Chapter 2

1088 Words
***     Tak terasa malam pun berlalu begitu cepat. Airlyn sudah siap dengan seragam sekolah serta dengan tampilan barunya sebagai gadis culun. Sekarang adalah hari dimana Airlyn akan memulai harinya sebagai murid VIS. Airlyn menggunakan kemeja yang sedikit kebesaran, rok dibawah lutut, dasi yang di ikat dengan rapih, ikat pinggang, blazer sekolah, kaos kaki selutut, sepatu hitam, tidak lupa rambut panjangnya yang di ikat pony tail, tas punggungnya serta kaca mata bacanya. Airlyn segera turun untuk sarapan. Selesai sarapan Airlyn di antar oleh bi Sumi menggunakan angkutan umum. Airlyn tidak menggunakan mobil pribadi milik orang tuanya agar tidak menimbulkan masalah nantinya. Setelah sampai bi Sumi hanya mengantar Airlyn hingga di depan gerbang       Vanderbilt International School.     "Maaf ya non, bibi teh hanya bisa anterin non Airlyn sampai depan gerbang aja. Soalnya bibi mau ke pasar dulu." kata bi Sumi tidak enak.     "Gapapa kok bi, malah saya bersyukur bibi mau anterin saya. Nanti biar saya yang urus sisanya." kata Airlyn dengan senyum kecil.     "Gapapa ni non bibi tinggal?" kata bi Sumi ragu     "Gapapa bi. Saya sudah besar bukan anak kecil lagi."     "Yaudah atuh non, bibi tinggal ya. Non hapal jalan pulangnya 'kan?"     "Iya bi saya hafal."     Sepeninggalan bi Sumi, Airlyn masuk ke dalam VIS tidak lupa ia menyapa satpam penjaga sekolah dan mencari ruang kepala sekolah. Saat sedang mencari ruang kepala sekolah tidak sengaja ada orang yang menabrak bahu Airlyn.     Brak...     "Eh... Sorry sorry. Saya tidak sengaja. Kamu gapapa?"     "Eh... Gapapa kok."     "Oh ya, kamu kayaknya anak baru ya? Kenalin nama saya Acraf Arkhaleus Fugger. Kamu bisa panggil saya Arkha. Nama kamu siapa?" tanya Arkha sambil mengulurkan tangan     "Ehm.. Iya saya anak baru disini. Bisa tolong kasih tahu saya dimana ruang kepala sekolah gak?" tanya Airlyn tanpa membalas uluran tangan Arkha.     "O.. Oh bisa-bisa. Ayo saya antar ke ruang kepala sekolah." jawab Arkha gugup lalu menurunkan tangannya.     Sesampainya di depan ruang kepala sekolah.     "Makasih ya sudah mengantar saya." kata Airlyn tersenyum kecil.     "Eh... Sama-sama. Kalau begitu saya duluan ya." Arkha segera berlalu dari ruang kepala sekolah menuju kelasnya.     Tok-tok ...     "Masuk"     "Permisi pak. Saya Airlyn Caithleen Viellete." kata Airlyn setelah masuk ruangan kepala sekolah     "Kamu siswa baru pindahan dari Surabaya penerima beasiswa itu ya?"     "Iya pak" Airlyn tersenyum canggung.     "Sebelumnya kamu akan di tes terlebih dahulu. Kamu tunggu sebentar, akan saya ambilkan soalnya."     "Baik pak"     Beberapa saat kemudian...     "Airlyn ayo ikut saya."     "Baik pak."     Sesampainya di sebuah ruangan. Airlyn sedikit bingung karena ada tiga murid laki-laki juga di sana dan dua orang guru. Salah satu dari tiga laki-laki itu hanya satu yang ia kenal yaitu laki-laki yang tadi mengantarkannya ke ruang kepala sekolah.     "Nah Airlyn ini ruang diskusi. Ruangan ini biasa di pakai untuk berdiskusi pastinya. Tapi karena kamu akan mengerjakan ujianmu, maka untuk sementara ruangan ini digunakan untuk ujian." kata kepala sekolah kepada Airlyn.     "Itu pak Dayat dan bu Hilya yang akan mengawasi kamu. Kalau begitu saya tinggal dulu. Mari pak, bu." kemudian kepala sekolah meninggalkan ruangan itu.     "Mari masuk nak" kata bu Hilya     Airlyn melangkah masuk dan duduk di sebelah laki-laki yang tidak ia kenal.     "Okay waktu kalian mengerjakan soal hanya 90 menit saja. Ingat jangan ada yang mencontek." kata pak Dayat sambil membagikan soal tersebut.     Airlyn mengerjakan soal itu dengan tenang. Karena memang ia sudah sangat menguasai materi tersebut. Tidak sampai 90 menit Airlyn sudah mengerjakan soal-soal tersebut. Kemudian Airlyn menyerahkan tugas itu untuk di periksa. Airlyn kembali duduk di tempatnya dengan kepala yang tertelungkup. Tidak lama setelah Airlyn selesai, laki-laki yang di sebelahnya berdiri menyerahkan soal ujian itu lalu pergi dari ruangan itu.     "Airlyn Caithleen Viellete." tiba-tiba namanya dipanggil. Airlyn melangkahkan kakinya ke depan.     "Kamu masuk ke kelas XI IPA 4. Ini kunci locker kamu. Buku paket dan semua kebutuhan yang penting ada di dalamnya. Semua locker ada di dalam ruang kelas masing-masing. Nomor locker sudah ada di kuncinya." kata pak dayat. "Arkha, kamu sudah selesai 'kan ujian susulannya? Kalau sudah, tolong antarkan Airlyn ke kelas XI IPA 4" sambung pak dayat.     "Baik pak."     Airlyn mengucapkan terima kasih pada guru yang mengawas tadi. Setelahnya Arkha berjalan didepan sedangkan Airlyn hanya mengekorinya dari belakang. Selama menuju ke kelas XI IPA 4 tidak ada pembicaraan, hanya ada suara siswa atau pun siswi yang sedang olahraga. Tidak lama langkah Arkha berhenti. Kebetulan kelas XI IPA 4 berada di paling ujung jauh dari keramaian.     Tok-tok...     "Permisi bu, saya mengantar murid baru."     "Baiklah Arkha kamu boleh kembali ke kelasmu."     "Terima kasih telah mengantarkan saya sampai ke kelas ini" gumam Airlyn pelan     "Sama-sama" balas Arkha sambil tersenyum , lalu ia keluar dari kelas Airlyn.     Setelah masuk ke dalam kelas, guru tersebut menyuruh Airlyn memperkenalkan dirinya di depan kelasnya. Kemudian Airlyn duduk di kursi kosong di pojok belakang kelas dekat dengan jendela. Selama pelajaran Airlyn menelungkupkan kepalanya. Hingga bel pergantian jam pelajaran pun berbunyi. Merasa meja di sebelahnya sedikit bergoyang, Airlyn hanya melirik sebelahnya. Berasamaan dengan itu guru mata pelajaran matematika memasuki kelas.     "Selamat pagi anak-anak."     "Selamat pagi pak" jawab semua murid di kelas itu.     "Baik, sesuai janji bapak minggu kemarin. Hari ini kita akan diadakan quiz untuk menambah nilai kalian." murid di kelas itu pun kaget. Banyak dari mereka yang protes karena tidak siap.     "Emang iya ya pak? Perasaan saya bapak gak ngomong gitu kemaren." protes seorang murid     "Perasaan kamu aja kali. Bapak udah bilang ke kalian minggu lalu."     "Gak bisa pak, ada murid baru. Mending bapak ulang materi aja deh pak."     "Iya pak, ada murid baru" protes siswa-siswi yang lain sehingga membuat kelas menjadi ramai.     "Sudah-sudah. Diam kalian semua. Quiz akan tetap berlaku. Mau itu ada murid baru sekali pun. Tutup buku kalian. Tidak ada buku di atas meja, hanya ada alat tulis saja." seketika kelas di penuhi dengan helaan napas para siswa. Soal quiz pun di bagikan. Kelas yang tadinya ramai berubah menjadi hening.     "Ya waktu habis. Silahkan di kumpulkan lembar soal dan jawaban kalian." kelas kembali ramai. Banyak yang mengeluh karena waktu yang terlalu singkat. Tetapi tidak dengan Airlyn dan teman sebangkunya yang tidak ia kenal.     'Huh... Untung aja masih inget. Kalau seperti ini terus bisa gila aku. Baru juga masuk udah dapet ujian aja. Kalau dugaanku benar, sepertinya itu soal untuk seleksi masuk perguruan tinggi deh." batin Airlyn     "Minggu depan hasilnya keluar. Kalau di kelas ini ada satu anak yang mendapat nilai sempurna, satu kelas akan saya traktir. Fyi, itu soal untuk masuk perguruan negri." kelas tiba-tiba menjadi diam mendengar kalimat terakhir dari guru matematika itu. Kemudian banyak umpatan kasar dari para siswa untuk guru matematika mereka.     "Sudah kuduga" batin Airlyn.     Selama pelajaran berlangsung Airlyn memperhatikan dan mencatatnya dalam buku catatannya. Saat istirahat Airlyn hanya diam di kelas sambil memakan bekal yang ia bawa dari rumah. Tak terasa bel pulang sekolah berbunyi. Airlyn segera pulang menggunakan angkutan umum.     Di sisi lain. Seseorang memperhatikan Airlyn dari jauh saat Airlyn akan menaiki angkutan umum tersebut. "Kamu kembali. Aku tahu itu kamu. Kamu adalah sahabat kecilku. Airlyn Caithleen Viellete." kemudian orang itu melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan sekolah. -TBC-  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD