Bab 3

1171 Words
"Apakah sekarang tuan, eh maksudku pak Rama sudah bertemu dengan cinta pertama bapak?" pelayan kafe itu bertanya ke arahku yang sedang menyeruput kopi.  "Jangan memotong perkataanku, dengarkanlah saja." Aku sudah kembali ke posisi awal duduk, dia menunduk malu memainkan jari-jari nya dan mengangguk. Ku hela nafas panjang. Memanggil pelayan lain dan mendekat ke arahku.  "Ia tuan ada apa?" ucap pelayan lain yang juga melirik ke arah gadis yang duduk di depanku.  "Selama dia sedang bersamaku, jangan menyuruhnya untuk melayani pelanggan lain. Aku akan membayarmu dua kali lipat." pelayan yang berdiri itu terlihat senang. Ia mengangguk. Tidak kalah terkejutnya dengan gadis yang ini, dia mendongakkan kepala menatapku. Aku balas dengan senyuman, kulihat pipinya yang merona.  "Cerita ini akan lama, aku tidak mau ada yang menganggu." kataku dengan nada lembut. "Mau dilanjutkan?"  ------------------------------------------- Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, hari ini adalah hari peresmian naik jabatanku menjadi CEO, menggantikan atasanku. Beliau juga beralasan bahwa ia akan memimpin perusahaan cabang lainnya. Karena itu beliau mencari pengganti dan aku yang menurutnya pantas menggantikan beliau sebagai CEO.  Ku peluk tubuh besarnya, mengucapkan beribu-ribu terima kasih. Bisa menjadi sekarang seperti ini juga berkat bimbingan sang atasan yang sudah mengajariku selama bekerja di sana. Mulai di awal magang sampai saat ini, beliau lah yang membimbingku.  "Pak Rama, selamat anda sudah resmi menjadi CEO di perusahaan Alfa D Courp." Ya, itu nama perusahaan ini.  Para direktur yang ada diruangan itu, yang aku kira rata-rata sudah berkepala lima berbeda jauh dengan diriku yang masih muda tapi lebih tinggi pangkatnya dari mereka. Sebenarnya aku merasa tidak enak tapi atas alasan yang Bos berikan, aku menerima nya. Mereka menjabat tangan mengucapkan selamat padaku. Aku mengangguk membalas senyuman mereka.  "Terima kasih semuanya," ucapku. "Aku akan menjalani amanah dan tanggung jawab ini dengan baik. Aku akan bekerja lebih keras lagi. Mohon kerjasama nya." Tinggalah sekarang hanya kami berdua. Aku dan Bos, sekarang bisa dibilang mantan Bos hehe.  "Terima kasih Pak, telah mempercayakan ini kepada saya." Aku terus memeluknya.   "Bapak memilihmu karena kinerja mu bagus dan sudah banyak pengalaman. Jadi apa salahnya Bapak memilihmu. Apa mau Bapak gantikan lagi?" Aku menggeleng tertawa kecil, tentu aku bahagia mendapat kepercayaan sebesar ini. "Saatnya Bapak pergi. Uruslah perusahaan ini dengan baik." Itu kata terakhir sebelum Pak Budi meninggalkan perusahaan ini.  Aku berjalan ke ruangan baruku. Ruangan besar yang akan menjadi tempatku bekerja dengan tanggung jawab yang lebih besar. Sepanjang jalan staf dan karyawan menundukan kepala di hadapanku tanda menghormati atasan barunya. Apalagi kaum wanita yang berbisik ria.  "Dia tampan." ucap wanita yang berdiri di sampingku.  "Lebih tampan setelah menjadi Bos kita, wajahnya mengeluarkan aura kepemimpinan." yang lain menyahuti.  "Masih muda, pintar, jadi CEO, jomblo lagi. Uuuuh aku mau." Begitulah mereka berbisik-bisik. Aku hanya tersenyum menanggapinya yang membuat mereka menepuk d**a. Entahlah apalagi yang mereka pikirkan. Tapi maaf aku akan menjaga hati untuk orang yang aku cintai, ada dia yang sudah menunggu. Sebentar lagi aku akan datang. Tanpa sadar aku tersenyum ketika membayangkannya.  Tiba aku memasuki ruangan besarku. Ruangan yang tidak asing, ya sebelumnya aku sering keluar masuk ruangan ini tapi bukan sebagai pemilik. Dan sekarang ruangan ini sudah menjadi milikku. Ruangan yang luas, ada sofa panjang disudut, dibelakang meja ada ruang kamar pribadi. Jendela yang menatap langit luas. Ku alihkan pandangan lurus ke meja yang besar disana tertulis nama ku. Presdir Rama Galireyndra. Ku pandangi nama itu, sekilas sudut bibir ku naik, aku tersenyum.  Sekarang aku sudah duduk di kusri Bos. Empuk, itu yang aku rasakan. Ku edarkan pandangan ke sekeliling ruangan, ku sandarkan punggung ke kursi dengan kedua tangan menopang kepala, wajahku menatap langit-langit ruangan. Dan ku pejamkan mata.  "Begitu banyak perjuangan kerja kerasku hingga aku bisa sampai ke titik ini." Aku bergumam sendiri. Membayangkan diriku dulu yang berada di titik terendah hingga mencapai kesuksesan seperti saat ini. Sungguh tidaklah mudah.  Suara ketukan dibalik pintu membuyarkan lamunanku. Kusuruh dia masuk dan ternyata Angga. Dia tersenyum ke arahku penuh arti.  "Hebat, sekarang sudah jadi Bos aja." Tanpa ragu Angga duduk di sofa. Dia terus menggodaku dengan ocehannya.  "Aku disini berkat kerja kerasku. Makanya contoh aku," ucapku sedikit membanggakan diri, dia terkekeh mendengar ucapanku.  "Haha baiklah Bos, sekarang aku akan mematuhi semua perintahmu." Dengan gaya membungkuk ala pengawal istana.   Ditengah obrolan kami, ada seseorang yang masuk. Kami menoleh ke arahnya. Angga melihat dengan wajah kagetnya kemudian tersenyum. Wanita itu melihat ke arahku.  "Selamat Pak atas jabatan baru Bapak. Saya Alexa, sekretaris baru Bapak. Saya akan bekerja sebaik mungkin." Wanita itu mendekat ke arahku menjabat tangan. Ah aku baru ingat, sekretaris yang disini ikut bersama Pak Budi ke cabang perusahaan yang lain.   "Saya Rama, jangan terlalu formal. Sepertinya kita seumuran," ucapku. Dia mengangguk sopan. Aku berdehem melihat Angga yang tidak berkedip melihat sekretaris baruku. Dia tersadar dan pura-pura menggaruk kepalanya yang tidak gatal.  "Bos, ini buat gue." Aku terkekeh mendengarnya lalu mengangguk. "Ya udah Bos, aku pamit dulu." Seraya tubuhnya menghilang dibalik pintu. Jika menyangkut soal wanita dia selalu yang paling depan. "Ini berkas yang harus pak Rama tandatangani." Wanita itu memberikan berkas di tangannya dan menjelaskan semua tentang isi dan apa yang harus aku kerjakan.  "Ok, mulai sekarang kita partner." Dia tersenyum. "Kamu kesini oleh siapa?" tanyaku. Dia menjawab, kesini karena ditugaskan oleh atasannya yang diperusahaan lain. Masih cabangnya. Ya, perusahaan ini memiliki beberapa cabang di Indonesia.   "Ada yang lain yang bisa saya bantu Pak?" Alexa masih berdiri di hadapan ku. Kuakui dia memang cantik, pantas Angga begitu terhipnotis olehnya. Tinggi, putih, rambut hitam sebahu dan berpendidikan. Tapi aku hanya melihatnya sebagai partner, atau mungkin nanti akan menjadi teman, mengingat usia kami yang hanya berbeda satu tahun lebih muda dariku. Aku tidak akan tergoda oleh kecantikan wanita lain. Aku sudah berjanji akan mencintai cinta pertama ku. Kecantikannya tidak akan terkalahkan, kecantikan dari hatinya lah yang membuatku jatuh cinta.  "Tidak, terima kasih." Aku kembali duduk. "Oh besok aku mungkin akan sedikit telat. Selepas pulang, sore ini aku akan melakukan perjalanan ke Bandung." Aku begitu bersemangat, tidak sabar untuk membawa nya ke Jakarta, melihat perusahaan yang aku tempati, melihat keberhasilanku menjadi seorang Bos. Aku harap cinta pertamaku bahagia melihatku sukses.  "Mau apa Pak? Apa mau bertemu rekan bisnis?" ucapnta penasaran.  "Aku akan mengunjungi Yayasan."   "Yayasan?" Dia terlihat kaget, seperti meminta penjelasan.  "Iya Alexa, aku akan mengunjungi Yayasan Panti Asuhan Pramansya." Masih ingat jelas nama itu dikepalaku. "Sudah lama aku tidak kesana. Hari ini juga aku akan mengunjungi Bapak."  Wanita itu hanya berkata "Oh." Tidak ingin bertanya lebih jauh, merasa bukan tugas nya untuk mengetahui kehidupan pribadiku.  "Ok Pak, besok sebisa mungkin aku akan handle sementara Bapak belum datang." Wanita itu berlalu setelah mendengar ucapan terima kasih dariku.  Aku sudah duduk berdesakan di bis menunggu laju nya mobil itu. Jurusan Jakarta-Bandung menjadi mobil yang aku tumpangi. Yang aku bawa hanya tas gendong yang berisi oleh-oleh untuk Bapak dan gadis pemalu ku. Aku hanya berpakaian santai, kaos dengan jaket hodie hitam dan celana jeans ditambah sepatu hitam favoritku. Aku tidak punya kendaraan mobil atau motor, untuk menjemputnya. Tapi suatu saat akan ku pastikan membawa jalan-jalan gadisku dengan mobil mewahku. Akan kuturuti semua keinginannya. Aku akan membahagiakannya. Aku akan menikahinya.  Namun tanpa aku tahu, impian-impian itu sangatlah mustahil untuk kupenuhi. Apakah takdir akan berbaik hati padaku. Sebentar lagi aku akan di hadapkan dengan masalah yang tidak pernah aku duga. Tuhan akan melihat seberapa kuat aku bisa menghadapi nya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD