Bab 2

1701 Words
Sebulan setelah melakukan ritual penyatuan sepasang kaki manusia itu, Neyna pun bangun dari komanya. Semua anggota keluarga Neyna tidak dapat membendung rasa bahagia mereka. Mereka pun mengadakan acara penyambutan untuk Neyna dirumah Neyna. Acara itu dihadiri oleh seluruh keluarga besar Miedelton. Semua anggota keluarga Miedelton memberi selamat kepada Neyna karena lolos dari masa kritisnya setelah mengalami kecelakaan itu. Tidak lupa keluarga besar itu juga memberikan doa-doa untuk kesehatan dan keselamatan Neymar sekeluarga. Namun Neyna masih ingat tidak ingat dengan semua peristiwa yang terjadi sebelum kecelakaan terjadi. Neyna sekarang masih dalam keadaan kehilangan ingatannya. Kehilangan ingatan membuat Neyna tidak merasa terbebani. Selesai mengadakan acara tersebut, Neyna masuk ke dalam kamarnya untuk istirahat. *** Pagi harinya orang tua Neyna kembali kepada aktifitas mereka. Mereka akan pergi untuk bekerja. Orang tua Neyna sering bekerja di luar kota, namun akhir-akhir ini orang tua Neyna sering menginap diluar kota. Neyna pun sering tidur sendiri dirumahnya. Terkadang saudara laki-lakinya, Shawn, diminta orang tua Neyna untuk menginap dirumah Neyna agar Neyna tidak tidur sendiri dirumahnya. "Ney, kamu dimana?" Teriak Shawn dari lantai dasar, dia baru saja datang dan akan menginap malam ini dirumah Neyna. "Diatas.. Naiklah Shawn" Sahut Neyna dari balik tangga lantai 3, Shawn pun langsung berlari ke lantai 3. Ternyata Neyna sudah menunggunya diruang televisi. Segala camilan kesukaan mereka sudah berjajar diatas karpet. Melihat itu Shawn langsung mengambil salah satu camilan itu dan memakannya. "Sering-seringlah memanggilku kesini Ney. Sungguh, disini aku lebih bayak banyak makan daripada dirumah. Orang tuamu sudah hafal camilan apa saja yang kita suka. Hehe" "Baiklah. Kau boleh kesini setiap hari kalau kau mau" "Haha. Surga camilan" Mereka berdua kembali melihat televisi bersama. Tidak terasa camilan yang mereka nikmati sudah hampir habis. Neyna pun turun ke dapur untuk mengambil lagi camilan disana. Tidak memakan waktu lama Neyna sudah kembali ke ruang televisi. Neyna membawa lebih banyak camilan kali ini. Dalam hatinya berkata Shawn pasti senang karena dia membawakan banyak camilan kali ini. Besok Neyna akan meminta orang tuanya lagi untuk membelikan camilan untuknya dan Shawn. "Ney" "Ya?" "Kenapa kamu memakai baju seperti itu? Kapan kamu ganti pakaian?" "Ganti pakaian?" Ucap Neyna heran sambil mengangkat sebelah alisnya, dia melihat pakaian yang dipakainya, tidak ada yang berubah dari tadi juga dia memakai baju yang sama, "Aku tak ganti pakaian Shawn, dari tadi aku memakai sweater ini" Tambah Neyna, Shawn mengusap-usap kedua matanya "Benarkah?" Shawn kembali mengusap-usap kedua matanya. "Ney. Kamu sedang melantur ya? Kamu tidak memakai sweater" Shawn pun menarik Neyna ke depan sebuah cermin. Dia berusaha menjelaskan apa yang ia lihat. "Lihatlah. Mana yang namanya sweater? Kamu memakai pakaian yang aneh" Namun yang Neyna lihat adalah dirinya dengan mengenakan sebuah sweater di badannya. Neyna pun menonton kepala Shawn karena sedang melantur. "Akh. Apa yang kamu lakukan" "Sudahlah Shawn jangan ngomong melantur terus. Jelas-jelas aku sedang memakai sweater" "Tidak-tidak. Lihatlah, kamu sedang memakai pakaian.. " Ucap Shawn sambil berpikir, "Ki, ki, kimono. Ya. Kimono" "Kimono?" Tanya Neyna, Shawn mengangguk. Neyna kembali memperhatikan dirinya di depan cermin. Jelas terlihat dia tidak memakai kimono. Dalam batin Neyna mengatakan Shawn tidak mungkin berbohong. Anak berumur 11 tahun itu mana mungkin berbohong. Lalu apa ada yang salah dengan penglihatannya. Ini semua sangat aneh menurut Neyna, namun kali ini Neyna tidak begitu memikirkan hal ini. Neyna pun kembali duduk bersama Shawn untuk menonton televisi. "Ganti pakaianmu dulu Ney. Kamu tidak kepanasan pakai pakaian seperti itu?" Neyna pun menjadi bingung. Dengan terpaksa Neyna pun berganti pakaian walaupun pakaian yang dia pakai sebenarnya bukan kimono. Dia pun mengganti pakaiannya dengan dress polos dibawah lutut. Setelah selesai berganti pakaian Neyna kembali bergabung dengan Shawn di ruang televisi. "Tap tap tap" Suara tapak sepatu memecahkan kebisingan suara televisi. "Ney?!" Teriak Shawn membuat Neyna terkejut, "Apa Shawn? Kau mengagetkan ku saja" "Kenapa kau memakai sepatu hak tinggi dirumah? Aku hanya menyuruhmu berganti pakaian bukan sepatu atau sandal" Sebelah alis Neyna memancing lagi. Jelas-jelas dia sedang memakai sandal rumah berhias bulu yang halus. Kali ini Shawn benar-benar melantur. Neyna pun sengaja menghentak-hentakkan kedua kakinya ke lantai karena kesal. "Ney! Berhentilah. Cepat ganti sandal sana" Tukas Shawn kesal,  Tidak peduli dengan anggapan Shawn, Neyna langsung melepas kedua sandalnya dan duduk disamping Shawn. "Shawn dengarkan aku!" Teriak Neyna tepat di salah satu telinga Shawn, "Kamu pikir aku tuli, hah?" "Dengar. Aku tidak memakai sepatu berhak. Aku hanya memakai sandal berbulu!" Jelas Neyna sambil menumpahkan kekesalan kepada Shaw, "Lihat! Mereka sandal bukan sepatu" Neyna mengangkat sepasang sandalnya didepan mata Shawn. Shawn tidak percaya apa yang dilihatnya, dia mengusap-usap kedua matanya. Tampak sepasang sandal berbulu milik Neyna, bukan sepatu berhak yang membunyikan suara nyaring. "Be, benar ini sandal milikmu. Ta, tapi tadi jelas aku melihat kamu memakai sepatu berhak" "Sudahlah. Besok pergilah ke dokter mata. Periksakan penglihatanmu. Aku takut matamu sudah rabun sejak dini" Perintah Neyna bernada kesal, "Apa yang kamu katakan? Aku tidak rabun tahu" Tidak terasa malam sudah tiba. Mereka bersiap untuk makan malam. Selesai makan malam mereka beranjak untuk pergi tidur. Mereka memutuskan tidur diruang televisi karena diruang televisi terdapat beberapa tempat tidur lipat, mereka dapat tidur bersama disana sambil menonton televisi. *** Pagi hari mulai tampak, terdengar suara kendaraan memasuki halaman depan rumah Neyna. Neyna dan Shawn bergegas turun ke bawah. Mereka mendapati kedua orang tua Neyna keluar dari kendaraan itu. Mereka membawa dia kantong besar ditangan kanan dan kiri. Neyna berlari menuju ke arah orang tuanya. Shawn berpikir dia kantong yang dibawa orang tua Neyna adalah oleh-oleh dari luar kota. Dia akan mendapatkan hadiah kembali setelah satu tahun yang lalu. "Hai Shawn, selamat pagi" Sapa orang tua Neyna, "Halo, selamat pagi" "Bawalah satu dari dua kantong itu. Itu oleh-oleh dari kami" "Baiklah, Terima kasih" Shawn langsung mengambil satu kantong yang dibawa Neyna. Shawn mengambilnya terlalu kasar sehingga isi dari kantong itu berceceran di lantai. Neyna hanya menghela nafas panjang karena ulah Shawn yang kekanak-kanakan. Mata Shawn membelalak ketika melihat banyak camilan disana. Tanpa membuang waktu Shawn langsung mengantongi kembali isinya. "Shawn bisakah kau hati-hati sedikit?!" "Hehe, maaf Ney. Aku terlalu bersemangat" "Ayo. Kita sarapan dulu sayang, Dad mu sudah menunggu di meja makan" Neyna mengangguk dan mengajak Shawn untuk sarapan. Selesai sarapan Shawn berpamitan untuk pulang ke rumahnya. Neyna dan orang tuanya berkumpul di ruang televisi. Mereka mengobrol dan bercanda layaknya keluarga. Lusa adalah hari ulang tahun Neyna yang ke 13. Orang tua Neyna akan mengadakan acara ulang tahun Neyna dirumahnya. Acara itu akan didatangi oleh keluarga besar Miedelton. Acaranya akan digelar di lantai dasar. Untuk mempersiapkan itu semua, kedua orang tua Neyna menyewa seorang penata ruang pesta dan juru masak. Neyna ingin ruangan itu didekorasi dengan lampu-lampu pijar yang manis ditambahkan pita di sudut-sudut atas ruangan. Neyna ingin pesta ulang tahunnya nanti menjadi pesta ulang tahun yang menyenangkan. Untuk itu Neyna juga harus memakai baju yang manis dihari ulang tahunnya. *** Sore hari orang tua Neyna mulai memberi kabar kepada anggota keluarga besar Miedelton kalau lusa akan diadakan acara ulang tahun untuk Neyna. Mereka juga mulai menyewa jasa dekorasi ruangan dan juru masak. Orang tua Neyna meminta agar mulai besok persiapannya bisa dimulai. Selesai makan malam Neyna kembali masuk ke dalam kamarnya untuk istirahat. Sudah dua jam Neyna tertidur pulas, tetapi tiba-tiba kedua kalinya serasa seperti ditarik-tarik oleh seseorang. Neyna berpikir dia berada di alam mimpi sampai terbawa seperti nyata. Neyna masih memejamkan matanya dan kembali menarik selimutnya ke atas badannya. Tiba-tiba kaki Neyna ditarik dalam satu tarikan yang kuat. Neyna pun langsung terbangun dari tidurnya. Dia melihat ke bawah kakinya tidak ada apa-apa. Kemudian perlahan Neyna memeriksa ke bawah tempat tidurnya, tidak ada apa-apa. "Tok tok tok" Suara pintu kamar mandi Neyna diketuk. "Tok tok tok" Suara jendela kamar Neyna diketuk. "Tok tok tok" Suara ranjang tempat tidur Neyna diketuk. Jantung Neyna menjadi berdegup kencang. Dia meringkuk ke sudut tempat tidurnya sambil menutupi wajahnya dengan selimut. Keringat dingin mulai membatasi pelipisnya. Dia melirik jam dinding di tembok, masih pukul dua dini hari. "Suara itu berhenti" Batin Neyna kacau, nafasnya mulai tersengal-sengal karena jantungnya yang semakin berdegup kencang. "Mommy Daddy" Ucapnya lirih, tetes demi tetes air mata Neyna mulai membasahi kedua pipinya. "Mommy Daddy" Ucap Neyna lirih sekali lagi, "Mommy Daddy" Ucap seseorang disalah satu sudut kamar Neyna, Mendengar itu Neyna langsung terdiam dan menajamkan mata ke arah salah satu sudut didalam kamarnya. Suara itu mengucapkan kata-kata itu lagi, ditambah suara sesenggukan seperti orang yang menangis. Neyna hanya bisa terdiam di atas tempat tidurnya. Badannya sangat sulit digerakkan karena Neyna sudah ketakutan sekarang. Hanya air matanya yang terus mengalir tanpa ada suara sesenggukan lagi. "Mommy Daddy, help me" Batin Neyna menangis, dia hanya bisa membatin sekarang karena mulutnya pun juga sulit untuk dibuka. Seluruh tubuh Neyna bergetar hebat karena rasa takut yang teramat sangat. Suara seseorang itu terus terdengar sepanjang malam. Sepanjang malam juga Neyna terus duduk terpaku diatas tempat tidurnya. Dia tidak berani menggerakkan badannya sedikitpun. Malam semakin larut, Neyna berharap suara seseorang itu cepat menghilang. Dirinya sudah tidak kuat menahan getaran hebat ditubuhnya. Tepat waktu subuh Neyna langsung terkapar diatas tempat tidurnya. Neyna jatuh pingsan karena kelelahan, badannya lemas seketika. Pada saat Neyna sudah jatuh pingsan, tidak sadar ada seseorang yang membuka pintu kamar Neyna dan menutupnya kembali seolah seperti selesai melakukan sesuatu didalam kamar Neyna. Terdengar nyaring suara ketukan sepatu berjalan menuruni tangga. Suara itu memecah keheningan waktu subuh dirumah Neyna. Namun yang tahu akan hal itu hanya Neyna. Kedua orang tua Neyna tidak pernah mendengar atau mengalami hal-hal aneh seperti yang dialami oleh Neyna. *** Jam 6 pagi kamar Neyna diketuk. "Sayang bangun, ayo sarapan" Ucap Mommy Neyna dari balik pintu kamar Neyna, Neyna masih dalam posisi terakhir ia jatuh pingsan. Dia terbangun karena kaget pintu kamarnya ada yang mengetuk. Dia masih teringat kejadian semalam. Neyna tampak malas turun dari atas ranjang tidurnya. Semua badannya terasa pegal dan lelah. Dia akan pergi tidur lagi setelah sarapan. Setelah selesai sarapan dan mengantarkan kedua orang tuanya berangkat kerja dia tidak jadi tidur kembali karena dia masih takut masuk ke dalam kamarnya. Dia pun masuk ke dalam ruang televisi untuk menghibur dirinya. Sesekali ia mengambil satu per satu camilan dan memakannya. Sampai pada waktu siang hari, Neyna tidak sengaja tertidur disana. Neyna menjalani hari-harinya dengan ceria karena kedua orang tua yang menyayanginya. Namun di sela-sela kecerian itu Neyna merasa ada yang aneh terjadi pada dirinya. Setelah Neyna bagun dari komanya, orang tua Neyna tidak pernah membahas lagi kecelakaan yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Karena mereka tidak ingin Neyna mengalami trauma, cukup koma selama 7 tahun saja sudah membuat hati orang tuanya hancur. Orang tua Neyna ingin mengubur dalam-dalam peristiwa tragis itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD