Part 1 - Perjanjian

1124 Words
Yunhee memutar bola matanya kesal mendengar kata-kata Baekho. Meminta bantuannya katanya? Yunhee maju dan menerobos tubuh Baekho. Baekho hanya hantu. Jadi walaupun ia menabrak pria itu, tubuhnya akan menembus tubuh transparan hantu pria itu.. "Hei! Kau mau kemana? Kau belum menjawab permintaanku!" protes Baekho. "Kenapa aku harus memenuhi permintaanmu? Apa untungnya bagiku? Tidak ada kan? Lebih baik kau keluar dari apartemenku. Aku punya kehidupan sendiri. Aku tak punya waktu untuk meladeni kalian para arwah-arwah penasaran." ucap Yunhee kesal. Yunhee mengambil ramen instan dari lemari makanannya dan mulai memasak air. Ia tidak memerdulikan Baekho yang berpindah tempat dan duduk di meja makannya. "Kau makan itu? Itu tidak sehat, tidak ada gizinya. Kau juga bisa obesitas bila memakannya. Kau harusnya makan nasi dan lauk pauk dengan gizi seimbang untuk menjaga tubuhmu. Lalu kau juga—" komentar panjang lebar Baekho terhenti saat Yunhee menyentakkan mangkuknya dan menatap Baekho sengit. Yunhee mendengus, "Sepertinya dimasa hidupmu kau itu seorang konsultan kesehatan. Makanya kau cerewet begini. Dengar ya, aku tahu apa yang dibutuhkan tubuhku. Jadi kau tidak usah khawatir." Ia memasak ramennya lalu menuangkannya ke mangkuk lalu mulai makan tanpa menghiraukan Baekho. Ia sama sekali tidak terganggu walau Baekho terus menerus menatapnya sambil bertopang dagu. "Kau ini tidak ada cantik-cantiknya, ya? Kau pasti tidak punya kekasih kalau melihat sikap galak dan acuhmu itu." komentar Baekho lagi. "Berisik!" bentak Yunhee membuat Baekho terlonjak. Yunhee kembali menyeruput ramennya. Takut gadis itu akan mengamuk lagi, Baekho memelankan suaranya. "Kalau kau mau membantuku, aku juga akan membantumu." tawarnya. Tak ada tanggapan dari Yunhee. Baekho pindah ke samping Yunhee. Agak berhati-hati karena sepertinya wanita itu tidak mudah didekati. "Kalau kau membantuku, aku bisa membuat para hantu yang lain tidak akan mengganggumu lagi. Bahkan aku bisa menghilangkan kemampuan melihat hantumu. Kau takkan melihat hantu lagi, bagaimana?" rayu Baekho. Yunhee menghentikan aktivitas mengunyahnya. Tidak bisa melihat hantu lagi? Itu seperti kalimat dari surga! Namun Yunhee tetap menjaga ekspresinya agar tetap datar. "Apa aku bisa memegang kata-katamu?" tanyanya pura-pura tak acuh. Mengetahui Yunhee tertarik, Baekho menyeringai senang. Membuat wajahnya semakin tampan. "Tentu saja. Kau bisa memegang janji seorang Byun Baekho. Kalau aku berbohong padamu, aku akan langsung diseret ke neraka." ucapnya bersungguh-sungguh. "Tanpa kau mengingkari janjimu juga kau akan masuk neraka mengingat sifat mesummu itu." cibir Yunhee. Baekho mengabaikan cibiran Yunhee. Ia sangat membutuhkan wanita ini. "Bagaimana? Kau mau tidak?." tanya Baekho serius. Yunhee berpikir sebentar. Membantu Baekho mungkin akan sangat merepotkan. Tapi mungkin Yunhee bisa mencoba. "Kau bisa memikirkannya dulu. Tapi ingat, tawaranku hanya hingga matahari terbenam." ucap Baekho memperingatkan. "Memangnya apa yang akan terjadi kalau aku menolak tawaranmu?" tanya Yunhee sambil membawa mangkuk ramennya ke tempat cuci. "Tentu saja kau akan kuhantui selamanya." ucap Baekho santai. Selamanya ... Selamanya ... Selamanya ... Apa? Dihantui oleh Baekho selamanya? What the ...! Yunhee bisa gila! Ini sama saja Baekho tidak memberinya pilihan! Yunhee berpura-pura tenang dan mengambil handuk. Ia mengernyit karena Baekho mengikutinya. "Mau apa kau? Aku mau mandi!" usir Yunhee. "Memangnya kenapa?" Baekho berpura-pura bodoh. "Kau ingin melihatku mandi? Kau itu pria! Keluar sana!" usir Yunhee. "Walaupun aku melihatmu, aku tetap tidak bisa menyentuhmu kan? Ya sudah santai saja." ucap Baekhyun santai. Menyentuhnya? Menyentuhnya? "Dasar hantu mesummm!" *** Yunhee mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut. Baekho melirik takut-takut pada wanita itu dari atas atap dapur. Siapa yang menyangka dibalik wajah polos Yunhee, ternyata wanita itu sangat menakutkan saat marah. Drrttt ... Drrrttt ... Ponsel Yunhee berdering. Yunhee mengambil ponselnya dari atas ranjang. "Halo?" ucap Yunhee. "Yunhee-ya." "Junsu-ya? Ada apa?" "Aku, Jieun dan Kak Suyeong akan berkumpul bersama. Aku tahu kau takut keluar dari apartemenmu tapi Jieun memaksaku untuk mengajakmu ikut dengan kami." ucap Junsu. Yunhee terdiam. Junsu, Jieun, dan Suyoung adalah sahabatnya sejak SMA. Hanya mereka yang menerima Yunhee saat itu. Walaupun Jieun sangat takut dengan hal-hal yang berbau hantu, tapi wanita itu tetap saja menerimanya walaupun tahu Yunhee bisa melihat hantu. "Eum, kau tak perlu memaksakan diri. Aku akan bicara pada Jieun. Kau isti—" "Aku akan ikut. Kalian akan berkumpul di mana?" tanya Yunhee. "Di kafe yang ada di daerah Cheongdamdong. Aku akan mengirimkan alamatnya padamu. Apa aku harus meminta Kak Suyoung menjemputmu?" tawar Junsu "Tidak usah." "Baiklah sampai jumpa di kafe Yunhee-ya." "Eum, sampai jumpa." Klik ... Yunhee keluar dari kamar dan menatap bosan pada Baekho yang menggantung terbalik di atap. Sepertinya pria itu bosan. "Kau ingin ikut aku keluar? Aku ingin membuktikan kalau kau memang benar bisa membuat aku tak akan diganggu oleh hantu lagi." ucap Yunhee. Baekho muncul tiba-tiba di depan Yunhee membuat wanita itu terlonjak ke belakang. Terkejut. "Benarkah? Kita akan keluar dari apartemen membosankanmu ini?" Baekho terlihat bersemangat. Yunhee sedikit tersinggung karena Baekhyun mengatakan apartemennya membosankan. Tapi ia mengabaikannya. "Mau ikut?" "Tentu saja! Ayo!" *** Yunhee berjalan ke halte bus sambil sesekali memperhatikan Baekho. Hantu itu ... Entah mengapa terasa tak asing baginya. Ia yakin ia sering melihat wajah hantu itu, tapi dimana? "Aneh sekali, aku merasa pernah melihatmu entah dimana." ucap Yunhee. "Itu tidak aneh. Wajahku memang selalu ada di mana-mana saat aku masih hidup. Aku saja heran mengapa kau tak mengenaliku." ucap Baekho percaya diri. Yunhee berhenti melangkah dan membalikkan badannya ke arah Baekho. "Jangan-jangan ... Kau ini seorang buronan yang sering muncul di TV?" ucap Yunhee sambil menunjuk wajah Baekho. Jika saja Baekho bisa menjitak wanita itu, mungkin ia sudah menjitaknya beribu-ribu kali. Enak saja mengatainya buronan. Tapi Baekho mencoba maklum. Lagipula Yunhee tidak memiliki TV di tempat tinggalnya. "Oh iya, sebenarnya aku bingung. Bukankah wanita seumuranmu kebanyakan sudah menjadi mahasiswi sekarang? Kulihat banyak piala dan sertifikat yang kau pajang di apartemenmu jadi kau pasti wanita yang cerdas dan tidak mungkin tidak bisa lolos ujian masuk perguruan tinggi jadi hanya ada satu alasan yang bisa kupikirkan sekarang. Kau tidak kuliah karena tidak punya uang ... Mengapa kau tidak menggunakan beasiswa? Aku yakin kau akan diterima kalau melihat prestasimu." Baekho kembali mengoceh panjang lebar. Kali ini Yunhee menanggapi ocehan Baekho dengan tatapan tajam. "Kau ... Jangan pernah melewati batas dan ingin tahu urusan pribadiku. Jika kau ingin aku menerima tawaranmu lebih baik kau tutup saja mulutmu!" ucap Yunhee dingin. Baekho bergidik ngeri melihat tatapan Yunhee. Tapi tunggu dulu, Yunhee menerima tawarannya "Jadi kau menyetujui perjanjian itu?" tanya Baekho senang. "Mau bagaimana lagi. Kau tidak memberiku kesempatan untuk menolak. Membantumu lebih baik dari pada dihantui olehmu selamanya." jawab Yunhee enggan. Baekho tersenyum lebar dan melayang-layang di atas Yunhee. Membuat gadis itu sekali lagi mengernyit kesal. Ia harus segera mengabulkan permintaan pria ini agar dia bisa mendapatkan kehidupan tenangnya kembali. Yunhee tak tahu, bahwa keputusannya untuk membantu Baekho akan mengubah seluruh hidupnya. *** Makassar, 02 Januari 2016 Dipublish di Dreame 17 Juli 2020 Cherryblossom62
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD