Chapter 1

1122 Words
Bandara Soekarno-Hatta Indonesia     'Welcome back Indonesia. Saatnya menyelesaikan masalahmu Airlyn. Kamu bisa lyn!' ujar Airlyn dalam hati.     Setibanya di bandara, airlyn memesan taksi menuju rumahnya. Setibanya di rumah, Airlyn di sambut oleh pembantu dan satpam di rumah itu.     "Ya ampun non. Akhirnya non pulang juga. Makin geulis aja si non. Bibi udah khawatir atuh non. Kok non gak pulang-pulang." kata bi Sumi dengan nada khawatir.     Airlyn tersenyum kecil. 'Setidaknya masih ada orang yang peduli denganku' batin Airlyn. "Daddy sama yang lain udah pulang bi?" tanya Airlyn.     "Aman atuh non. Tuan dan yang lainnya belum pulang. Tuan gak kasih kabar ke rumah. Tapi nyonya bilangnya akan di mundurkan lagi. Tahun depan klo gk salah" kata bi Sumi dengan logat sundanya     "Huft.. (hembusan nafas lega) Yaudah saya masuk ke kamar saya dulu bi. Saya bawa oleh-oleh buat bibi sama pak Parman."     "Makasih atuh non. Jadi ngerepotin si non" kata bi Sumi     "Gak apa-apa kok bi. Saya ke kamar dulu ya bi" kata Airlyn     "Silahkan atuh non"     Setibanya di kamar, Airlyn langsung membersihkan badannya kemudian merapihkan barang bawaannya.      Saat sedang merapihkan barang tiba-tiba..     Tok-tok.... (suara pintu di ketuk)     "Masuk" kata Airlyn     "Permisi non, ada yang mau bibi sampaikan"     "Silahkan bi"     "Sepertinya non harus ubah penampilan non" kata bi sumi gugup.     "Lho...kenapa bi?" tanya Airlyn bingung.     "Anu non.... Ehm.... Beberapa waktu lalu ada mata-mata yang mengawasi, terus habis itu ada orang yang cari non. Kayaknya orang suruhan tuan. "     Airlyn yang mendengar itu hanya tersenyum kecil. Dia pikir selama ini dia sudah bisa hidup tenang ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Pergi diam-diam selama beberapa tahun tak membuat hidupnya tenang. Rupanya ayahnya tidak membiarkan ia hidup dengan tenang.     "Gapapa kok bi." ucap Airlyn dengan senyum yang di paksakan.     "Oh ya non, bibi hampir lupa. Nyonya sempat nelpon bibi terus nanya tentang sekolah non."     "Lalu bibi jawab apa?" tanya Airlyn     "Mau gak mau bibi bohong sama nyonya. Bibi bilang non alyn dapat beasiswa di van...van...derpilt ah susah non namanya. Pokoknya sekolah elit yg banyak bule gitu deh non"     "Maksud bibi Vanderbilt International School?"     "Nah iya itu non" kata bi sumi membenarkan ucapan Airlyn.     "Respon mommy bagaimana bi?" tanya Airlyn dengan nada tidak sabaran.     "Nyonya cuman bilang 'Wow jago juga anak itu bisa masuk sekolah elit untuk anak-anak orang kaya' kayak gitu non. Maaf non kalau respon nyonya seperti itu. Jangan sedih atuh non. Kan gak mungkin bibi bilang ke nyonya kalau non pergi belajar di Surabaya bersama almarhumah bi Sri. Yang ada nanti non di kurung terus di pukulin lagi." kata bi Sumi sendu.     Senyum yang ada di bibir airlyn seketika memudar di ganti dengan senyum yang ia paksakan.     "Gapapa bi. Bibi gak kasih tahu mereka juga saya sudah bersyukur banget." dengan senyum yang masih di paksakan     "Ada satu masalah lagi non" ucap bi Sumi ragu.     "Ada apa bi?" tanya Airlyn bingung.     "Sekolah di sekolah itu biayanya lumayan banget lho non. Lagi pula non itu di pindah ke sekolah negeri dekat sini. Gaji bibi aja teh gak cukup buat bayar sekolah itu." kata bi Sumi dengan nada bingung.     "Ya sudah bibi daftarkan saja. Ehm... pake jalur beasiswa bisa 'kan bi. Nanti kalau biaya yang lain biar saya kerja part time aja. Saya udah banyak merepotkan bi Sri dan bi Sumi. Bibi bisakan bantuin saya? Oh iya bi, bibi tahu VIS dari siapa? Saya gapapa kok sekolah lagi. Sekalian menikmati sekolah elit bi. Hehehe" kata Airlyn dengan kekehan di akhir     "Ya sudah atuh non. Nanti bibi urus. Non gak repotin bibi sama sekali kok. Bibi bisa minta tolong anak bibi kok. Oh bibi tahu sekolah itu dari anak bibi yang pernah magang di sana dulu. Anak bibi teh sering cerita tentang sekolah itu. Bibi ke belakang dulu. Non istirahat aja dulu. Pasti capekkan setelah perjalanan jauh Surabaya-Jakarta." kata bi Sumi.     "Makasih bi" hanya kata itu kata yang bisa di ucapkan Airlyn.     Setelah bi Sumi keluar dari kamar Airlyn. Yang Airlyn lakukan setelah itu hanya berdiri di depan kaca. Meratapi takdirnya. Tanpa sadar air mata Airlyn jatuh mengenai meja riasnya. Segera Airlyn menghapus air matanya dan segera tidur. Berharap semua masalah yang ia hadapi cepat terselesaikan. Walau itu hanyalah angan belaka.      Malam hari     Airlyn tidak bisa tidur dengan tenang. Ia memikirkan kata-kata bi Sumi tentang adanya pengintai yang mengamati rumah itu. Yang membuat Airlyn semakin bingung adalah ada orang yang mencari dia. Ia menerka-nerka untuk apa orang itu mencarinya. Hingga Airlyn tersadar dari lamunannya karena suara pintu yang di ketuk.     "Non... Non Airlyn sudah bangun? Makan malam sudah siap non. Atau mau bibi antarkan makanannya ke kamar non?" tawar bi Sumi.     "Tidak usah bi. Nanti saya turun." kata Airlyn dari dalam kamar.     "Oh yaudah kalau begitu. Bibi ke bawah duluan ya non."     Segera setelah tidak ada lagi suara bi Sumi, Airlyn segera membersihkan tubuhnya. Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Airlyn memulai semua rencananya. Ia membuat dirinya seperti gadis culun dengan kulit yang di buat seperti gelandangan. Airlyn mulai berjaga-jaga jika ada orang yang mencari dirinya, ia bisa menunjukkan dirinya dengan tampilan seperti yang ia lakukan sekarang. Airlyn pun melangkah menuruni tangga. Saat hampir sampai, ia tidak sengaja melihat sebuah piano di samping tangga. Airlyn teringat tentang masa kecilnya yang membuatnya sedikit trauma untuk memainkan piano tersebut. Tidak ingin mengenang masa kecilnya Airlyn segera menuju ruang makan.     "Ya ampun non. Itu kakinya kenapa? Kok jalannya pincang?" tanya bi Sumi menatap kaget Airlyn  yang berjalan terseok-seok.         "Gapapa kok bi. Tadi saya jalan kurang hati-hati."     "Ya sudah kalau begitu. Mau bibi pijat kakinya? Non mau makan apa? Biar bibi ambilkan."     "Tidak usah bi, tadi sudah saya urut kok. Biar saya ambil sendiri saja makanannya. Bibi ajak yang lain aja makan bareng saya."     "Oh ya udah. Aduh... Gak usah atuh non. Bibi teh biar makan di belakang aja. Gak enak klo makan di sini." kata bi Sumi sungkan     "Gapapa bi. Mumpung daddy dan mommy lagi gak ada. Makan bareng aja, saya tidak suka makan sendiri."     "Yasudah, bibi panggil yg lain dulu non." kata bi Sumi beranjak dari tempat itu untuk memanggil pekerja di rumah itu.     Setelah semua berkumpul, mereka segera makan sambil bersenda gurau. Sesudah makanan yang mereka makan habis, mereka kembali bekerja seperti semula. Airlyn membantu bi Sumi dan pekerja lainnya membersihkan sisa makanan yang tadi mereka makan. Kemudian Airlyn kembali ke kamarnya untuk tidur.     Tok-tok.... (suara pintu di ketuk)     "Masuk" kata Airlyn dari dalam.      "Ada apa bi?"     "Anu non... Bibi ada kabar gembira."     "Apa bi?" tanya Airlyn dengan alis yang tertaut ke atas.     "Non Airlyn teh udah bisa masuk ke sekolah itu senin besok."     "Kok cepet banget bi ke terimanya?" tanya Airlyn bingung     "Bibi kan udah bilang ke non kalau bibi teh minta bantuan anak bibi. Lagi pula nilai rapor non juga bagus-bagus. Jadi deh non Airlyn bisa masuk, lagi pula non juga dapet beasiswa. Besok seragamnya di antar."     "Makasih ya bi. Oh ya bi, biaya pendaftarannya berapa? Perlu saya ganti?"     "Gak usah atuh non. Bibi teh ikhlas bantu non. Kan dari kecil non bibi yang rawat. Bibi udah anggep non seperti anak sendiri. Udah non tidur aja, udah malem juga."     "Makasih banyak ya bi." kata Airlyn dengan senyum kecil.     "Sama-sama non"     Setelah bi Sumi keluar dari kamar Airlyn. Airlyn segera mematikan lampu, lalu ia tidur -TBC-  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD