Bab 3

1436 Words
Gilina tak henti berdoa selama diperjalanan, agar Ano tidak terluka terlalu parah, dadanya sesak memikirkan apa yang menimpa Ano. "Permisi saya Bundanya Ano, bagaimana keadaan anak saya" Gilina terlihat panik dan bertanya keadaan Ano kepada salah satu guru yang bertugas di meja piket. "Oh Bundanya Ano ya, Ano tidak apa-apa Bunda hanya lecet aja di keningnya, tadi dia terlalu semangat bermain dengan teman-temannya dan tidak sadar menginjak lobang dan terjatuh" Gilina membuang nafas tanda bersyukur setelah mendengar penjelasan guru piket tadi. "Sekarang Ano dimana Ibu?" Tanyanya lagi, Guru piket tadi menunjukkan jalan menuju UKS dan ketika memasuki ruang UKS Gilina melihat Ano tertawa dengan teman-temannya,bahkan seperti tidak terjadi apa-apa. "Bunda...." teriak Ano girang, Gilina menghampiri Ano dan melihat luka di keningnya. "Ano gak apa-apa Bun, hanya lecet kecil aja kok, teacher aja yang terlalu heboh, lihat deh cuma lecet biasa" Ano membuka perban dan memperlihatkan luka kecil, tapi tetap saja Gilina merasa bersalah membuat tubuh anaknya terluka. "Kamu sukses buat Bunda kalang kabut, Bunda bahkan kabur begitu saja setelah menabrak orang, aduh bagaimana kalo orang tadi terluka"  Gilina menoel hidung bangir Ano dan dibalas dengan cengengesan ala Ano, gaya yang sangat menyerupai Jilino. "Maafin Ano Bun, gak ulang lagi deh lari-lariannya asal Bunda gak sedih lagi" Ano mengusap pipi Gilina dan itu cukup membuat Gilina bangga mempunyai anak pengertian dan baik hati. "Ya udah, kamu ke mobil dulu... Bunda mau bicara dengan teacher kamu dulu" Ano mengangguk dan menerima kunci mobil yang diberikan Gilina. Setelah melihat Ano pergi, Gilina keluar dari ruang UKS dan mencari guru kelas Ano diruang guru. "Saya Bundanya Ano, Teacher Selmi ada?" Tanya Gilina ramah, seorang guru pria menunjuk ruang disamping mejanya tanpa sedikitpun menoleh kearahnya, Gilina mendengus kesal. "Sok banget sih" rutuk hati Gilina menerima perlakuan tidak menyenangkan dari guru lelaki tadi. Tok tok tok Gilina mengetuk pintu dan membukanya pelan, teacher Selmi sedang membaca buku pelajaran melihat kearah pintu dan tersenyum ramah. "Bunda Gilina, silahkan masuk... maaf kita harus bertemu dalam keadaan seperti ini" teacher Selmi menyalami Gilina dan menyuruhnya untuk duduk. "Bunda minum apa?" Tawar teacher Selmi, Gilina menggeleng dan duduk dihadapan Teacher Selmi. "Saya kaget teacher menghubungi saya dan mendengar Ano jatuh membuat d**a saya sakit" teacher Selmi mengerti dan mengangguk, teacher Selmi membuka lacinya dan mengeluarkan selembar kertas. "Tadi di kelas kami belajar mengambar dan saya meminta anak-anak melukis apapun yang mereka inginkan dimasa depan dan saya terpukau dengan lukisannya" lembaran kertas itu diserahkan teacher Selmi kepada Gilina, lukisan yang tidak bisa dibilang bagus dan sempurna tapi apa yang ingin disampaikan Ano melalui lukisan mampu membuat airmata Gilina tumpah ruah, selama ini Ia bertahan dengan tidak menangis lagi, tapi melihat lukisan Ia, Ano dan sosok ayah membuat Gilina merasa terpukul dan terluka. "Saya tau Ano anak yatim, saya sudah mendengar apa yang terjadi dengan ayahnya, anak seumur Ano sedang membutuhkan kasih sayang serta perhatian dari sosok ayah, melihat lukisan ini siapapun akan menitikkan airmata" ujar teacher Selmi, Gilina tertawa pelan dan menghapus airmatanya. "Ayahnya memang sudah meninggal, tapi dihati saya dan Ano ayahnya masih hidup dan selalu menjaga kami" teacher Selmi tersenyum dan mengangguk tanda setuju. "Ano anak yang pintar dan dia akan mengerti kenapa ayahnya tidak disampingnya kini" balas teacher Selmi, Gilina hanya tersenyum dan berdiri dari kursinya, kertas berisi lukisan Ano masih di pegangnya. "Baiklah teacher terima kasih atas pemberitahuan tentang keinginan Ano" Gilina menyalami teacher Selmi dan meminta izin untuk pamit pulang. Ketika hendak keluar pintu ruangan teacher Selmi terbuka dan guru pria tadi masuk tanpa menyapa Gilina dan menyerahkan lembaran kertas berisi jadwal mengajar. "Ah iya Bunda, perkenalkan bapak ini anaknya pemilik yayasan dan Pak ini Bunda Gilina, Bundanya Ramiano" Gilina tersenyum dan menjulurkan tangannya. "Gilina Altamirano" pria itu membalas uluran tangan Gilina pelan tanpa menyebutkan namanya. "Permisi pak, teacher Selmi" Gilina merasa gerah, Ia sudah bersikap ramah tapi pria itu tetap terlihat jutek. Gilina meninggalkan ruang teacher Selmi dan menyusul Ano yang telah menunggunya di mobil. "Tumben jutek banget tadi bahkan kamu tidak menyebutkan nama kamu, biasanya kamu ramah kok sama Bundanya Ano jutek dan tidak bersahabat" teacher Selmi yang juga kakak ipar pria  yang bernama Adam, Adam mengangkat bahunya. "Gak suka aja sama janda" Selmi terbahak dan memukul bahu adik iparnya. "Janda, tapi cantik loh.... mau dengar gak kenapa dia bisa galon sampai sekarang?" tawaran Selmi tak sedikitpun membuat rasa penasaran dihati Adam. "Yakin? Asal kamu tau... dia janda tapi baru sekali disentuh suaminya, jadi ya anggap aja janda suci" "Mbak kok tau?" Adam terpancing dengan perkataan Selmi. "Ya, taulah..  kakak iparnya, Valleria itu istri Mas Evan... kakaknya mbak" Adam mengangguk tanda mengerti, pantasan Selmi terlihat dekat dengan Gilina. "Tapi tetap saja janda dan aku gak doyan, uihh apalagi dia punya anak, ogah ngebesarin anak orang" Selmi berdecak kagum mendengar jawaban adik iparnya itu dan memukuk bahu Adam pelan. "Jaga ucapan kamu, siapapun yang dekat dengan dia akan cepat jatuh hati, termasuk almarhum suaminya" Selmi meninggalkan Adam  dan kembali mengajar. "No, i don't like widow..." **** "Saya lagi dijalan mau antar anak saya dulu, suruh aja tamu itu menunggu, anak saya lebih penting" suara Gilina terdengar kesal, padahal tadi Ia sudah menghubungi Sekretarisnya dan membatalkan semua pertemuan, Ia ingin menghabiskan waktunya dengan Ano, tapi pemberitahuan ada tamu yang mencarinya membuat Gilina memutar kembali mobilnya menuju kantor. "Tapi tamu ini masih maksa nungguin Ibu, bahkan Ia sudah menunggu sejak 3 jam yang lalu" "Ya sudah saya kembali ke kantor" Gilina membuang ponselnya keatas dashboard dan menatap Ano yang tertidur. "Susah banget menghabiskan waktu dengan anak sendiri" gerutu Gilina. Sesampai di depan Lobby Gilina menggendong Ano dan membawanya menuju ruangannya. "Makasih" Gilina tersenyum kepada satpam yang membukakan pintu masuk kantornya. "Sama-sama Ibu, apa mau saya bantu gendong den Ano nya?" Tawar pak satpam, Gilina menggeleng dan masih menggendong anaknya itu dan masuk kedalam Lift yang membawanya ke ruangannya. Gilina meletakkan Ano diatas sofa dan menyelimutinya dengan blazernya. "Siapa sih tamunya" tanya Gilina penasaran, Vina sang sekretaris menyerahkan kartu nama tamu tadi. "Gerando Del Castilo, namanya seperti orang asing" Vina menggeleng pelan. "Indonesia tulen bu, masih muda sekitaran usia Ibu tapi sengak dan belagu, bahkan terlihat kejam dan mengintimidasi, sekretarisnya aja terlihat stress dan bersikap layaknya robot" Vina mengedikkan bahunya, Gilina tertawa dan meletakkan kartu nama itu di saku bajunya. "Sesekali kamu lihatin Ano, kalo bangun kasih aja jus dan cemilan dan berikan game nanti dia gak bakal ngerusuh kayak dulu" Vina tertawa dan membukakan pintu untuk atasannya itu. Gilina merapikan rambutnya dan juga bajunya yang sempat keluar karena menggendong Ano tadi. Gilina membuka pintu dan melihat seorang pria duduk dan memainkan tab nya sedangkan seorang wanita berdiri dibelakangnya. "Maaf, tuan Gerando Del Castilo... saya Gilina Altamirano, maaf membuat anda menunggu" Gilina yang berdiri disamping Gerando menjulurkan tangannya, Gerando atau Gerand meletakkan tab nya dan melirik jam di tangannya. "Tepat 3 jam saya menunggu anda, sangat tidak profesional" kata-kata Gerand mampu membuat Gilina kaget dan menarik kembali juluran tangannya. "Saya tidak pernah membuat janji dengan Anda, jadi jangan salahkan saya" balas Gilina tak mah kalah, Gerand tertawa sinis dan menepuk tangannya. Gilina menatap wajah Gerand, apa yang diucapkan Vina benar, pria ini bisa mengintimidasinya dan mampu membuat Jilina merasa tidak nyaman dengan tatapan matanya. "Lupakan masalah keterlambatan anda, kita langsung ke pokok masalah" "Ya sudah, apa yang mau anda bicarakan" balas Gilina. "Berapa harga Anda?" Ujar Gerand to the point. "Hah? Maksud anda? Saya tidak mengerti" Gerand tertawa sinis dan mengeluarkan buku ceknya. "Segini cukup?" Gerand menuliskan nominal cukup besar dan membuangnya kearah Gilina. "Anda keterlaluan!!!! Saya bukan w**************n yang mau menjual diri saya kepada orang asing, meski saya janda sekalipun" Gerand kembali tersenyum sinis. "Saya membeli anda dan perusahaan ini, bukan tujuan untuk meniduri anda tapi saya tertarik dengan perusahaan ini dan membeli perusahaan ini itu berarti membeli anda juga" emosi Gilina mulai naik ke ubun-ubun apalagi setelah mendengar perkataan Gerand. "Permisi" Gilina membuka pintu dan memanggil satpam. "Ya ibu, ada yang bisa saya bantu" "Usir tamu ini dari sini dan jangan biarkan dia menginjakkan lagi kakinya dikantor ini" ujar Gilina keras, Gerand berdiri dan memasang kembali jasnya. "Anda boleh menolak hari ini nona ah tidak karena anda janda saya akan memanggil anda Nyonya, tapi tidak dengan lain kali" Gerand memberi tanda agar sekretarisnya mengikutinya keluar dari ruang rapat, Gilina yang kesal mengambil lembaran cek tadi dan menyerahkannya ke tangan sekretarisnya. "Bawa atasan kamu ke rumah sakit, atau ahli jiwa... gila dipelihara!!!" Gerand meninggalkan ruang rapat tanpa memperdulikan Gilina yang kesal. Gerand menekan tombol lift dan ketika Ia melangkah masuk, Ano yang baru dari lantai bawah membeli ice cream bersama Vina bertabrakan dengan Gerand. Sekretaris Gerand menutup mata dan sebentar lagi akan mendengar amukan Gerand. 1 menit berlalu, Gerand hanya menatap Ano tanpa henti, Ia ingin marah tapi melihat mata anak itu membuatnya mengurungkan niatnya memarahi Ano dan berlalu begitu saja dan membuat sekretarisnya kaget dan bertanya-tanya. "Baju bapak kotor" "Buang saja nanti, oh iya sore ini saya mau bertemu dokter Malik, bekas operasi di wajah saya masih terasa sakit, saya mau kamu siapkan pertemuan saya dengan dokter Malik" sekretaris Gerand mengangguk dan menghubungi dokter Malik saat ini juga. ****  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD