Prolog

606 Words
Mira menerobos masuk ke ruangan Ananta. Ini pertama kalinya ia melakukan hal itu. Termasuk juga pertama kali datang ke rumah sakit ini dalam rangka menemui suaminya. Ananta yang sedang membaca rekam medis pasien pun mendongak. Cukup terkejut melihat kehadiran Mira disini. Bisa dibilang, sebuah keajaiban dunia. Karena Mira sebelumnya tidak pernah datang kesini. Juga sepertinya tidak pernah tertarik untuk datang. Ekspresi Mira sama sekali tidak menunjukkan kehangatan. Ia kemudian melempar berkas yang dibawanya. “Kenapa susah sekali menandatangani itu, Ananta? Aku sudah benar-benar muak!” Perceraian mereka seharusnya sudah sejak enam bulan lalu. Jika saja Ananta mau kooperatif untuk menyetujuinya. Akan tetapi karena lelaki itu bersikeras bertahan, Almira tidak bisa melakukan apapun. Ananta hanya melirik malas berkas yang kini sudah berada di atas mejanya. Iris hitam itu kemudian menatap Mira tajam. “Bukankah sudah aku bilang, Mira? Kita tidak akan bercerai.” Mira mengepalkan tangannya. Dibanding Ananta dan power keluarganya, Mira tidak ada apa-apanya. Selain karena alasan gugatan perceraian Mira ditolak oleh hakim sebab alasan yang kurang kuat, juga karena power keluarga Ananta yang membuatnya tidak bisa berbuat banyak. “Kau istriku, Mira. Dan akan selalu begitu.” Mira tersenyum sinis. Lelaki itu arogan sekali, sejak awal. “Kau hanya bisa mengikatku secara hukum, Ananta. Hanya di atas kertas,” kata Mira mengingatkan. Perempuan itu kemudian menatap ke sekeliling ruangan Ananta. Mungkin ini akan menjadi pertama sekaligus terakhir kalinya Mira datang kemari. Pandangan Mira pun kemudian kembali terfokus pada Ananta. “Nikmati saja kepemilikan sepihak itu, Ananta. Karena bagiku, pernikahan ini sudah berakhir. Kau pikir, aku tidak bisa melakukan apapun yang aku mau hanya karena masih berstatus sebagai istrimu?” tanya Mira. Sepertinya Ananta masih bersikeras dengan keputusannya. Berteriak dan mengacau disini juga bukan pilihan yang bagus. Mira masih cukup waras untuk tidak mengacau di rumah sakit. Ananta langsung bangkit dari duduknya saat Mira membalikkan tubuh. Tahu bahwa perempuan itu akan pergi. Dengan cepat Ananta menarik tangan Mira dan menghempaskan tubuh Mira hingga bersandar di pintu. Tubuh Ananta kemudian menghimpitnya. Dengan tangan Ananta yang bertumpu pada pintu tepat di sebelah telinga Mira. Mira menggigit bibirnya. Aroma maskulin lelaki itu membuat tubuhnya terasa meremang. Belum lagi hembusan napas lelaki itu yang menyapu bibirnya. Seolah Ananta sengaja. Agar fokus Mira teralih karena keintiman mereka. “Katakan. Berapa yang kau inginkan?” tanya Ananta dengan sorot mata tajam. Kesadaran Mira seketika kembali, setelah tadi dirinya sempat tergoyahkan karena pesona lelaki itu. Tidak munafik, tubuh Mira reflek menginginkan lelaki itu karena ia ingat betapa menggairahkannya Ananta kalau sudah berada di atas ranjang. “Tell me,” ucap Ananta lagi. Suaranya bernada rendah namun tegas dan mendominasi. Seolah tidak boleh terbantahkan. Seperti yang biasa lelaki itu lakukan. Selalu saja mengatur. Tubuh Ananta pun semakin maju mendesak tubuh Mira. “Katakan. Berapa pun yang kau inginkan akan ku beri. Lalu berhentilah menginginkan perceraian.” Niat kedatangan Mira kemari adalah memastikan perceraian itu segera terjadi. Bukan bernegosiasi. Jadi apapun tawaran yang Ananta berikan, tidak akan membuat Mira berubah pikiran. Apalagi yang hanya bisa lelaki itu tawarkan hanyalah uang. “Kau hanya bisa mengandalkan uang ya, Ananta?” tanya Mira seraya tersenyum mencemooh. “Bukankah itu tujuanmu menikah denganku, Mira?” tanya Ananta. “Sepertinya kau lupa dengan tujuan awal pernikahan kita,” ucap Mira. Sudut bibir Ananta terangkat. Ia tersenyum seraya memegang tengkuk Mira. Membuat perempuan itu menajamkan tatapan karena waspada. “Tujuanku menikahimu adalah untuk menjadikanmu Nyonya Syailendra selamanya, Almira. Untuk hidup bersamaku selamanya. Untuk menjadi milikku selamanya,” tegas Ananta. Netra Ananta menggelap. “Dan maka dari itu, tidak akan ada perceraian.” imbuh Ananta sebelum kemudian memajukan wajahnya dan memagut bibir perempuan itu tanpa permisi. Perempuan yang sangat Ananta rindukan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD