Second Meet

1159 Words
Malam semakin larut namun mata Shiena enggan tertutup. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 lewat 25 menit. Shiena tahu jika Noa sudah menginap di apartemennya, maka jangan bermimpi untuk bisa tidur cepat. Apalagi ia dalam masa hukuman. Setelah menghabiskan s**u hangat dan madunya, Noa mulai sibuk menganggu Shiena. Sampai gadis itu menghabiskan waktu setengah jam hanya untuk menghabiskan sepiring nasi. Biasanya 15 menit ia sudah selesai. Tetapi pria itu bermain-main dengannya. “Noa..please. Your hand, plase stop!” Shiena menarik tangan nakal Noa dari balik bajunya. Tangan yang dari tadi menjamah punggung mulusnya. Itulah yang membuat Shiena sulit tidur. Ditambah dengan kecupan-kecupan ringan cowok itu di puncak kepalanya. “It’s mine. Only mine!” “Iya. Tapi bisakah kamu berhenti? Aku mengantuk, sungguh,” ucap Shiena tulus. Meski Shiena tidak punya pekerjaan alias pengangguran, tapi ia harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan. Noa akan berangkat pukul delapan, dan Shiena harus bangun sebelum pria itu. Seperti pasutri yang baru menikah. “Apakah kamu terganggu?” tanya Noa dengan suara serak khasnya. “You know it, Noa. Sentuhan mu membuat ku geli.” Terdengar kekehan kecil di atasnya. Pasti pria itu menertawakan betapa lemahnya tubuh Shiena terhadap sentuhan. “Jangan menertawaiku!” hardik Shiena yang teredam oleh pelukan erat Noa. Shiena mendorong d**a Noa agar ia bisa lega dan tidur tenang. Sayangnya tidak semudah itu lepas dari Noa. Kukungannya begitu kuat namun tak menyakitkan. “Apa kamu lupa? Kamu sedang dihukum, baby Shie.” “I need sleep.” “Tidurlah. Aku hanya meninabobokan kekasih ku,” ucap Noa tak mau kalah. “Arrghh. Terserah.” Gadis itu memilih membalikkan tubuhnya membelakangi Noa dan berusaha memejamkan mata meski sebenarnya terganggu dengan gerakan tangan Noa yang kini pindah ke perut ratanya. Telapak tangan yang hangat dan besar itu mengusap-usap kulit tanpa cela milik Shiena. “Harusnya dari tadi kamu seperti ini,” ujar Shiena pelan. Kali ini sentuhan Noa berubah menjadi alat untuk Shiena tidur dengan nyaman. Shiena akhirnya bisa beristirahat dengan Noa yang memeluknya dari belakang. Sesekali pria itu menggigit lehernya lalu mengecupnya lama. Noa, baginya Shiena adalah putri yang akan dijaganya hingga napas tak lagi bersatu dengan raga. Shiena, baginya Noa adalah pangeran sekaligus iblis yang ia sayang begitu tulus. *** Gadis yang sudah menginjak usia 23 tahun itu sedang menyesap kopi hangatnya di balkon. Noa sudah berangkat setengah jam yang lalu. Tidak lupa mencumbu Shiena sebentar sebagai tambahan hukumannya. Di tangan Shiena ada sebuah majalah perempuan yang berisi deretan model Victoria Secret. Matanya akan berbinar setiap kali melihat pose-pose para wanita yang terpampang di sana. Kaki jenjang mereka yang mulus tanpa luka, tinggi semampai, mata menawan, dan paras yang cantik. Dari kecil Shiena sudah bercita-cita ingin menjadi model. Tidak harus go internasional, terkenal di Amerika saja Shiena pasti bersyukur. Tetapi mimpinya itu belum tercapai sampai detik ini. Shiena sudah mencoba memanfaatkan beberapa tawaran yang datang padanya dari agensi model Amerika. Dan kalian tahu apa yang terjadi? Noa melarangnya bulat-bulat. Pria itu tidak sudi Shiena memperlihatkan tubuhnya pada publik. Baginya Shiena hanya miliknya seorang. Dan yang berhak atas tubuh gadis itu adalah Malik Nixie Noa. Ia menyesap kopinya sekali lagi dan meyimpan majalah di meja bundar putih yang terletak di balkonnya. Tangannya meraih benda pipih dengan casing silver berkilau yang tergeletak di sampingnya. Jarinya bergerak lincah di atas layar kecil itu. Lalu memilih kontak Noa dan memanggilnya. Butuh beberapa detik menunggu hingga Noa mengangkat telponnya. “Halo Shie.” “Noa, aku ingin keluar. Boleh?” “Keluar lalu berbohong lagi?” Shiena menggigit bibirnya. Ternyata Noa masih mengingat hal kemarin. “Tidak. Aku bosan di sini, tidak ada kegiatan. Coba saja dulu aku menerima tawar-“ “Buatkan aku makan siang. Aku akan ke sana nanti.” “Apa? Aku kan, ingin keluar.” “Masak saja, katanya kamu tidak ada kegiatan.” “No. Maksud ku-“ “Aku harus meeting. Love you.” “Noa. halo?” Tut..tut “Huh! Untung aku sayang. Yah, Noa benar. Setidaknya aku punya kegiatan sekarang.” Shiena berdiri dan meregangkan otot tubuhnya. Ia menghirup udara segar lalu berbalik masuk ke apartemen. Shiena sudah tahu apa yang harus dimasaknya. Gadis itupun berjalan ke dapur dan membuka kulkas. “Ya Tuhan..bahannya habis. Kalau begini, aku harus keluar,” ujar Shiena lalu tertawa di akhir kalimatnya. Ternyata dewi fortuna berpihak pada gadis itu hari ini. Buktinya meski tidak diijinkan keluar, ada kesempatan untuk Shiena tetap pergi. Ia mengambil kardigannya lalu mengganti sendal. Shiena akan membeli bahan-bahan masakan ke supermarket terdekat. Tentunya dengan uang pemberian Noa. Tak lupa ia mengetikkan pesan singkat untuk Noa dan mengirimnya. Supaya Noa tidak salah paham hingga berakhir dengan mengganggu tidur Shiena. To My Prince Aku akan membeli persedian kulkas ke supermarket. Fighting for your meeting, bby ❤ Shiena menyimpan hp ke dalam saku cardigannya. Ia mulai membuka pintu dan menuju lift. Sepuluh menit kemudian gadis itu sudah sampai di pusat perbelanjaan yang tak jauh dari tempat tinggalnya dan Kafe Barat. Shiena mulai masuk dengan troli belanja yang didorongnya. “Sayur, daging, s**u bubuk, madu, kopi, hmm.. apalagi, ya?” gumam Shiena mengingat apa saja yang harus dibelinya. Meski Noa membebaskan Shiena untuk membeli apapun, nyatanya perempuan berkulit putih itu tidak mau memanfaatkan kebaikan Noa untuk keuntungan dirinya sendiri. Ia akan mengeluarkan uang untuk hal yang perlu saja. Seperti mengganti perabot yang usang dan memebli persediaan bahan masakan. “Ah, coklat dan ramen.” Matanya menyipit tatkala melihat dua makanan favoritnya itu. Shiena berjalan dengan perlahan untuk memperhatikan setiap makanan yang terpajang di rak. Hingga ia kurang memperhatikan langkahnya. Troli yang ia bawa menabrak troli milik orang lain. “Astaga. Maaf tuan, aku tidak memperhatikan jalan.” Shiena mengucapkannya sambil membungkukkan tubuhnya/ “Shie-na?” Shiena terkejut ketika pria di depannya menyebut nama gadis itu. Tunggu! Shiena sepertinya tidak asing dengan suara berat itu. Ia langsung berdiri tegak dan memperhatikan orang di depannya. “Paman Elron?” ujarnya tanpa disadari. Elron tampak tersenyum tipis. Ia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan gadis menarik yang kemarin juga dilihatnya di Kafe Barat. Kini ketika dirinya membeli beberapa bahan, mereka kembali dipertemukan. “Ternyata benar. Halo Shiena, kita bertemu lagi,” sapa Elron ramah. Satu hal yang masih menjadi pertanyaan bagi Elron adalah kemana sikap dinginnya selama ini. Di kantor ia selalu bisa memasang senyum kaku dan muka datar sehingga membuat bawahannya segan. Termasuk para klien dan investor yang merasa smirk Elron menyeramkan. Dan berhadapan dengan Shiena seperti menjadi penawarnya. “Ah, iya. Aku membeli persediaan untuk beberapa hari ke depan,” ujar Shiena. Sama dengan Elron, ia juga tidak sampai berpikiran akan bertemu lagi dengan pria ini. “Ooh. Istri yang baik,” puji Elron. Shiena meringis mendengar kata ‘istri’ yang keluar dari mulut Elron. “Bukan, aku belum menikah.” “Akan?” Gadis itu menggaruk kepalanya bingung harus menjawab apa. “Ya, semacam itu,” balasnya asal. “Paman, aku harus segera kembali. Senang bertemu lagi dengan mu.” Shiena membungkukan badan dan tersenyum minta maaf. Kalau dibiarkan terus, obrolan mereka tak kan ada habisnya. Dan ia bisa terlambat menghidangkan makan siang untuk Neo. “Baiklah. Hati-hati, senang juga bertemu dengan mu, Shiena.” Setelah itu Shiena undur diri melewati Elrond an berjalan ke kasir. Diam-diam Elron memperhatikannya dan berucap dalam hati. “Pertemuan pertama dan kedua adalah kebetulan. Jika kita bertemu sekali lagi, aku harap itu adalah jalan Tuhan untukku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD