bc

Pretend : Piece Of Broken Heart

book_age16+
213
FOLLOW
1.0K
READ
love-triangle
second chance
friends to lovers
drama
bxg
highschool
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Orang-orang sering berkata, cinta bertepuk sebelah tangan itu menyakitkan, terutama jika perasaan itu telah tumbuh sejak lama dan dia adalah cinta pertama.

Inilah yang Lisa Hogward rasakan, ia jatuh cinta kepada teman masa kecilnya, Dino. Dialah cinta pertamanya Lisa dan Lisa mencintainya sangat lama. Hubungan keduanya berjalan baik. Meski hanya satu pihak saja yang lebih dominan dalam hubungan itu, namun pada akhirnya mereka berdua pun menjadi sepasang kekasih. Hubungan itu berlangsung cukup lama, tapi semakin lama, Lisa mulai menyadari satu hal—bahwa Dino sama sekali tak menyukainya, bahkan sejak awal pertemuan mereka.

Pemuda itu tak menaruh hati padanya.

Hanya ada satu cinta di hubungan itu, dan Lisa sendiri juga tahu, bahwa hanya dialah pecinta di dalam hubungan rumit yang mereka jalani.

Apakah dengan cara menjauhi pemuda itu dapat membuat pemuda itu berbalik menatap ke arahnya? Apakah Dino bisa mencintai Lisa seperti Lisa yang mencintai Dino?

chap-preview
Free preview
01. Sepasang Kekasih
Jadi, meski yang jadi pecinta hanya aku, kita akan tetap bersama, 'kan? Jujur saja, aku tak ingin berpisah darimu. *** Budaya dari Jepang yang populer mulai dikenal secara luas di Indonesia pada tahun 1990-an. Memang sebelumnya, pada tahun 1970-an dan 1980-an animasi khas Jepang atau biasa dipanggil anime sudah masuk ke Indonesia melalui teknologi video recorder yang filmnya didapatkan di rental-rental video. Akan tetapi, dikenalnya budaya Jepang secara lebih meluas di Indonesia pada tahun 1990-an, dapat ditandai oleh diterbitkannya komik-komik Jepang yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh PT. Elex Media Komputindo, salah satu anak perusahaan penerbit Gramedia. Hal ini pun membuat budaya Jepang semakin terkenal di semua kalangan. Baik dari generasi tua, maupun muda. Terutama bagi mereka yang menyukai komik, animasi atau budaya lainnya yang berasal dari negeri sakura tersebut. Sebab semakin populernya budaya Jepang di Indonesia, khususnya bagi kalangan muda, beberapa sekolah swasta di Indonesia pun mulai memasukkan bahasa Jepang sebagai bahasa yang wajib dipelajari di sekolah mereka. Termasuk juga dengan nilai-nilai yang orang Jepang miliki. Mental yang kuat dan sangat menghargai waktu. Dari situlah, berdirilah sekolah-sekolah yang mengajarkan para siswanya budaya Jepang. Mulai dari kebiasaan di lingkungan belajar, cara berbicara kepada orang lain, bahkan kemandirian sejak dini pun mereka perkenalkan. Itulah yang membuat sebuah kota di pulau Kalimantan mendirikan satu sekolah untuk mengajarkan seperti apa kemandirian anak-anak di Jepang, serta cara mereka menghargai waktu. Daerah itu tidak terlalu banyak penduduknya, namun karena mereka menggunakan sistem Jepang, wajah mereka pun terlihat oriental khas Jepang. Meski kulit mereka tak banyak yang seputih orang-orang Asia Timur sana, tapi mereka tetap terlihat rupawan dengan ciri khasnya. *** Seorang gadis berseragam seifuku* warna putih dengan dasi berwarna hijau, tampak berlari dengan tergesa-gesa melewati jalan setapak. Langkahnya sedikit terseret karena pikiran yang mengganggu di otaknya ini membuat tenaganya terkuras sangat cepat. Gadis itu sama sekali tak menghiraukan deru napasnya yang terlihat tak beraturan, dia juga tak peduli dengan helaian rambut panjang kecokelatannya yang kian berantakan seiring derap langkah kakinya. Keinginannya hanya satu, yaitu bisa berlari secepat mungkin seperti seorang atlet lari profesional. Dia harus segera tiba di tempat tujuannya. Dia tak ingin seseorang menunggu lebih lama. Pemuda itu sangat benci menunggu. Sama seperti kebanyakan orang di kota kelahirannya ini. Terlambat itu memalukan, apalagi jika lebih lama dari batas waktu yang telah dijanjikan. Gadis itu menggeleng cepat, pikiran-pikiran buruk hanya akan membuat langkah kakinya kembali melambat. Dia sudah melihat tujuannya dari sini, dia akan sampai dengan segera ke sana. Di dekat gerbang sekolahnya, itulah tempat yang dituju oleh gadis yang sedang berlari cepat bak atlet ini. Di samping gerbang Furukawa High School, terlihat seorang pemuda yang berdiri dengan angkuh di samping sepeda hitamnya. Tingginya tak lebih dari 170 cm, terlihat seperti hanya itulah batas tinggi yang ia miliki di pertumbuhannya saat ini. Tangannya terlipat di depan d**a dengan tampang yang terlihat sekali menunjukkan kebosanan. Tak ada senyuman, hanya ada garis tipis yang datar di mulutnya. Seperti melihat patung yang ekspresi di wajahnya tak pernah berubah. Sesekali pemuda itu akan melihat arloji yang melingkar di lengan kirinya dan kembali mengembuskan napas dengan gerak-gerik tak sabaran. Menunggu adalah sesuatu yang dibenci semua orang, sama seperti yang dirasakan oleh pemuda yang satu ini. Mana orang yang sudah ia tunggu-tunggu sejak tadi? Terdengar suara derap langkah kaki seseorang yang bergerak cepat ke arahnya, kemudian suara itu berhenti, tapi disusul dengan suara napas yang terdengar menganggu. "Di-Dino-kun*," panggil seseorang yang sedari tadi pemuda itu tunggu, dia baru saja tiba. Yang dipanggil namanya sama sekali tak menoleh. Akhirnya datang juga, pikirnya sambil mendengkus pelan—kebiasaan ketika tidak suka dengan suatu hal. Suara yang memanggil Dino itu terdengar begitu lembut dan pelan, dia adalah gadis dengan surai panjang kecokelatan yang berlari bak seorang atlet lari sebelumnya. Mahkota indah yang menjadi kebanggaan semua wanita di seluruh dunia yang ia miliki tampak lebih gelap di beberapa sisi. Rambutnya basah terkena keringat yang terus saja mengalir keluar dari dalam pori-pori kulitnya. Sejujurnya, dia benci berlari. Demi apa pun, dia lebih senang menikmati jalan santai tanpa harus berlari secepat mungkin seperti tadi. Meskipun kelelahan dan agak terlambat, pada akhirnya gadis itu sampai juga di tempat tujuannya, yaitu gerbang sekolah. Tempat di mana seorang pemuda berwajah tampan sedang menunggu kedatangannya. Sebenarnya, situasi yang terjadi ini bisa lebih dijelaskan lagi. Pemuda itu hanya "terpaksa" berdiri di dekat gerbang sekolah dan "terpaksa" menunggu sang gadis, tak lebih. Sang gadis membungkukkan tubuhnya sedikit, sembari memegang dadanya yang terasa sakit karena dipaksa berlari. Benar saja, dia memang payah dalam bidang olahraga, terutama lari. Jika boleh memilih, tentu saja dia akan lebih memilih olahraga yang menggunakan otak daripada olahraga yang satu itu. Sang gadis masih mencoba mengatur ritme napasnya yang tak beraturan. Dia tetap terengah-engah, meski sudah beberapa menit terlewati dalam keheningan. Pernapasannya belum kembali normal seperti biasa, tapi ia sudah sangat kelelahan sekarang. Jantungnya terus berdetak kencang di dalam d**a, hingga terasa menyentuh tulang rusuknya. Peluh membasahi wajah hingga turun ke lehernya yang jenjang. Gadis itu sudah di ambang batas, namun respons yang ia dapatkan justru semakin menguras tenaganya. "Terlambat lagi," dengkus pemuda yang diketahui bernama Dino. Mata obsidiannya yang pekat melirik sebal pada gadis yang berdiri di dekatnya. Gadis itu hingga kini masih sibuk mengatur napas, namun tak seperti sebelumnya, ia terlihat lebih baik sekarang. Dino tak bisa memaklumi keterlambatan sang gadis, meski dia sendiri tahu jika gadis ini memang payah jika sudah disuruh berlari, tapi jika dia tak berlari seperti tadi, maka dia akan lebih terlambat lagi dari ini. "Ma-maaf, Dino-kun, aku tadi baru saja selesai dari merapikan berkas di ruang guru." Gadis muda itu berucap dengan kalimat putus-putus. Itulah kebiasaan buruknya, berbicara terbata-bata di depan seseorang yang ia sayangi. Sang gadis berusaha keras menjelaskan alasannya datang terlambat. "Pak Malik dari kelas Bahasa Indonesia memintaku ikut merapikan kantor dan aku—" Namun perkataannya yang belum selesai itu langsung dipotong begitu saja oleh pemuda bertampang datar di depannya. Dino tak ingin mendengar penjelasan gadis itu lebih jauh lagi. "Terserah kau sajalah," ucap Dino datar. Si bungsu dari keluarga Leckner itu kembali melanjutkan, "aku ingin cepat pulang." Ucapannya itu terdengar mutlak. Dengan kesan yang begitu dingin, dan terasa tak ramah sama sekali. Dino memang tipikal orang yang tak sabaran, apalagi jika disuruh menghadapi gadis yang membuatnya semakin tidak sabaran.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M
bc

Bastard My Boss

read
2.7M
bc

Naughty December 21+

read
509.0K
bc

DESTINY [ INDONESIA ]

read
1.3M
bc

OLIVIA

read
29.2K
bc

SHACKLES OF GERALD 21+

read
1.2M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook