Part 1 : Who?

1933 Words
"Di dalam?" "Di luar?" "Di dalam?" "Di luar?" Rendy bergumam gelisah sambil mengetuk-ngetukkan sebuah bolpoin ke meja kerjanya seirama dengan apa yang ia ucapkan. Ia memandang hamparan pemandangan luar dari kaca gedung perusahaan yang ia bangun dengan hasil kerja kerasnya bersama Daffa. Selama ini Rendy memutuskan untuk tinggal di Singapura. Ada beberapa hal yang membuatnya memutuskan untuk menetap di negara kecil yang sangat berkembang itu. Salah satunya, ia ingin menghindari ayah dan juga istri mudanya yang kini telah dikaruniai seorang putra. Ya, adik Rendy. Lalu, memang ada sesuatu yang membuatnya sangat ingin tinggal di Singapura. Sebenarnya, saat ini Rendy tengah merasa gelisah, ia mengingat kembali betapa cerobohnya ia meniduri seorang wanita dalam keadaan mabuk. Selama ini, ia tidak pernah meniduri wanita dalam keadaaan tidak sadar. Bahkan siapa wanita itu, Rendy tidak terlalu mengingatnya. Stefa? Stela? Atau siapa namanya? Sungguh Rendy tidak bisa mengingat nama, bahkan wajahnya saja teringat samar. Rendy hanya takut, jika ia tidak sengaja mengeluarkannya di dalam, lalu wanita itu hamil. Ia tidak ingin punya anak dimana-mana seperti pria b******k yang tak bertanggungjawab, apalagi dengan seorang wanita asing yang baru ia kenal. Oh sungguh sial. Tapi, jika mengingat wanita itu adalah tipikal wanita nakal, pasti ia akan berusaha bagaimanapun caranya agar tidak hamil, apalagi Rendy sudah memberinya uang yang cukup banyak. Lamunan pria itu buyar ketika seseorang mengetuk pintu ruangan. "Masuk," suruh Rendy. "Pak Rendy, apa Anda memanggil Saya?" Rossa, sekretarisnya muncul dengan pakaian super ketat yang hampir mencuatkan belahan dadanya. "Ya, atur ulang jadwal pertemuan siang ini, karena aku tidak bisa pergi terburu-buru, kepalaku sakit," pinta Rendy memijat dahi. Sembari tersenyum menggoda, Rossa mengiyakan permintaan bosnya lalu meninggalkan ruangan dengan gestur yang masih tampak nakal. Rendy sudah tidak heran dengan tingkah Rossa yang berani kepadanya. Sudah kesekian kali Rossa berusaha menggoda Rendy, tetapi ia tidak menggubris sama sekali. Bagi Rendy, suatu pantangan untuk bercinta dengan karyawan sendiri, atau rekan bisnisnya. Hal itu tidak akan bisa terjadi karena akan merusak imej juga kinerja mereka. Bukannya apa, Rendy hanya takut jika mereka jatuh cinta padanya tetapi Rendy tidak akan bisa membalas perasaan mereka. Siapa yang akan dikorbankan? Tentu saja pekerjaan. Dan Rendy tidak menginginkan itu. Ia sangat profesional jika itu menyangkut karirnya. Rendy mendengus pelan dan mengusap kasar wajah tampannya. Sungguh kecerobohan yang tidak akan Rendy ulang seumur hidup. . Seorang gadis membolak balik sebuah kertas berpotongan kecil panjang sembari tersenyum menyeringai penuh rencana. Ia mengayun-ayunkan kakinya di kursi sebuah kafe tempatnya melamun sejak tadi, menunggu teman-temannya datang. Sesekali ia menyeruput milktea yang sudah tersisa setengah. "Cherry!" Panggilan seseorang memalingkan pandangannya. Disana, ada dua gadis yang sedang ia tunggu-tunggu menuju ke arahnya. "Waoh, kau hebat," ucap Rose, salah satu gadis yang datang sambil bertepuk tangan. "Shut up b***h! Kau tau aku bersusah payah untuk datang kesini!" umpat gadis yang dipanggil Cherry. Kedua temannya yang masih mengenakan seragam sekolah itu hanya terkekeh dan dengan segera duduk menghimpit Cherry. "Aku akui kau sangat hebat bisa 'berjalan' untuk sampai kesini. Bagaimana rasanya, dia pria yang sangat besar bukan?" Tanya Aluna, teman Cherry yang lain dengan penuh makna menekankan kata 'berjalan'. Ia memandang tubuh Cherry dari ujung kaki hingga ujung kepala sembari bersiul. "Aku tidak menyangka, kau akan senekat ini," timpal Rose. Cherry mendengus, memperhatikan para sahabat yang wajahnya terlihat berbinar itu. Baiklah, mereka terlihat senang, karena sekarang Cherry merasa benar-benar seperti bagian dari mereka yang sudah tidak perawan lagi. "Ini semua karena taruhan gila itu!" tukas Cherry, menaruh kertas yang sedari tadi ia pegang ke atas meja dengan cukup keras. Cherry mengingat kembali kejadian semalam, tepat di ulang tahunnya yang ke delapan belas ... . "Kau yakin tidak ada yang akan menyadari usia kita?" Tanya Cherry sembari bercermin di kaca toilet yang cukup besar. Ia memoles lipstik merah terang ke bibirnya. "Kita sudah legal untuk masuk ke tempat seperti ini Cherry! Seperti bukan kau saja." "Aluna, dia hanya takut jika tidak mendapatkan pria yang sesuai dengan keinginannya." Cherry menghela napas kasar. Ia membuat taruhan gila dengan para sahabatnya. Jika nilai ujian matematikanya tidak mencapai angka delapan maka ia akan melepas keperawanannya, karena di antara mereka bertiga, hanya Cherry-lah yang masih suci. Dan ternyata, nasib baik tidak berpihak pada Cherry. Nilai ujiannya bahkan tidak mencapai angka tujuh. Mau tidak mau Cherry harus menebus taruhannya. Kebetulan, kakak Rose mendapat undangan pesta ulangtahun dari seorang artis muda yang merupakan teman dekat kakaknya di salah satu bar ternama. Rose mencurinya diam-diam karena tahu kakak tercintanya tidak dapat hadir. Gadis itu sengaja mengajak Cherry dan Aluna untuk datang, dan juga untuk mencarikan pria untuk Cherry, karena akan ada banyak pria tampan disana. Tentunya untuk mereka juga. Mereka sengaja berdandan sedewasa mungkin agar orang-orang tidak mengetahui usia mereka yang sebenarnya, karena Rose dan Aluna memang menyukai pria-pria yang mapan, yang punya banyak uang. Dan pria-pria macam itu tidak mungkin akan melirik bocah seperti mereka. Lagipula, secara usia, mereka memang sudah boleh masuk ke tempat orang dewasa. Terdengar suara dentuman musik di luar sana, Cherry sebenarnya tidak keberatan untuk melakukan hal ini, karena dia memang ingin merasakan pengalaman yang selama ini hanya ia dengar dari Aluna dan Rose. "Cepat keluar dan cari mangsamu," ucap Rose buru-buru menggandeng Cherry untuk keluar dari toilet. "Dengarkan aku, jangan gunakan nama Cherry, karena nama itu terdengar sangat kekanakan. Kau mengerti?" Ingatnya lagi. Cherry memutar bola matanya malas. "Aku mengerti, namaku Stela setelah ini." Rose nampak tersenyum puas. Sejak keluar pintu toilet, mata mereka memburu pria-pria yang datang, berjalan bolak-balik, tidak sedikit pria juga yang menggoda mereka. Ya, seperti pria-pria konyol kebanyakan yang memang bukan selera mereka. Tiba-tiba mata Aluna terkunci pada seorang pria yang terlihat berjalan sendiri sambil menenteng jasnya menuju salah satu sofa kosong yang hampir tak terlihat. Sungguh, pria itu adalah tipe kesukaannya. Badan yang tinggi, tegap, rahang yang tegas, tetapi wajahnya terlihat sangat lembut. Ia tahu siapa pria itu. "Kau lihat pria yang baru saja duduk di sofa itu?" Tunjuk Aluna pada kedua temannya. "Wajahnya seperti tidak asing," ujar Rose mengamati. "Dia adalah seorang pengusaha muda yang sangat sukses sekarang ini, aku sering melihatnya di majalah, kalau aku tidak salah, namanya Rendy Leonard Sanjaya," jelas Aluna. "Hm... Sepertinya aku pernah mendengar nama itu." "Kau benar, Rose, kau butuh majalah-majalah bisnis jika menginginkan suami kaya seperti Ayah Cherry, bukan hanya majalah gosip." "Oh please, Aluna. Jika hanya seorang pria macam itu, aku juga bisa menaklukkannya," ujar Cherry sesumbar, tak ingin ayahnya disebut-sebut. "Pria macam itu kau bilang?" "Sudah ku putuskan, aku akan tidur dengannya malam ini. Dia adalah targetku." Seketika Aluna dan Rose tertawa. "Kau belum minum alkohol sama sekali hari ini, jadi aku sangat yakin kau tidak mabuk, Cherry," ledek Rose. "Benar, jangan bermimpi untuk meniduri pria dewasa yang mapan sepertinya. Kau lihat, dia benar-benar terlihat sangat tampan dan seksi dalam waktu yang bersamaan," puja Aluna dengan tatapan nakal. "Daripada Om-om tampan itu, lebih baik kau meniduri Mario, teman kakakku. Kau sangat cantik Cherry, aku yakin dia tidak akan menolakmu. Lagipula usianya tidak terpaut jauh dengan kita," saran Rose yang tidak bisa Cherry terima. "Kalian meremehkanku?" Tanyanya. "Aku menginginkannya. Aku menginginkan pria itu, jadi diam dan lihatlah bagaimana aku mendekatinya," tukas Cherry percaya diri. Ia meninggalkan kedua temannya dan memberanikan diri untuk mendekati pria itu dengan hati yang berdebar. Setahu Cherry, pria dewasa akan memperlakukan wanita dengan lembut. Jadi, untuk yang pertama kali, Cherry ingin seorang pria yang berpengalaman, dan pria yang saat ini Cherry dekati terlihat sangat baik dan berpengalaman, apalagi ia tampan, membuat Cherry mantab menjadikannya target. Tetapi, ada hal  yang mengganggu pikiran Cherry, ia takut jika pria itu menolak dan mempermalukan Cherry di hadapan Aluna juga Rose, karena ini pertama kalinya Cherry berbicara dengan pria itu, ia tidak ingin dianggap orang aneh. Cherry menggeleng-gelengkan kepala, melenyapkan keraguan yang ada di hatinya. Ia akan tidur dengan pria itu! Siapa namanya tadi? Rendy Leonard Sandjaya? . Cherry! Panggilan Aluna tepat di telinga, membuyarkan ingatan Cherry dari pria tampan yang semalam sudah merenggut keperawanannya. Ya, Cherry berhasil meniduri Rendy dengan sangat mudah, pria yang sempat dipuja-puja Aluna. "Lihatlah, dia melamun lagi, apa pria itu terlalu hebat hingga membuatmu lupa segalanya?" Cherry memejamkan mata, meredam kekesalannya karena Rose dan Aluna yang terus menggodanya. "Omong-omong, kenapa kalian meninggalkanku semalam?" "Lalu? Kami harus menunggumu untuk bercinta dengannya, huh? Mendengar itu, Cherry hanya mencebikkan bibir menghabiskan sisa milktea-nya "Tapi sungguh, aku akui, kau benar-benar hebat sudah berhasil menggoda seorang Rendy." Aluna mengambil secarik kertas yang tadi Cherry letakkan di atas meja. "Lalu, apa ini?" Tanyanya penasaran. Cherry merebutnya dengan cepat, dan menarik kedua sisinya hingga tulisan dalam kertas itu terlihat jelas. "Kalian tahu? Si sialan itu menganggapku p*****r dan memberikan cek ini padaku." Mendengarkan penjelasan Cherry, sontak kedua sahabatnya tertawa cukup keras hingga pelanggan kafe yang lain melihat ke arah mereka. "Apa kau serius?" "Apakah aku seburuk itu? Maksudku dandananku semalam? Beraninya dia membayarku!" "Lalu kenapa kau tidak menolaknya dan menjelaskan padanya?" Cherry menghela napas, ia melipat kedua tangannya di depan d**a. "Bagaimana aku bisa menjelaskan padanya? Begitu aku membuka mataku dia sudah tidak ada. Dia meninggalkanku bersama cek ini." Aluna dan Rose kembali tertawa. "Hentikan dan jawab aku! Apa wajahku seperti w************n?" Cherry mendengus. Ayahnya bisa memberikan uang berkali-kali lipat jika ia mau, tapi pria kurang ajar itu? Pria yang sebenarnya membuat Cherry penasaran karena sebuah cek. Pria lain akan dengan senang hati mendekati Cherry, karena ia cantik dan kaya. Tapi pria itu? Ia justru meninggalkan Cherry dengan sebuah bayaran? Holy s**t, Cherry bukan p*****r! Gadis itu bersumpah, ia akan membuat Rendy Leonard Sandjaya meminta maaf atas perbuatannya yang membuat Cherry merasa terhina. Seharusnya pria itu menunggu Cherry untuk bangun, menanyakan siapa Cherry sebenarnya dan mengantarkan Cherry pulang. Tapi, pria lembut yang Cherry bayangkan justru memberikan penghinaan padanya. Apa ia sangat tidak berkesan untuk seorang Rendy? Apa Cherry tidak menarik dan kurang cantik? "Lalu bagaimana kau bisa pulang pagi ini?" Rose menjentikkan jari di depan wajah Cherry ketika dilihatnya gadis itu melamun lagi. "Tentu saja aku menelpon kakakku tercinta, dan menyuruhnya untuk menjemputku juga membawakan seragam sekolah untukku," kata Cherry santai. "What? Kakakmu?" Cherry menganggukkan kepalanya. "Apa kau menceritakan semua padanya?" "Tentu saja, Rose, jika aku berbohong, dia tidak akan mau berbohong pada ayahku jika aku sebenarnya membolos hari ini." Aluna dan Rose saling bertatapan. "Lalu, dimana dia sekarang?" Cherry tak menjawab, ia tersenyum dengan wajah mencurigakan memandang kedua sahabatnya. Tanpa Cherry jelaskan apapun keduanya paham, apalagi mereka sangat tahu bagaimana sifat kakak Cherry itu. . "... dalam bagan ini akan saya jelaskan tentang keuntungan yang akan didapatkan jika kita menjalankan proyek ini sesuai anggaran. Jadi disini-" Ucapan Rendy terhenti, seketika ia dikagetkan dengan suara dobrakan pintu yang cukup kuat. "Nona, anda tidak bisa seenaknya masuk ke dalam," suara seorang sekuriti memecahkan keterkejutan Rendy. Seketika semua mata tertuju pada seorang gadis yang menyela masuk dengan terburu-buru diikuti kedua orang berbadan gempal di belakang yang berusaha memegang tangannya. Gadis dengan ... Wajah Mikaela? Hidung, mata bahkan bibir yang hampir sama persis dengan milik cinta pertama Rendy itu membuatnya membatu. Langkah lebar gadis itu terlihat lantang mendekatinya hingga jarak diantara mereka terkikis dan satu tamparan keras menyadarkan Rendy bahwa gadis itu bukan Mikaela. "Dasar b******n!" Teriaknya kasar. Siapa? Rendy-kah yang sedang ia maki? Bahkan untuk melirik orang-orang di sekitar saja Rendy tidak mampu memalingkan pandangannya dari wajah gadis itu. Padahal Rendy yakin semua orang yang ada dalam ruangan akan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Seorang gadis menyerobot masuk, menamparnya dan memakinya. Gadis yang benar-benar terlihat seperti Mikaela. "Nona, kami terpaksa menyeret Anda keluar sekarang juga." Salah satu sekuriti sudah memegang tangan gadis itu, tapi dengan cukup kuat ia menghentakkannya dan kembali menatap tajam ke mata Rendy. "Kau pria b******n yang berani meniduri adikku!" umpat gadis itu lagi, kali ini dengan kesadaran penuh Rendy, ia sedikit panik dengan melirik sekitarnya, orang-orang yang awalnya hanya menonton kini mulai berbisik-bisik. Dengan sigap kedua sekuriti itu memegangi kedua tangan si gadis, ia mencoba memberontak tapi kali ini tampaknya pria-pria penjaga kantor Rendy itu lebih menggunakan kekuatannya. "Lepaskan aku! b******k! b******k! Kau harus bertanggungjawab!" Teriaknya ketika kedua sekuriti berusaha menyeretnya keluar. Sedangkan Rendy? Ia hanya bisa tertegun memandangi wajah penuh amarah yang memakinya. Tangan Rendy bergerak tanpa sadar mengelus pipi yang mendapat tamparan cukup keras, yang ia yakini akan memerah. Sedangkan sayup-sayup, sekretarisnya terdengar mengambil alih rapat yang kacau itu. Mungkin saja ia akan menunda meeting kali ini. Ntahlah, Rendy sudah merasa tidak bisa memfokuskan diri lagi. Siapa? Siapa gadis yang berani menamparnya itu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD