Awal

647 Words
Seorang pria dan wanita berjalan bersama ditengah kegelapan malam. Wajah pria itu penuh dengan memar akibat pukulan. Wanita yang bersamanya terlihat risih. Mungkin tidak nyaman dengan kecanggungan yang sedang melanda mereka. Setelah beberapa kali melirik sang pria, wanita itu pun angkat bicara. "Maaf." Sang pria mendelik padanya. Kesal pada wanita itu yang mungkin berpikir semua masalah akan selesai hanya dengan satu kata maaf. "Kang Yebin, sungguh aku tak tahu apa yang ada diotakmu! Sekarang lihatlah akibat dari kebohonganmu itu, kita akan menikah dan aku babak belur! Apa kau puas sekarang?" bentak pria itu kesal. Yebin mengkerut ditempatnya. Pria di depannya terlihat sangat marah, "K-kau bilang ... A-aku boleh melakukan apapun," "Ya apapun! Tapi bukan mengaku bahwa aku mengambil keperawananmu! Keperawanan apanya? Kita hanya pernah berciuman saja! Lagipula kau tahu sendiri aku aseksual! Aku tak mungkin bisa melakukannya denganmu, jadi bagaimana bisa aku mengambil keperawananmu?" "B-byun Jaehoon, s-sebenarnya yang kumaksud mengambil keperawanan itu kau mengambil keperawananku agar kau jadi perawan." cicit Yebin. "Ha? Kau masih bisa bercanda disaat-saat seperti ini?" Jaehoon mengusap wajahnya kasar. Ia bodoh karena meminta wanita didepannya ini untuk membebaskannya dari perjodohan. Ini sama artinya dengan ia terhindar dari satu masalah tapi malah terjebak dalam masalah baru. Seharusnya ia meminta tolong pada Woojin saja tadi. Yebin menghela nafas berusaha mengendalikan kegugupannya. Sebenarnya tadi, ia mendapat informasi baru saat menelpon Yeonsoo. Karena itu ia ingin memastikannya. "Sebelum kau kembali mengomeliku, aku ingin bertanya satu hal padamu," Yebin menatap Jaehoon menyelidik, "Mengapa kau berbohong padaku?" Jaehoon balas menatapnya dengan sinis, "Berbohong? Soal apa? Aku tak pernah berbohong padamu." "Soal kau yang tak bisa mencintaiku, bahkan wanita atau laki-laki lain. Yeonsoo mengatakan ini padaku, ia mengetahui bahwa seseorang yang mengidap aseksual bisa jatuh cinta. Mereka hanya merasa jijik untuk melakukan hubungan intim dengan orang lain." ucap Yebin. Jaehoon berhenti melangkah. Yebin pun begitu. Pria itu menoleh padanya hingga mereka saling bertatapan. "Aku mungkin bisa bertahan tidak melakukan hubungan intim seumur hidupku. Tapi apa seseorang yang normal sepertimu bisa?" ucap Jaehoon pelan. "Ha?" "Kau tidak bisa bukan? Bagaimana jika nanti aku mencintaimu tapi kau malah meninggalkanku karena aku tak bisa memuaskan hasrat seksualmu?" Wajah Yebin memerah. Bukan karena malu Jaehoon membahas hal-hal seperti itu. Tapi karena marah. Marah karena merasa Jaehoon meremehkan perasaannya. "Kau pikir aku akan meninggalkanmu hanya karena hal sepele seperti itu?" marah Yebin. "Mungkin ini masalah sepele bagimu sekarang, tapi nanti?" balas Jaehoon. "Aku pasti bisa bertahan walau tidak melakukannya sekalipun seumur hidupku!" bentak Yebin. Mereka saling menatap tajam. Tidak ada yang mau mengalah. Hingga akhirnya mereka berakhir dengan mendengus dan saling memunggungi. Mereka pun kembali melangkah. Dengan perasaan kesal tentunya. Keheningan kembali mewarnai perjalanan mereka. Mengapa mereka berjalan malam-malam begini? Ah, itu karena dompet dan ponsel Jaehoon disita. Ia juga diusir dari rumah sampai tanggal pernikahan tiba karena berusaha memprotes pernikahannya dengan Yebin. Lalu Yebin? Oh, wanita itu melupakan dompetnya dirumah karena terlalu terburu-buru tadi. Dan saat ia memberitahu kabar bahwa ia akan menikah, Yeonsoo dan Woojin terlalu marah hingga menolak untuk menjemputnya dan Jaehoon. Ia juga mencoba menghubungi Seokjoong, tapi pria itu tak mengangkat telponnya. "Kang Yebin," "Hm?" Jaehoon berhenti melangkah dan mencengkram bahu Yebin membuatnya menghentikan langkahnya juga. Jaehoon membalikkan tubuh Yebin agar bertatapan dengannya. "Ada apa? Mengapa kau tiba-tib—" "Karena sudah terlanjur, maka mari lakukan ini." ucap Jaehoon serius. "L-lakukan a-apa?" "Kau masih bertanya? Tentu saja menikah! Aku berjanji akan berusaha menjadi suami yang normal untukmu. Lagipula sebenarnya kau terjebak disituasi ini karena aku." Yebin terdiam sebentar. Ia menghela nafas dan mengangguk, "Baiklah, lagipula masalah ini juga terjadi karena aku. Jadi aku tidak punya pilihan lain bukan?" Yebin tahu, sangat tahu. Resiko yang akan ia tanggung karena menikah dengan Jaehoon sangatlah besar. Akan banyak tekanan yang harus ia lalui. Banyak sekali. Karena itu, ia akan mencoba untuk menguatkan tekadnya. Ia akan membuktikan pada Jaehoon, membuktikan bahwa ia bisa bertahan dan menerima segala kekurangan pria itu. *** Makassar, 07 Januari 2017
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD