Bab 2

1201 Words
Tidak ada yang perlu ditutupi, karena sesuatu yang halal memang patut untuk dibanggakan.   Kurang lebih hampir 8 jam Sarah terlelap dalam tidurnya. Tubuhnya masih tertutupi selimut dengan rapatnya namun keadaan kamarnya telah berubah. Suasana kamar gelap yang sebelumnya dia ingat, kini telah terang benderang. Lampu kamar yang ada di atas nakas, keduanya nampak menyala terang. Belum lagi lampu kamar mandi yang menyala menandakan ada seseorang di dalam sana. Pendingin ruangan yang hidup dalam ruangan kamarnya menunjukkan suhu dibawah rata-rata. Sarah ingin mendumal rasanya. Siapa yang menyalakan tempratur pendingin ruangan dengan suhu serendah ini. Dengan gerakan malas, Sarah meraih remote AC yang berada di atas nakas. Sambil mengatur suhunya, beberapa kali mulutnya menguap. Menandakan dia masih mengantuk. Maklum saja jam baru menunjukkan pukul setengah 5 pagi. Setelah merapatkan selimutnya, Sarah mencoba untuk terlelap kembali. Namun sesaat sebelum kedua matanya tertutup sempurna, dari dalam kamar mandi keluar sosok Lian dengan handuk putih yang melilit bagian pinggangnya. Hampir saja Sarah menjerit. Jika saja dia tidak ingat bila sejak kemarin sudah ada sosok lain dalam hidupnya.  Sambil berusaha memejamkan kedua matanya, Sarah mencoba mengabaikan sosok Lian yang bergerak mondar mandir di dalam kamar itu. Wangi harum sabun cair milik laki-laki itu benar-benar memabukkan Sarah. Jujur saja Sarah bukanlah perempuan yang baik-baik. Dia sudah mengenal laki-laki semenjak dirinya masuk ke sekolah menengah atas. Namun apa yang biasa Sarah lakukan dengan pasangan laki-lakinya hanya sebatas kegiatan pasangan pada umumnya. Dia pun masih mengetahui norma-norma yang boleh dilakukan dalam agamanya meski status Islam hanya tertulis di KTP miliknya. Namun keadaan saat ini benar-benar berbeda. Yang dengan santainya berjalan bolak balik tanpa busana adalah laki-laki muda yang sudah menjadi suaminya. Ingin rasanya Sarah menendang Lian keluar dari kamarnya. Namun dia tidak bisa. Ceramah apa yang akan dilakukan kedua orang tuanya jika dirinya melakukan hal gila itu. Meskipun dia belum ada rasa dengan Lian, tetapi memang seharusnya Lian tidak diperlakukan kasar oleh Sarah. Karena itulah Sarah mencoba menahan kekesalahannya. Ini baru sehari mereka menikah. Tetapi rasanya dunia Sarah sudah hancur berkeping-keping. Andai saja sejak awal dia memiliki alasan kuat untuk menolak pernikahan ini, mungkin nasibnya akan jauh lebih baik. Ketika Sarah ingin mengintip apa yang sedang dilakukan Lian, kedua manik matanya nampak kaget atas kegiatan Lian pagi ini. Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi, Lian sibuk bersujud mengucap syukur kepada sang Pencipta. Agak sedikit tidak percaya, Sarah memastikan tanggal serta tahun yang tertera pada layar ponselnya. Di tahun 2018 seperti ini, apalagi ketika jaman anak muda yang nakal malah diagung-agungkan. Di dalam kamarnya ada laki-laki berusia 20 tahun yang sepertinya salah arah dalam pergaulan. "Dia sholat?" gumam Sarah pelan. Kain sarung kotak-kotak yang Lian kenakan nampak sudah rusak, karena ada bagian bolong di belakangnya. Namun Lian tetap memakainya dan sama sekali tidak mengganggu sholatnya sedikitpun. Bahkan setelah sholatnya usai, Lian tidak langsung bergerak dari posisinya. Dia masih setia mengarahkan kedua tangan ke atas sambil memanjatkan sebait doa kepada sang Pencipta. Permintaan Lian tidaklah banyak. Dia hanya ingin diberikan pemikiran yang bijak. Agar tidak salah langkah dalam mengambil keputusan. "Udah bangun?" tanya Lian sambil melipat sajadahnya. Sarah diam. Membalik posisi tubuhnya membelakangi Lian yang tersenyum penuh arti kepada istrinya itu. Sejenak Sarah mengabaikan Lian. Namun tak lama perempuan itu penasaran juga. Apa yang tengah Lian lakukan di dalam kamarnya. "Ngeselin!!! Kaget gue!!! " pukul Sarah pada kepala Lian. Memang Lian secara sengaja berjongkok dekat dengan ranjang di mana Sarah tengah berbaring membelakanginya. Lalu ketika perempuan itu berbalik, Sarah terkejut bukan main. Wajah Lian tepat memenuhi pemandangannya ketika berbalik. "Auw..., pagi pertama setelah menikah bukannya dicium malah dipukul." gumam Lian. "Lagian nggak ada kerjaan banget. Ngapain juga pakai jongkok di situ." Lian tertawa. Dia melepaskan sarung kotak-kotak miliknya lalu menggantinya dengan celana pendek. "Mau ikut nggak?" tanya Lian menatap manik mata Sarah. Perempuan itu tergugup. Dia agak ragu bertanya akan ke mana Lian membawanya. Namun Sarah juga tidak mau langsung menyetujui ajakan Lian pagi ini. "Yaelah. Tenang aja kali. Kalau juga aku culik udah sah ini. Nggak akan dipenjara sama polisi bawa kabur istri sendiri." "Emang mau ke mana?" tanya Sarah agak sewot. "Cari alat kontrasepsi." "Sinting!!!" amuk Sarah sambil melemparkan beberapa bantal ke arah Lian. "Gampang banget sih percaya sama kata-kata orang. Ngakunya udah dewasa. Udah tua. Eh, maksudnya usianya beda jauh sama aku. Tapi kelakuannya menyedihkan." sindir Lian. "Ya habisnya kenapa tiba-tiba bahas kontrasepsi. Emang kita mau ngapain?" "Jaga-jaga aja. Aku masih kuliah masih mau cari kerja dulu. Kalau kamu langsung hamil agak repot aja. Tapi kalau emang dikasihnya cepat mau gimana lagi." Ucap Lian sembari menyelidiki ekspresi di wajah Sarah. "Lagi mimpi? Aku juga nggak mau punya anak!!" "Bukan nggak mau tapi belum waktunya. Yakin kamu seumur hidup nggak mau punya anak? Aku sih mau punya anak. Apalagi buat anaknya sama kamu." ucap Lian cepat. "Sana mandi. Aku tunggu di depan. Nggak enak sama Ibu, kalau kamu bangun kesiangan. Padahal nggak aku apa-apain juga." cengirnya lebar. Kembali satu bantal besar Sarah lemparkan ke arah Lian. Laki-laki muda itu malah tertawa lepas tanpa beban. Memang paling bahagia setelah menikah adalah bercanda dengan pasangan halal seperti yang mereka lakukan saat ini. Baru satu langkah Lian keluar kamar. Wajah jahil adik Sarah sudah menyambutnya. Gadis berusia 18 tahun itu dan masih menduduki kelas 3 sekolah menengah atas tersenyum penuh arti ke arahnya. Percis adiknya di rumah, batin Lian. "Bang Lian udah bangun aja. Mbak Sarah mana? Pasti kecepek'an ya?" Lian tertawa geli. "Kok tau sih kamu?" "Tahu dong. Kan Cika udah gede, Bang. Masa kayak begituan aja nggak paham." "Bagus kalau Cika paham. Sayang Mbakmu nggak paham masalah itu." tawa Lian geli. Meskipun Lian belum lama mengenal keluarga Sarah, namun dengan sikap mudah bergaul yang dimilikinya, Lian sudah berhasil masuk ke dalam keluarga itu. Tak tanggung-tanggung, bahkan Lian pula sudah sering kali bertanding game online dengan kakak laki-laki Sarah yang sudah berumah tangga. Bagi Lian usia tidak membatasinya untuk mengenal orang lain yang usianya jauh lebih dewasa darinya. Karena dalam pergaulan, tua dan muda itu hanya masalah usia. Yang penting komunikasi bisa lancar satu sama lain, sudah cukup sebagai modal dalam pertemanan. Lian tahu pernikahannya diawali dengan perkenalan tak sengaja antara dirinya dan sang Ayah mertua. Namun keputusannya menikahi Sarah bukan sesuatu yang disengaja. Apalagi ketika Ayah Sarah memberikan foto Sarah untuk pertama kali kepadanya. Dan berniat mencarikan Sarah calon suami. Rasanya jiwa laki-laki Lian langsung tertantang. Dia ingin menunjukkan kepada semua orang bila anak muda sekarang tidak hanya pandai merayu para wanita. Namun juga bisa menjadi sosok suami siaga. "Sekarang Bang Lian mau ke mana? Pagi-pagi udah rapi aja. Masih pagi banget loh ini, Bang." "Loh, Cika sendiri mau ke mana?" tanya Lian balik. "Cika ada ujian pagi ini." "Kalau gitu Abang anterin." "Serius?" Tanya Cika dengan wajah berbinar. Sudah lama sekali kehilangan sosok kakak laki-laki setelah Abangnya kandungnya itu menikah, Cika benar-benar seperti menemukan oase di padang pasir jika berdekatan dengan Lian. "Serius. Kapan sih Abang main-main? Buktinya aja Abang serius nikahin Mbakmu itu." "Iya deh. Iya. Andai Bang Lian pilih Cika waktu itu. Bahagia banget pastinya Cika." goda sang adik ipar dengan wajah memerah. Lian memasang senyum manisnya. "Jodoh Abang itu Mbak Sarah. Dan Abang percaya jodoh Cika pastinya laki-laki terbaik. Karena Cika adalah adik Abang yang paling baik." ucap Lian begitu dewasa melebihi usianya saat ini.  ----- continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD