3 | Kencan Tahap Pertama

1068 Words
"Guys..." dengan heboh Luna datang sambil tergopoh-gopoh mendekati kubikelnya sendiri. Meila dan Renata mendongak dari layar PC masing-masing. Menatap sahabatnya dengan kening berkerut-kerut. "Lo kenapa, Lun?" Renata yang merespon pertama kali. Meila ikut nimbrung. "Abis diapain lo sama si bos?" "Gue punya kabar mencengangkan!" seru gadis itu heboh. Untung saja di ruangan ini hanya terisi kubikel mereka bertiga–sebenarnya berempat, sih. Tapi yang satu lagi kebetulan sedang kosong. Baru saja cuti lahiran dan belum ada pengganti sampai sekarang. Jadi meskipun koar-koar, nggak akan ada yang nimpuk karena merasa terganggu. "Lo berdua pasti kaget." "Perut gue mules, nih.." tiba-tiba Renata memegangi perutnya. "Nanti aja deh lo kasih tahu. Gue mau ke WC bentar." Luna panik. "Lo kok gitu sih?" gadis itu menghalangi langkah temannya untuk tetap duduk di tempat. "Nanti aja ke WC-nya. Sekarang lo dengerin gue ngomong. Ini bener-bener berita mengejutkan. Gue yakin kalian berdua pasti kaget sama kayak gue tadi." "Aduh, gue udah kebelet nih, Lun. Entar kalo brojol di sini malah bahaya." Renata menyibak tubuh temannya dan lari terbirit-b***t keluar ruangan. Luna kecewa. Tapi gadis itu tidak menyerah dan ganti mendekati tempat Meila yang sibuk berkutat dengan deretan angka dalam latar datar PC-nya. "Mei, lo nggak mules, kan?" "Enggak," Meila mencomot wafer cokelat dari dalam stoples dan memakannya. "Tadi pagi gue nggak sempet sarapan." "Bagus!" Luna menarik salah satu bangku kosong milik Renata dan duduk di sebelah meja Meila. "Lo inget cowok yang kita temuin di kafe kemaren?" Meila tidak langsung menjawab. Gadis itu menekan jari jemari di atas keyboard dan sesekali menyuapkan wafer ke dalam mulutnya sendiri. "Mei, lo inget, kan?" "Hmm.." jawab Meila agak tidak mudeng. "Yang mana?" "Yang kemaren lo bilang cocok jadi calon suami gue itu loh. Yang ganteng dan keren." cerocos Luna tidak menyerah. "Pacarnya Lisa blackpink versi Indonesia." "Oh itu.. iya, gue inget." sambil bertanya Meila sama sekali tidak mengalihkan tatapannya dari layar PC. "Kenapa? Lo masih belum move on dari tuh cowok?" "Dia itu ponakannya Pak Broto, Mei!" wafer di tangan Meila mengambang di udara. Kepala gadis itu menoleh cepat dan melongo bodoh. Jika memungkinkan, Luna ingin sekali memotret kejadian ini sebagai kenang-kenangan. Meila itu jarang terlihat jelek. Jadi kejadian langka semacam ini seharusnya wajib diabadikan. "Sumpah muka lo jelek banget, Mei." "Lo bilang apa tadi?" Meila mengerjap-ngerjap. "Si cowok keren itu ponakannya Pak Broto yang gendut bulat dan botak itu?" Luna tertawa kencang mendengarnya. "Gue juga awalnya nggak percaya." Meila seperti lupa dengan semua pekerjaannya. Gadis itu dengan tangkas memutar kursi kerja dan menggesernya semakin dekat dengan tempat Luna duduk saat ini. "Lo tahu darimana, Lun?" Luna menceritakan apa yang Pak Broto sampaikan ketika di ruangannya tadi. Tentang bagaimana pria itu menawarkan kondangan bersama sampai rencana dibalik itu semua. Ketika menceritakan semuanya, tak lupa, Luna juga menambahkan ketika dirinya berpapasan dengan pacar Lisa blackpink itu. Minus adegan pelukan kilat yang membuatnya ingin mimisan di tempat. "Lo yakin dia ponakannya pak Broto?" Meila memastikan sekali lagi. "Siapa tahu dia cuma kenalan atau rekan bisnisnya?" "Gue yakin!" tekan Luna padahal dia juga asal nebak saja. "Ya ampun!" Meila ikut-ikutan histeris. lalu bersiap berdiri dan membuat Luna mengernyit bingung melihatnya. "Lo mau kemana, Mei?" "Gue akan pura-pura ngasih berkas ke ruangan Pak Broto," Meila mengedip genit. "Lo mau titip salam nggak?" Luna melongo bodoh. "Ngapain lo ke sana?" Meila tidak menjawab. Cuma cungar-cungir sambil merampas bundelan kertas di meja sebelah kalkulator. Gadis itu melenggang dengan percaya diri meninggalkan ruangan. "Mau kemana tuh anak?" Renata datang dengan muka cerah. "Siapa?" tanya Luna. "Meila." "Mau ke ruangan Pak Broto katanya." "Heh?" Renata berhenti menata kertas di atas mejanya. "Ngapain?" "Mau ngecengin ponakannya." "Ponakan? Pak Broto punya ponakan?" lalu Renata teringat sesuatu dan mendekati Luna. "Oh iya, lo tadi mau ngomong apa?" Entah kenapa Luna mendadak malas bercerita. "Nggak jadi." "Loh?" "Lo tanya aja sama Meila." Gadis itu kembali ke mejanya sendiri tanpa merasa perlu mengembalikan kursi yang dia pinjam sebelumnya. "Gue mau rampungin kerjaan dulu. Biar entar malem bisa kencan tanpa gangguan." "Kencan sama siapa? Bukannya lo jomblo?" Renata tertawa sambil menggeret kursinya ke tempat semula. Begitu menyadari sesuatu, gadis itu melotot, "Udah ada yang match?!" Luna cuma nyengir. Tapi Renata langsung paham dan berseru heboh. "Wow, Luna! Kapan? jam berapa?" "Rencananya sih nanti malem." Dia jadi ikut-ikutan semangat membahasnya. Tadi pagi Rafka kembali mengingatkan acara temu malam ini. Dan Luna membalasnya dengan ramah dan mengatakan jika dia akan datang. "Eh, ada fotonya nggak? mau lihat dong!" Renata merangsek maju mendekati meja kerja Luna. Luna membuka layar ponselnya, kemudian mencari akun Rafka dan menunjukkannya pada Renata. Gadis itu langsung berkomentar, "Manis ya? ada lesung pipinya." "Iya," balas Luna dan mengambil kembali ponselnya. "Udah sana, kerja! gue juga mau kerja ini." "Percaya deh yang lagi semangat-semangatnya kencan perdana." sindiran Renata justru membuat Luna terkikik geli di atas kursinya. Setelah Renata duduk manis dan sudah mulai bekerja, Luna diam-diam menyimpan ponselnya ke dalam laci meja dan lanjut kerja. Ini adalah percobaan pertama. Dan Luna berharap pertemuan hari ini berjalan sempurna sampai Mama tidak bisa lagi memaksanya menerima jodoh dari anak temannya. * * * Pukul : 17.15 WIB Seluruh pekerjaan Luna telah selesai. Pembukuan dan t***k bengek data transaksi terbaru selesai dengan lancar. Gadis itu meletakkan pena dengan puas. Lalu mengulet sebentar di atas kursi kerjanya. "Udah selesai lo?" tanya Renata dari balik PC-nya. "Udah semua nih. Tinggal pulang terus kencan." "Gaya lo!" Yang dihina hanya tertawa saja. "Semoga lancar ya, Lun!" kata Meila masih sibuk dengan kertas di tangannya. Saat kembali ke ruangan tadi, Meila mendesah kecewa karena tidak menemukan orang yang Luna bilang keponakan bos mereka. Luna menyemangati dan membesarkan hati sahabatnya kalau mereka pasti bisa bertemu lagi seandainya orang itu benar-benar ponakan Pak Broto. Dan Renata yang sebelumnya tidak mengerti apa-apa jadi ikutan tahu. Gadis itu jadi sama penasaran dan ingin bertemu juga. "Gue cabut duluan ya?" Luna berdiri dan menenteng tas kerjanya. Setelah mematikan PC dan menyimpan seluruh dokumen fisik ia keluar dari sekat meja menuju pintu. "Duluan aja, gue bentar lagi juga mau kelar," sahut Meila. Sedangkan Renata cuma mengacungkan jempol tiggi-tinggi. "Oke!" Luna bergegas memasuki mobil dan menginjak pedal gas. Mobil mulai melaju dan bergabung dengan para pengendara lain. Luna akan pulang dulu, mandi, lalu dandan secantik mungkin sebelum pergi ke tempat ketemuan. Masih ada waktu dua jam lebih. Dan Luna akan memastikan Rafka jatuh cinta dalam pandangan pertama. Lihat saja nanti!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD