Pertengkaran Pertama

1315 Words
Coba tebak, apa Yoga jadi memenuhi janjinya pada April hari itu?  Tidak, lelaki itu tetap kembali memejamkan mata. Akhirnya April menyerah, dia kecewa. Tidak mau perpanjang dan malah jadi pertengkaran, di tempat seindah itu. Akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri. Selain itu April kesal karena Yoga banyak meninggalkan jejak di leher dan bahunya, ia harus bekerja keras menyamarkan bekas gigitan suaminya itu dengan foundation. Terpaksa harus memakai syal menutupi lehernya, sebagai atasan ia memakai Crop tanktop bunga-bunga dengan bawahan, denim hot pants yang hanya sampai setengah paha. Sebagai luaran memakai cardigan tipis berwarna putih.  Para pengunjung lain pasti akan mengira, ia tidak waras memakai syal di saat cuaca sedang panas seperti sekarang.  Tanpa meninggalkan pesan apa pun, dia langsung keluar kamar. Membiarkan Yoga tidur kembali. Untungnya, pemandangan indah deretan gunung Alpen serta suasana danau Como yang amat tenang, menjelang sore sungguh menyejukkan. Sulit dicari tandingannya di dunia.  Hotel tempatnya menginap menyediakan kapal pribadi, dia naik itu bersama turis lainnya untuk bisa menyusuri titik-titik terindah danau Como. Dengan camera mirrorless yang dibawa dan digantungkan di lehernya, April tidak berhenti menjepret setiap sudut pemandangan di depannya itu.  Dia sudah baik-baik saja, membesarkan hatinya untuk meredakan rasa kecewa terhadap sang suami. Tetapi, beberapa turis yang berpasangan dengan kemesraan mereka, membuat April berhenti memotret. Dia tercenung, ini lebih cocok disebut Vacation dari pada Honeymoon. Lagi pula Honeymoon macam apa ini? apa definisi Honeymoon hanya sebatas tempat tidur seperti yang mereka lakukan tadi? Entahlah, rasanya April lelah dengan segala pemikirannya yang rumit.  Tempatnya indah, tetapi dia merasa hampa.  Kembali menarik napas, April memilih kembali menatap pemandangan di depannya dan tanpa dia kendalikan, air matanya jatuh di pipi. Buru-buru dia mengusapnya.  Selanjutnya April memutuskan berjalan-jalan di sore hari di kawasan dekat dengan Villa II Balbiano, Villa tua yang terkenal disana. Lalu dia menyusuri gang-gang kecil di sebuah desa bernama Varenna yang indah karena warna pastelnya. Rasa semangat yang mengebu-gebu tadi tiba-tiba tidak dia temui, bagaimana pun mood dia sudah rusak karena suaminya. Ditambah perasaan dia gelisah memikirkan Yoga yang pasti marah menunggu di kamar hotel, atau justru lelaki itu masih tidur dan tidak tahu April pergi.  Waktu terus berjalan, saat senja akan segara hadir dia kembali bersama rombongan turis, dan menikmati semburat Jingga yang indah diatas kapal, sendirian. Berjalan gontai April kembali ke kamar hotel yang mereka tempati, dan bersiap menerima kemarahan suaminya, karena April kecewa dia bahkan meninggalkan ponselnya dikamar.  "Kamu pikir kelakuanmu yang seperti ini, menyenangkan?" April mendesah, baru juga dia membuka pintu, Yoga sudah melipat tangan dengan wajah yang dingin. April melengos dari tatapan Yoga sampai melihat ponsel milik suami dan juga miliknya tergeletak di atas meja.  April diam saja, dia butuh berendam Air panas, dia benar-benar lelah. "Aku yakin kamu dengar pertanyaanku?!" lanjutnya lagi dengan nada yang cukup tinggi, April melewatinya dan..  "Sakit, ga!" geramnya begitu Yoga menarik, lalu memegang tangannya kasar dan menekan.  "Jawab! Kamu dari mana? Berapa usiamu? Demi Tuhan Pril, kita di negara orang dan kamu mengambek, pergi nggak kabari aku sama sekali?!"  Mencoba mengelak, April memalingkan muka tidak ingin menatap Yoga, dia sedang berusaha sekuat tenaga menahan diri untuk tidak meledak, marah ataupun menangis di hadapan suaminya.  "Aku capek, badanku lengket semua. Lepas, aku mau mandi!" berusaha menarik tangannya. Yoga melepaskannya dengan kasar dan kuat sampai ia terdorong dan hampir membuat April terjungkal ke belakang jika saja dia tidak lebih sigap dari itu. Tidak membuang waktu lebih lama, dia segera bergegas masuk kamar mandi.  Tubuhnya luruh, duduk dilantai begitu berhasil menutup pintu dan menguncinya.  Ini pertengkaran pertama mereka setelah menikah.  April menangis tanpa suara. Yoga, sikapnya yang dingin saat marah selalu membuat April takut. Tidak cukupkah hanya tidak memberi April kesempatan untuk hatinya, apakah harus memperlakukan April sekasar itu jika sedang marah?  April tahu, dia salah bertingkah kekanak-kanakan seperti itu. Semua terjadi juga karena Yoga yang tidak mau peduli, atau menepati janji.  "Sakit sekali!" terisak dia mencoba mereda suara tangisnya, memukul dadanya yang terasa sesak.  ***  Begitu April selesai dikamar mandi, dia melihat Yoga sedang di balkon dengan ponsel menempel ditelinganya. Sepertinya telepon penting. Lagi pula apa pedulinya, April memilih cepat berpakaian, dia akan keluar cari maka, sendiri.  "Mau ke mana?"  Yoga bertanya begitu melihat istrinya sudah rapi dengan mini dress bunga-bunga berwarna maroon, berlengan panjang dan berkerah V-neck. April selalu terlihat cantik di mata lelaki itu, tubuh wanita itu seperti sengaja di ciptakan Tuhan untuk bisa pantas memakai pakai model apa pun.  "Makan." Jawabnya dingin, lalu dengan cepat Yoga mengambil dompet istrinya. Melemparnya ke atas ranjang. "Kamu kenapa emosional gini sih! itu ada ponselku di dalamnya! Kelewatan kamu!" protes April tidak terima.  "Tingkah kamu yang bikin aku seperti ini!" jawabnya, lalu dengan cepat memakai kaos karena sejak tadi dia baru memakai celana panjang saja. "aku udah pesan tempat makan." Dia menambahi.  “Kamu bersikap seolah-olah nggak bersalah?!” April berdecak tidak percaya, Yoga merusak momen honeymoon mereka.  “Aku hanya minta kamu sabar sebentar, dan kamu pergi tanpa kabar. Coba pikir sama kamu,  tindakan kamu ini terlalu kekanakan!” Yoga menjawab.  April mendesah pasrah, merajuk atau marah seperti itu tidak akan membuat Yoga berubah jadi mau mengerti apa maunya.  Sialan! Perasaannya yang membuat dia tidak bisa tetap acuh dan marah seterusnya pada Yoga.  ***  Suaminya sudah memesan tempat di sebuah resto tepat dipinggir Danau. Lilin dan bunga kelopak mawar merah yang menghiasi meja dan sekelilingnya, membuat April hampir tidak bisa menutup mulutnya yang hampir melongo. Menambah kesan yang sangat romantis. Lalu seorang berpakaian pelayan khas resto, yang sejak tadi menyambut dan mengantar mereka ke meja, lelaki itu mengatakan sesuatu dalam bahasa Italia.  "dia bicara apa?" tanyanya polos. Yoga menarik kursi untuk April "terima kasih"  "Selamat menikmati makan malam spesial, khusus buat pasangan yang sedang berbulan madu."  "Oh..." tidak lama pelayan tadi kembali dengan sebuah botol Wine, dibuka tutupnya hingga berbunyi, pub lalu dituangkan ke dua gelas kaca mewah berkaki.  "Abbastanza a grazie." Yoga mengucapkan cukup dan terima kasih dalam bahasa italia.  April benar-benar melongo, "Kamu bisa bahasa Italia?"  Yoga mengangguk. "Sedikit, Apa itu buruk?"  Andai Yoga tahu, April merasa suaminya tidak kalah Sexy dengan pria-pria Italia saat berbicara dengan bahasa Italia seperti itu. Tapi, karena dia masih dalam mode mengambek, jadi April tidak mengatakan itu.  "Not bad lah ya..."  Makanan mereka datang, menu-menu khas Italia. Pasta, dengan keju khas Al barilott, dan makanan lain dengan bahan utama ikan.  "Ini pastamu, dan ini buat aku."  Yoga menarik menu yang April tidak tahu apa namanya itu, yang pasti berbahan utama ikan. Yoga sangat tahu, wanita itu tidak menyukai makanan yang berbahan utama ikan jenis apa pun. Selera, sangat disayangkan. Ikan mengandung banyak manfaat untuk tubuh. April sudah mencoba, tapi sama seperti beberapa orang yang tidak bisa makan satu atau beberapa makanan karena masalah selera. Begitu pun dengan April.  Hal kecil yang dilakukan Yoga, membuat rasa marah di hatinya sedikit memudar. Mereka tidak berdebat lagi, malam itu mereka memilih menikmati setiap detik dengan menghabiskan menu makan malam romantis mereka. Duduk disana sedikit lama, berbincang tentang sejarah kota tersebut yang ternyata cukup diketahui sang suami, tawa mereka menyatu hingga pandangan mereka bertemu.  April tersenyum kecil, lalu menunduk menyadari bahwa kemarahan Yoga beralasan. "Sori.. Hari ini aku merusak Honeymoon kita dengan bertingkah kekanakan seperti tadi."  Wanita itu sadar, Yoga tadi hanya minta waktu sebentar. Tapi dia yang tidak sabar dan bersikap seperti itu membuat suasana Honeymoon mereka sedikit tidak menyenangkan.  "sudahlah, kita lupakan saja. kita disini masih ada dua hari lagi. Besok kita bangun pagi, aku akan menepati janji." April menyetujui, dan tersenyum lebar untuk suaminya.  "kita masih punya jatah cuti banyak, hanya tiga hari di sini?"  Yoga mengangguk, "Sisanya kita lanjutkan di Bali atau kamu ada tempat lain?"  Menikah saja sudah membuat April bingung berdasarkan dorongan apa, jadi dia tidak seperti pengantin lain yang sudah menyiapkan berbagai rencana, terutama daftar List destinasi liburan Honeymoon yang ingin dikunjungi. Lalu kenapa mereka bisa ada di sini? Itu, Yoga yang pilihkan. Memberinya sebagai hadiah pernikahan untuk istrinya, April.  [to be continued]  JUDUL CERITA : UN PERFECT WEDDING PENULIS : UNAARTIKA
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD