Part 2 - Meet Him

1380 Words
Yunhee dengan ragu melangkah masuk ke kafe tempat ia dan teman-temannya akan bertemu. Ia meringis karena banyak hantu yang berkeliaran di sekitar kafe itu. "Kau santai saja. Mereka takkan mengganggumu. Sesuai perjanjian kita aku akan mengusir semua hantu yang mengganggumu." ucap Baekho menenangkan Yunhee. "Mengapa kau tidak menghilangkan kemampuan melihat hantuku saja seperti perjanjian kita?" tanya Yunhee. "Apa kau bodoh? Aku hantu! Kalau kau tidak bisa melihat hantu berarti kau juga takkan bisa melihatku. Lalu bagaimana caramu untuk menbantuku kalau kau tidak bisa melihatku? Oh-Yun-Hee?" ejek Baekho. Yunhee mengerucutkan bibirnya kesal. Ia mengedarkan pandangannya dan tersenyum melihat teman-temannya yang sudah berkumpul. Ia menghampiri meja mereka. Lalu menyapa mereka dengan kikuk. "H-hai." Ketiganya menoleh. Jieun yang duluan bangkit berdiri dan menarik Yunhee untuk ikut duduk di sampingnya. "Aku kira kau tak datang Yunhee-ya! Kau tidak tahu betapa aku merindukanmu!" Jieun memeluk Yunhee dari samping membuat Yunhee tersenyum canggung. "Ck, kau jangan memeluk Yunhee begitu Jieun-ah! Kau membuatku cemburu!" protes Junsu. "Berani kau memeluk Oh Yunhee? Kupenggal kepalamu!" ancam Jieun. Baekho duduk di salah satu kursi dan menatap mereka dengan tatapan 'Kumpulan orang aneh ini yang kau sebut temanmu?' membuat Yunhee menatap Baekho kesal. Jieun melepaskan pelukannya karena melihat Yunhee yang menatap tajam pada salah satu kursi kosong. "Yu-Yunhee-ya jangan bilang kalau ada hantu di sana?" ucap Jieun takut-takut. Yunhee mengangguk ragu. Membuat Jieun menjerit histeris sambil memeluk lengan Suyoung. "Kak Suyoung aku ingin tukaran tempat denganmu! Di kursi disampingku ada hantunya!" rengek Jieun. "Isshh, penakut! Lagipula hanya Yunhee yang bisa lihat, kan? Kenapa kau penakut sekali?" ejek Junsu. Jieun melotot pada Junsu dan membuat Yunhee dan Suyeong terkekeh. "Oh iya Kak Suyoung, klienmu belum datang?" tanya Junsu. "Klien?" Yunhee menatap Suyoung heran. "Acara kita ini bertepatan dengan rapat penting. Karena Jieun memaksa dan tempat pertemuannya juga sama, jadi aku satukan saja tempat pertemuannya." ucap Suyoung. "Apa tidak apa-apa?" tanya Yunhee. Jieun tersenyum misterius. Ia berbisik di telinga Yunhee. "Aku melakukan ini untukmu. Kau akan terkejut kalau tahu siapa klien Kak Suyoung." Yunhee memiringkan kepalanya dan menatap Jieun bingung. Namun Jieun menolak untuk menjelaskan maksudnya. "Oh iya, apa hantu yang ada di sampingmu menyeramkan?" tanya Jieun mengalihkan topik. Yunhee menoleh sebentar pada Baekho lalu berkata dengan ekspresi malas, "Tidak, tidak sama sekali." "Hei! Apa kau tidak ingat saat aku menakut-nakutimu di apartemenmu? Kau bahkan sembunyi dibelakang lemari saking ketakutannya!" protes Baekho tak terima. Jieun menghela nafas lega. Ia tersenyum dan memanggil pelayan untuk mencatat pesanan Yunhee. Mereka bersenda gurau mengenang masa-masa SMA mereka. Baekho sendiri kesal karena terus diabaikan oleh Yunhee. Ponsel Suyoung berdering. Suyoung memeriksa ponselnya dan tersenyum pada sahabat-sahabatnya. "Klienku sudah datang. Aku permisi dulu." pamitnya sambil bangkit berdiri untuk melangkah ke meja lain. Yunhee menatap ke arah meja yang dituju Suyoung. Matanya membelalak melihat siapa klien yang dimaksud oleh pria itu. "Ahh ... Sudah kuduga kau akan terkejut! Itu Park Changbin, cinta pertamamu dulu." goda Jieun. Yunhee memalingkan kepalanya kembali dengan malu. Ia tidak menyangka akan melihat Changbin lagi. Saat menoleh ke samping, ia menyadari bahwa Baekho tak lagi ada di sampingnya. Kemana hantu itu pergi? "Ada apa Yunhee-ya?" tanya Jieun. "Ah, tidak apa-apa." ucap Yunhee sambil tersenyum kaku sambil terus mengedarkan pandangannya mencari Baekho. Karena tidak menemukan Baekho, Yunhee mengalihkan pandangannya kembali pada Changbin. Pria itu tidak banyak berubah. Tetap tampan dan selalu mengintimidasi orang-orang di sekitarnya dengan auranya yang kuat. Namun entah mengapa cahaya mata Changbin terlihat redup. Tidak seperti Changbin yang dulu ia kenal. "Berhenti menatap Park Changbin seperti itu. Ia akan menganggapmu wanita aneh karena terus menatapnya." ucap Junsu ketus. Kesal karena Yunhee lebih memilih memperhatikan Changbin dibanding mengobrol dengannya. "Maaf." ucap Yunhee gugup. Jieun mendelik pada Junsu, "Tidak usah perdulikan dia Yunhee-ya. Orang itu hanya tidak suka melihat orang lain bahagia." "Apa kau bilang?!" Jieun dan Junsu kembali berdebat. Yunhee yang tak bisa memisahkan mereka pun mengalihkan pandangannya dengan bosan ke sekeliling kafe. Tatapannya tertuju pada papan iklan yang terpajang di depan kafe. Ia baru memperhatikan papan iklan itu. Kenapa ada wajah Baekho di sana? "I-itu yang di papan itu s-siapa?" tanya Yunhee pada Jieun. "Ha? Byun Baekho? Aktor tampan yang meninggal karena kecelakaan itu?" tanya Jieun. "Kau dari dunia mana Yunhee-ya? Kau tidak mengenal Byun Baek—awww!" Junsu meringis karena Jieun menginjak kakinya. "Tolong mengertilah. Kalau kau selalu diganggu oleh para hantu kau juga takkan punya waktu untuk sekedar menonton TV!" omel Jieun membuat Junsu meringis dan meminta maaf. Yunhee tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa pada. Tanpa sengaja matanya bertemu dengan Changbin. Pria itu menatapnya tajam. Yunhee segera mengalihkan pandangannya. Tidak ingin terlalu lama berpandangan dengan pria itu yang berakibat jantungnya seperti mau meledak. "Wuaa Park Changbin menatapmu! Apa dia mengenalimu?" tanya Jieun. "Tidak, kurasa. Dia kan tidak mengenalku. Hanya aku yang mengenalnya." ucap Yunhee. "Lalu kenapa dia menatapmu?" tanya Jieun. "Entahlah ...." *** Yunhee membuka matanya pelan. Ia masih merasa mengantuk. Gadis itu berguling untuk mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping. Matanya membelalak melihat Baekho yang juga berbaring bersamanya di ranjang. "K-kau?" "Selamat pagi, sayangku~. Apa tidurmu nyenyak? Apa kau memimpikanku dalam tidurmu?" Tiga... Dua... Satu... "Kyaaaa!" Yunhee terlonjak dan melompat turun dari tempat tidur. "Apa yang kau lakukan, hah! Kenapa kau ada di sampingku? Bukankah sudah kubilang kau tidak boleh memasuki kamarku!" marah Yunhee. "Kau berisik. Ini masih pagi. Wajahmu akan keriput kalau kau terus menerus marah seperti itu." ucap Baekho sambil meregangkan tubuhnya. Tiba-tiba Baekho terdiam. Ia memandangi Yunhee intens lalu merangkak mendekati wanita itu. Yunhee sendiri memilih mundur, ketakutan. "A-ada apa? Kenapa kau memandangiku seperti itu?" "Sudah kuduga itu tidak asli." cibir Baekho. "Ha? A-apa m-maksudmu?" "Kau ...," Baekho terdiam sebentar. Matanya terfokus pada satu tempat, "Ukuran dadamu yang sebelumnya tidak asli, kan? Bagaimana dadamu mengecil hanya dalam semalam? Sebelumnya kau pasti pakai sumpalan b*a, kan? Seperti yang kuduga, bagaimana bisa gadis yang setiap hari hanya makan mie sepertimu bisa mempunyai d**a besa—" Sebuah bantal menembus tubuhnya dan mengenai pintu. Baekho berhenti mengoceh dan tertawa. Ia buru-buru kabur sebelum bantal kedua kembali dilemparkan kearahnya. Yunhee menjerit, "Kembali kemari dan lihat bagaimana aku berurusan denganmu! Dasar hantu m***m!" *** Yunhee masih dalam suasana hati yang buruk karena kelakuan Baekho tadi pagi. Jika saja ia tak penasaran mengenai apa yang terjadi kemarin, ia takkan mau bicara pada hantu itu lagi. Sebenarnya Yunhee curiga Changbin berkaitan dengan kematian Baekho—walaupun ia berharap dugaannya salah. Hal ini didasarkan pada sikap Baekho yang menghilang kemarin begitu hantu pria itu melihat Changbin. "Darimana kau? Mengapa kau baru muncul?" tanyanya ketus. "Aku? Aku tidak kemana-mana." jawab Baekho santai. Sikap ketus Yunhee malah membuatnya semakin bersemangat menggoda gadis itu. Yunhee tertawa sinis, "Haha, kau bercanda denganku? Kau tiba-tiba menghilang kemarin!" "Aku tidak berbohong. Kau pikir mengapa tidak ada satupun hantu yang mencoba mengganggumu?" Baekhho menepuk dadanya bangga, "Jelas itu karena aku ada di sekitarmu." Yunhee mendengus. Namun hatinya sedikit lega. Berarti menghilangnya Baekho kemarin tidak ada kaitannya dengan Changbin. Gadis itu berdehem. Mengubah posisi duduknya yang tadinya menyamping menjadi menghadap Baekho. "Lalu mengapa kau tidak bilang kalau kau seorang aktor?" tanyanya. Baekho mengendikkan bahu, "Kau tidak membiarkanku memberitahumu. Saat aku ingin memberitahumu, kau malah mengatakan kalau aku ini buronan yang selalu muncul di TV." "M-maaf ... Lagipula kau tidak memiliki wajah yang tampan dan aura artis sedikit pun. Bagaimana aku bisa tahu kalau kau seorang aktor?" elak Yunhee. "Apa kau bilang?! Kau saja yang tidak menyadari aura idola dalam diriku yang memancar dengan kuat ini! Lagipula wajahku tampan begini masa kau tidak menyadarinya? Sebenarnya bagaimana sih standar pria tampanmu sehingga wajahku ini tidak masuk kategori tampan menurutmu?" ucap Baekho kesal. Yunhee tidak menjawab. Lagipula ia kan hanya berbohong mengatakan kalau Baekho tidak tampan. Baekho tampan, sangat tampan menurutnya. Tapi sifat mesumnya itu menutupi ketampanannya. "Aha! Aku tahu standar pria tampanmu," Baekho tersenyum jahil. Ia berucap dengan nada mengejek, "Park Changbin~." Tunggu, darimana hantu m***m ini tahu Tentang Park Changbin?! Apa ia mendengarnya dan Jieun berbicara tentang Changbin sebelum menghilang? Wajah Yunhee merona. Membuat Baekho semakin gencar menggodanya. "Aku benarkan? Ahhh, ternyata seleramu itu Park Changbin ya?" goda Baekho lagi. " Hentikan." ucap Yunhee. "Park Changbin ... Park Changbin ...!" "Hentikan itu atau kubuat kau mati dua kali!" *** Makassar, 04 Januari 2016 Dipublish di Dreame 17 Juli 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD