Part 2

1737 Words
Kayra berlari secepat yang ia bisa di sepanjang koridor menuju ruangan orang yang menunggunya sekarang. Tadi Sarah menghubunginya. Mengatakan bahwa saat itu juga yang namanya Kayrala sedang di tunggu Pak Direktur di ruangan Haduhh Sekali lagi Kayra melirik jam di pergelangan tangan kanannya. Menunjukkan tepat jam 09.40 artinya Kayra sudah terlambat 10 menit untuk bekerja di hari senin itu Tetapi itu aneh. Kayra yakin bukan cuma ia saja yang terlambat hari itu. Lalu kenapa Kayra merasa hanya ia yang di panggil langsung ke ruangan. Memangnya apa segitu fatalnya keterlambatan yang dia buat kali ini? Perasaan yang lain terlambat tidak sampai di panggil ke ruangan. Hanya di tegur oleh tim disiplin. Huh! Oke tenang Kayra, tenang. Nggak bakal di hukum mandiin mayat kok Sekali lagi Kayra menghela nafas berat. Menetralkan degup jantungnya yang berdegup dengan cepat di tambah keringat yang membasahi telapak tangan dinginnya--kebiasaanya ketika sedang gugup "Mampus mampus," Menenarik nafas beberapa kali Kayra memberanikan diri melangkah masuk ke dalam ruangan dimana Direkturnya saat itu berada Tok.. Tok.. "Masuk," Cklek.. Menunduk, Kayra berucap pelan "Maaf dok, saya terlambat." Entah sejak kapan pemandangan lantai putih polos lebih menarik pandanganya di banding harus menatap kedua mata yang sedang menatapnya tajam sekarang itu "dr. Kayrala Khanza Pradipa...Ini bukan pertama kalinya kamu terlambat. Sudah bosan kerja di rumah sakit ini?" Kayra meneguk liur susah payah mendengar suara berat nan tajam itu menyebut namanya dengan penuh penekanan "Tidak dok. Maafkan saya." Kayra tetap menunduk. Sungguh, ia tidak punya keberanian menatap atasannya di depan sana--jelas saja sekarang Kayra sedang berhadapan langsung dengan Direktur Rumah Sakit Nuri Medika, dr. Arfan Dhafin Ghifari Sp.B. Sosok yang pastinya memiliki pengaruh begitu besar disitu. Matilah Kayra! Padahal tadi harusnya ia bisa datang tepat waktu. Salahkan saja matanya yang tiba tiba melihat anak kecil di pinggir jalan. Anak itu kelaparan sekali, Kayra sampai tidak tega. Alhasil sebelum berangkat Kayra mengajak anak itu sarapan bersama dulu, akibatnya ia terlambat. Yah, lumayan juga sarapan di kafe Kayra tidak merasa sendirian, sebagai habitat jomblo yang sebentar lagi masuk museum sarapan bersama seperti tadi memang perlu Bukan Kayra tidak ikhlas menolong. Ia ikhlas. Mana tega Kayra melihat orang yang di bawah darinya menderita. Sebagai manusia bumi yang hidupnya menumpang, sudah tugas mereka tolong menolong. Meski berakibat ia terlambat--di hari senin pula. Wah! Terkutuklah Kayra yang terkena s**l terlambat tepat kena giliran shift pagi. Baru sekarang Kayra mempunyai keinginan menukar wajahnya dengan orang lain, siapa saja terserah Kayra ikhlas Fix! Mati ia kali ini "Kali ini kenapa lagi dokter khanza?" Kayra memberanikan diri menatap Arfan yang masih menatapnya tajam Tanganya menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak gatal. Kayra gugup sekali "Anu dok.. Tadi--emm anu aduh! susah banget ya tuhan." Arfan menaikkan satu alisnya melihat wajah Kayra yang tampak gugup "Itu, tadi, saya nemu anak kecil yang kelaparan." Pria itu menaikkan alisnya menunggu kelanjutan dari bibir Kayra "Terus?" "Terus terus nabrak dong dok--eh enggak bercanda.." Kayra nyengir "Saya ajak dia buat sarapan bersama. Kan lumayan dari pada saya makan sendirian ngenes banget gitu kan ya dok. Nyenengin orang pahala loh dok." Kayra berusaha menenangkan hatinya yang tiba tiba berdegup dengan kencang ketika mata tajam itu bertatapan dengan matanya Asli itu mata kalau nggak ada kelopaknya keluar pasti sangking tajamnya Tapi setelahnya entah hanya perasaan Kayra saja atau memang Arfan yang tiba tiba saja melembutkan tatapannya mendengar alasan Kayra terlambat karena menolong orang. Kayra jadi merasa yakin kalau Arfan pasti mau memuji betapa baik hatinya Kayra saat itu. Yakin deh. Kayra tidak muluk muluk minta pujiannya. Hanya cukup memaafkan ia dengan ikhlas sekarang Jika tebakannya benar besok besok tidak papa andai ia terlambat lagi. Nanti gampang aja, Kayra bisa mencari orang buat di tolongin lagi kalau alasan seperti itu di perbolehkan, tidak mungkin juga direkturnya itu melarang untuk menol-- "Alasan yang hampir selalu sama. Dengar sekali lagi dokter Khanza saya tidak mau mendengar alasan yang sama lagi dari mulut kamu, jika sampai kamu terlambat lagi saya benar benar akan memindah tugas kan kamu ke rumah sakit di perbatasan." Lah! Kayra menatap Arfan terkejut dengan mata bulatnya "Ebuset dok! Aduh maaf maaf... dok. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan terima kasih banyak sudah mau memaafkan saya padahal ini bukan hari raya loh." "Sudah keluar sana kamu." Sebelum keluar dari ruangan Arfan. Tidak sengaja matanya menatap foto Arfan bersama Alya 'Kekasihnya' Pria yang cakepnya menyilaukan itu adalah mantan pacarnya. Kayra dan Arfan pernah menjalin hubungan kurang lebih 4 tahun zaman kuliah dulu. Karena kesalahpahaman yang mungkin Kayra buat sendiri hubungan mereka berakhir Setelah kejadian itu Kayra menghilang. Menghilang begitu saja dari hadapan Arfan untuk mengobati hatinya yang serasa remuk tak bersisa. 5 tahun Kayra menghilang dari hadapan Arfan. Bukan sekedar menghilang tetapi juga untuk mengobati trauma serta kondisi psikisnya akibat kecelakaan mobil bersama kedua orang tua nya kala itu, belum lagi di saat bersamaan pula Kayra kehilangan Ayah yang meninggal bersamaan Bunda yang juga koma selama 3 bulan. Menyisakan luka terbesar bagi hidup Kayra Lalu setelah itu tanpa disangka Kayra bertemu Arfan kembali di Rumah Sakit tempatnya bekerja sebagai Dokter Bedah umum dengan Arfan yang menjadi direktur utama Rumah Sakit itu tanpa Kayra tahu Kalau di tanya apa Kayra sudah move on apa belum? Jelas jawabannya belum. Mana ada orang yang bilangnya move on tapi masih ngelirik lirik mantan kalau lagi lewat. Masih begitu penasaran dengan pasangannya terbaru. Masih pura pura lewat depan doi biar di perhatiin Seandainya saja ada cowok yang gantengnya sama kayak Arfan, sikapnya mirip Arfan atau barang sekedar senyumnya saja yang mirip. Demi apapun langsung Kayra tarik ke pelaminan bodo amat pacarnya siapa asal jangan lakinya siapa  Lagian Arfan kenapa bisa cuek banget. Masa iya Arfan lupa ingatan kalau Kayrala itu mantannya dulu. Bisa jadi sih gara gara dulu pisah darinya terus karena terlalu memikirkan ia terlalu larut lama lama jadi hilang ingatan. Kali aja otaknya terlalu sumpek dengan nama Kayra. Oke ngawur Pertama kali bertemu juga bukannya menyapa Kayra dengan baik seperti 'kamu Kayra kan? Apa kabar sekarang' ini malah ngacungin tangan memperkenalkan diri. Kalau Kayra jangan di tanya. Dari ujung rambut ngeliat Arfan berdiri saja Kayra sudah ngacir ke toilet ngeliatin mukanya sendiri yang senyum malu malu mau ketemu mantan. Memang derita gagal move on ya begitu. Sengsara Dan satu lagi bayangin aja betapa malunya Kayra saat pertama kali bertemu dengan status 'jomblo' itu sedang Arfan membawa Alya sebagai calon tunangan dan Kayra malah jom-blo J.o.m.b.l.o. Anjritt Andai aja ada jasa pengisian masa aktif hati buat para Jomblo. Jadi Kayra tidak ngenes amat. Nanti di kira Arfan Kayra tidak bisa move on. Tapi memang benar sih. Kamm--prrett Padahal sebelumnya Kayra senang banget loh sama kejombloannya itu. Ekspetasinya. Mereka bakalan kenalan lalu Arfan mengatakan dia jomblo dan Kayra juga akan mengatakan belum ada yang cocok. Terus balikan. Tapi Kayra memang harus sadar diri. Namanya Realita mana ada yang enak jatuhnya pasti ngejleb Move On itu emang cuman enam huruf. Tapi butuh perjuangan enam panca indra untuk melepaskan dan melangkah dari belenggu kegalauan Terus kalau Kayra di tanya kenapa masih susah move on. Jelaslah orang dari sekolah SD sampai sekarang yang dipelajari adalah menghafal atau mengingat. Bukan melupakan Oh my God! Napa ya cintanya seperti klise foto? :'( Terlihat jelas pesonanya ketika hanya disinari cahaya dollar *** "Lo kenapa sih ay kayak nggak punya duit aja minta makanan gue mulu. Eh duit warisan orang tua lo kaga bakal habis kalau cuma lo pakai untuk makan siang, lo tuh anak orang kaya kalau lo lupa." "Wihh jadi pengen nyanyi lagunya si tegar gue--Cita-citaku menjadi orang kaya, Dulu ku susah sekarang alhamdulillah~~" "s***p LO! Nggak ada akhlaknya, Malu gue!" Kayra meneguk air minumnya mendengar temannya itu mulai mengomel "Kaya dari mana. Kalau gue kaya pasti 'orang' itu nggak bakal buang gue kayak sampah." "Ya itu emang orang sono nya aja yang nggak pernah mau bersyukur." "Biarin lah yang penting gratis ini..lo harus tahu nikmatnya makan gratis itu sar berkali kali lipat wuuenak nya." Kayra kembali memakan makan siang di hadapannya secara gratis dengan bermodal memalak Sarah. Sejujurnya hanya dengan Sarah saja Kayra mau makan siang, itu pun kalau tidak di seret. Bukan ia sok sok an menolak makan siang tapi Kayra kan sibuk. Secara nama Kayra selalu di panggil dimana mana seperti peminjam barang yang sudah dua hari tidak di kembalikan. Tapi jangan sebut Kayra maling, orang Kayra sudah ijin kok, serius. Tapi pas tidak ada orangnya ijinnya Sarah menghela nafas lelah dan berucap dengan nada khawatirnya "Ay lo tuh harus jaga kesehetan lo. Dokter itu kerja nya pagi siang malam lo harus makan dengan teratur, kebiasaan kan lo kaga bisa sarapan pagi akibat terlalu 'menabung'. Kalau kayak gini terus lo bisa mati tau nggak!" Kayra tersenyum. Menepuk pundak Sarah untuk membuat wanita itu tenang. Biar begitu Sarah adalah satu satunya teman yang mau berteman dengannya setelah mengetahui sikapnya yang amburadul itu "Gue nabung untuk keperluan gue juga nanti biar gue bisa senang senang, kan bisa di ajak liburan ya tu duit. Gue senang sar dan apapun yang membuat gue senang akan gue lakuin." Bukan, Kayra bukan benar benar senang. Hanya berusaha menunjukkan kalau ia tidak seburuk seperti ucapan orang yang menghinanya. Kayra bukan ingin balas dendam. Hanya membuat Kayra bahagia dengan membuktikan pada dirinya sendiri kalau seorang Kayra juga mampu menghasilkan uang dari jerih payahnya sendiri dan sukses "Ya kan duit peninggalan orang tua lo ada ay nggak akan habis itu sampai tujuh turunan." "Gue nggak mau makai uang mereka, gue mau segala yang gue hasilkan dari usaha gue sendiri." "Yaudah lah ay terselah lo aja. Mending kita ke ruangan sekarang lo ada jadwal operasi kan setelah ini," Kayra mengangguk mengiyakan. Berdiri meninggalkan kantin tempatnya dan Sarah makan siang "Ayra.." Kayra menoleh. Sarah memanggilnya dengan cengiran lebar di giginya yang berpagar itu, biar gigi emas gue nggak di ambil maling kalau kata Sarah saat Kayra bertanya fungsinya apa selain untuk gaya gayaan, Kayra tahu itu untuk kesehatan tetapi gigi Sarah sudah berbaris rapi layaknya anak tk yang mau cepat pulang ke rumah "Kenapa lo? Sawan?" "Ck, lo mah. Ay...gue nebeng lo ya pulang, lo bawa mobil kan?" Langkahnya terhenti. Menoleh melirik Sarah dengan senyum lebar yang wanita itu tampilkan pada Kayra "Nggak! Naik bajaj tadi gue. Minta jemput aja sono sama pacar lo!" Sarah menekuk wajahnya "Dia pacar gue bukan supir gue!" Kayra melotot "Lah! Terus maksud lo gue supir lo?!" Sarah nyengir kuda "Lo sahabat gue yang paling...cantik sejagat raya semesta alam sejakarta indonesia." "Ah lo ada maunya aja baik baik sama gue." "Baperan banget sih lo! Pantesan di tinggalin." "Kurang ajar! Monyet 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD