak heboh mengalahkan suara bajaj yang saat itu lewat di samping pagar. Bukannya diam di perhatikan orang orang, Sarah justru malah lari terbirit b***t ke arah dalam "Dia nggak sadar apa mukanya udah mirip kaya ursula mermaid." *** Ting.. Suara lift terbuka terdengar begitu jelas di pendengaran Kayra saat itu. Memang sekarang hanya ada ia sendiri yang berada di dalam lift. Dengan buru buru Kayra melangkahkan kaki. Membawa berkas untuk Dokter Bunga yang saat itu sedang menunggunya di ruangan "Untung lagi hamil ya tuhan.. Ikhlas aja gue disuruh ngebawain kerjaan dia." Kayra bahkan saat itu sudah mirip seperti zombie yang berjalan terseok seok membawa berkas. Demi apa semua itu benar benar terasa berat sekali di kedua tangannya, belum lagi rasa perih yang masih sangat terasa di siku karena kejadian tadi pagi. Bahkan snelli putih Kayra di bagian terkena darah pun belum sempat ia ganti sangking sibuknya setelah itu Brak! Sialnya, Kayra harus menabrak seseorang saat berbelok di koridor Hancur sudah semua berkas yang ia bawa. Semua berkas berkas segunungnya terjatuh dengan begitu mengenaskan Mengabaikan orang di depannya. Kayra lebih dulu menunduk sambil menyelipkan rambut yang menutupi wajahnya. Tangannya memungut semua berkas berkas yang terjatuh berserakan dengan cepat "Maaf maaf saya ti-" Perkataanya terhenti sesaat setelah matanya bersitubruk dengan orang yang baru saja ia tabrak "Dokter Khanza tidak papa?" Tersadar, Kayra tersenyum ketika suara halus dan lembut itu membuyarkan lamunannya "Eh? maaf Bu Alya saya tidak sengaja." Dengan sopan Kayra menundukkan badan sedikit "Dokter beneran tidak papa?" Tanyanya lagi membuat tatapan penuh arti Kayra teralihkan "Eh-- Oh saya tidak papa bu sudah biasa kalau cuma segini....nih jatuh dari pohon sampai berdarah darah kayak gini juga nggak papa saya mah." Kayra menunjuk tangan yang di perban. Bukan maksud ia mau mencari perhatian orang di sebelah wanita itu. Tetapi memang karena snelli nya yang tergulung hingga batas siku hingga membuat perban yang melilit siku sebelah kanannya itu terlihat jelas "Ya ampun dok kenapa tangannya? Baru ini? Kok masih kelihatan merah merah gini nggak di obatin ya?" Raut muka wanita itu memang terlihat khawatir. Tapi sungguh yang Kayra harapkan bukan wanita itu yang menampilkan ekspresi begitu--melainkan orang di sebelahnya "Ah tidak--" "Lain kali jalan pakai mata!" Jantung Kayra berdetak dengan cepat tanpa bisa di tahan saat suara dingin itu berucap hingga membuat ulu hatinya berdenyut nyeri. Kemudian tanpa basa basi pria itu berlalu pergi meninggalkan Kayra yang masih memasang wajah terkejut sambil memeluk pinggang wanita di sampingnya dengan mesra "Duluan dokter khanza!" Teriak Bu Alya dari jarak yang sudah sedikit jauh Kayra menghela nafas berat. Ya tuhan. Kayra pikir kemarin hatinya sudah begitu kuat untuk melihat semua itu lagi. Sakit sekali. Hingga rasanya Kayra ingin sekali mengoperasi hatinya sendiri untuk mencabut tusukan tusukan yang menancap kejam di hatinya setiap kali bertemu pria itu. Pria masa lalunya. Ya, hanya masa lalu tapi kenapa perasaannya itu begitu sulit sekali untuk beranjak "Menggelinding dong mata gue kalau jalan pakai mata, heboh ntar orang orang." Masih sempat sempatnya Kayra bergumam ketika sedang memungut buku buku yang belum ia ambil semua itu Diruangan, Kayra menatap laptopnya dengan pandangan kosong. Jemarinya memainkan pulpen sambil mengetuk ngetukannya ke atas meja. Pikirannya mengulang kejadian beberapa saat lalu yang tadi ia alami Mungkin kejadian tadi terlihat biasa saja namun itu cukup membuat hatinya terasa begitu sesak. Entah karena perkataan menusuk pria itu atau karena sosok wanita di sampingnya. Dulu sekali Kayra pernah berada di posisi wanita itu dengan begitu bahagia. Tapi itu dulu. Jauh sebelum kejadian menyakitkan itu terjadi "Ah galau kan gue," Drtt.. Drtt.. "Halo?" "Woii!! Buset dah bantuin gue sini!" Spontan Kayra menjauhkan telepon dari telinganya. Suara Sarah dari seberang sana benar benar membuat kupingnya terasa robek "Aduh apaan sih sar kalau ngomong tuh jangan berbisik." "Teriak!! b**o! teriak.. pengen gue tenggelamin rasanya lo. Aduhh buruan dah lo kesini bantuin gue nyuntik difteri para ibu ibu ini! badan gue merah merah semua tau nggak pada di cakar tu ibu ibu." "Haha derita lo sebodo amat gue. Emang bagian lo itu yee." Kayra tertawa hambar. Berpura pura senang seakan penderitaan Sarah menjadi kesenangan tersendiri baginya. Tapi kalau boleh jujur saat itu memang tidak dapat di pungkiri Kayra memang senang. Sangat senang malah membayangkan Sarah di cakar + di omelin ibu ibu disana "Serius dah lo kalau bantuin gue, gue beliin lipstik yang kemarin lo mau dah beneran suer tekewer kewer." Mendengar itu senyum Kayra melebar. Ia sedang dalam masa hemat sekarang untuk tabungan jika sewaktu waktu ada hal yang di perlukan. Contohnya ganti mobil baru atau sekedar membeli sepatunya louis vuitton keluaran termahal--tidak, sayangnya Kayra bercanda. Kalau sampai ia bener benar membeli mungkin besok kepala Kayra sudah di gantung sang Bunda "Beneran loh ya! Okedeh dimana lo sekarang?" "Di ruang bersalin!! Lo jadi Dokter udah berapa lama sih tempat nyuntik difteri aja kaga tau!" "Yee sensi amat bu bercanda doang yaudah On the way kesana gue," "Buruan!" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD