001

555 Words
Keluarga harusnya adalah tempat ternyaman, namun itu hanya bagi orang beruntung.  Pukul 04.00 Disaat semua orang masih tertidur seorang gadis sudah terbangun dari tidurnya hanya untuk belajar. Apa semua anak di benci di keluarganya? Apa semua anak di perlakukan gak adil oleh orang tuanya? Atau semua anak pernah merasa dunia ini gak adil baginya? Kurasa tidak.... Kurasa itu semua hanya nasibku seorang-Keina Flashback... 10 tahun yang lalu... "Dek, jangan lari-lari nanti jatuh." Seorang laki-laki berumur lima belas tahun berteriak pada kedua adiknya. "Iya ,Kak," kata seorang gadis kecil dengan rambut panjangnya, yang tak lain adalah Reina. "Kei, jangan cepat-cepat larinya,"imbau Reina. Gadis kecil yang dipanggil ---Kei--- tak mendengarkan teriakan kedua kakaknya, ia tetap berlari dan menjauh dari  Reina yang akan menangkapnya. Sedangkan tak jauh dari mereka sepasang suami istri sedang mengamati ketiga putra putrinya dengan senyuman mereka. Sampai akhirnya- "Kei, awas!!!" BRAKKK  …  "Maaf, pak bu kami sudah berusaha semaksimal mungkin tetapi , anak bapak dan ibu sudah tak dapat diselamatkan."kata Seorang perempuan paruh baya dengan jas putih yang tak lain adalah dokter. " Bu, Saya akan bayar berapapun asalkan anak Saya selamat"kata Papa memohon sambil memegangi tangan dokter. "Nggak Dok, anak Saya masih hidup!"Kata Mama tak percaya dengan perkataan Dokter dan  menangis sejadi-jadinya. "Yang sabar ya pak, bu."lalu Dokter itu berlalu pergi meninggalkan Papa yang langsung luruh kelantai memeluk Mama sedangkan Reina dan Keina hanya diam memperhatikan keduanya. Mama masih menangis, bahkan dia hampir pingsan di pemakaman karena Feino adalah satu-satunya anak lelaki dan anak kesayangan Mama. "Fei, ini mama, yang tenang ya disana"kata mama sambil mengusap nisan Kak Keino. Bukan bukan Keina tapi Feino yang meninggal karena menyelamatkan Keina dari tabrakan mobil. " Ini semua salah kamu Kei!"tuduh Mama Keina. "Feino gak bakal mati kalo Kamu gak lari-larian!"lanjutnya memojokan Keina yang diam memandang Mama takut. " Tapi Ma, Kak Rei  yang ngeja.."Belum selesai Keina mengajukan sesuatu dipikirannya, Papanya sudah terlebih dahulu membuka suara.  "Nggak bukan salah Reina itu semua salah Kamu." sarkas Papa. Keina menunduk, menutup matanya sejenak untuk melupakan kejadian itu. Kenapa kejadian itu terus hinggap dikepalanya?. Ingatan itu mengusik Kei. Bahkan hingga detik ini. … "Pagiii Kei"sapa kedua sahabat Keina, Icha dan Diana. " Pagi juga, kantin yuk Aku laper Na, Cha."ajak Kei sembari meletakkan tas berwarna navy nya ke bangku. "Belum sarapan lagi Kei?,"tanya Icha.  Keina menggeleng seperti biasanya membuat Icha dan Diana mendesah. Kedua sahabatnya  sudah tau semua tentang dirinya. Mereka sudah sahabatan dari sd. Lika liku hidup Kei sudah sangat Mereka hapal. " Ya udah kuy ke kantin sekarang keburu bel,” sahut Diana. "Ehh Gue yang laper kenapa Lo yang semangat?,"ujar Kei merasa aneh dengan kelakuan Diana. "Hehe gapapa kuy"sahut Diana cengengesan membuat Kei merasa ganjal. " Ayoklah," Sampai dikantin Keina mengamati Diana yang menatap kakak kelas Mereka sambil mesam mesem tak jelas. “Kenapa sih Na?,”herannya sambil menengok kakak kelas yang Diana tatap sambil mesam mesem. “Lagi naksir kakak kelas Kei. Tuh orangnya”sambar Icha sambil mengambil nasi goreng milik Kei tanpa dosa. “Ehh beneran Na?Siapa sih?,”kepo Kei  “Namanya Cakra Kei Dia anggota Gervide sayangnya.”jelas Diana “Emang kenapa kalo anggota Gervide?,” “Serem.” “Kok ser-?,” Pertanyaan Kei tak ia lanjutkan karena beberapa anak Gervide berlalu lalang didepan mereka. Membuat Kei cepat-cepat menghabiskan nasi goreng miliknya dan berhenti banyak tanya pada Diana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD