Chapter 2

1138 Words
"Apa kau baik-baik saja?" Audi, teman Callista merasa curiga dengan tingkah rekannya itu. Pasalnya sejak kembali dari mengantar ponsel milik seorang pelanggan, Callista berjalan dengan tertatih.  "Tentu saja," sahut Callista riang. Ia tidak ingin membuat rekan-rekannya panik karena luka di kakinya. Sebentar lagi shiftnya berakhir jadi Callista hanya perlu menahannya sebentar. "Ada apa dengan kakimu?" Kali ini Audi tidak bisa menahan dirinya untuk mendekati Callista. Audi adalah seorang chef. Ia hanya bisa melihat wajah Callista ketika perempuan itu mengambil makanan yang dihidangkan oleh Audi.  "Tadi tersandung, jadi sakit kalau jalan." Akhirnya kebohonga itu lah yang keluar dari Callista kala Audi mendongak keluar dari jendela perbatasan untuk memerika kaki Callista. "Kau yakin?" tanya Audi curiga. "Yaps. Ini pesanan terakhir di shiftku. Setelah itu aku langsung pulang duluan. Bye! Jangan rindu padaku!" Setelah itu Callista pun berlalu membawa makanan dalam nampannya. Dalam hati ia merasa lega karena Audi kembali melanjutkan pekerjaannya di dapur. Kakinya hanya sedikit luka karena terjatuh dan membentur trotoar ketika ia menyelamatkan nyonya itu tadi. Karena luka dan berdarah rasanya jadi perih sehingga Callista berjalan dengan sedikit terpincang. Untungnya shift untuk hari ini berakhir cukup cepat. Yang paling penting adalah besok jadwal liburnya. Jadi Callista bisa beristirahat seharian.  Setelah selesai mengantarkan pesanan terakhir bagiannya, Callista segera menuju ruang loker. Disana ia bertemu Sean. Lelaki yang memiliki tugas dengannya. Sekaligus lelaki yang bertugas setelah dirinya di hari minggu ini. Sean libur setiap hari Sabtu, selain itu jadwalnya selalu sama dengan Callista. Kecuali hari minggu, dia akan bertugas di jam enam sore hingga restoran tutup, yaitu jam dua belas malam.  "Kakimu kenapa, Callista?" tanya Sean menyadari cara berjalan Callista yang tidak seperti biasanya. Begitu kentara menahan sakit, dan sedikit pincang. "Aku tersandung." "Kasihan sekali kakimu. Apa kau sudah memarahi matamu yang tidak berkerja dengan benar?" "Sean!" Callista terkekeh. Sean memang salah satu pekerja yang sering bercanda di restoran ini. Selain itu dia juga sangat akrab dengan Callista. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya kemudian serius. Untuk kali ini, Callista akan menyahut dengan serius juga. "Tentu saja. Aku akan pulang sekarang." "Tidak bersantai-santai dulu disini? Audi mungkin punya makanan yang bisa diberikan untukmu?" Sebenarnya itu adalah rahasia mereka bertiga saja. Audi kadang menggunakan sisa-sisa bahan untuk membuat makanan yang kemudian diberikan kepada Callista dan Sean. Itu jarang terjadi. Hanya dibeberapa momen ketika restoran benar-benar ramai sehingga ia bisa mengumpulkan sedikit demi sedikit makanan dari porsi bahan makanan yang dihidangkannya. Audi melakukan itu karena kadang ada beberapa olahan makanan yang cukup tersisa banyak. Mengingat porsi penyajian di restoran ini cukup kecil, lumayan banyak makanan jadi yang tidak tersisihkan karena bentuknya sudah sesuai ukuran penyajian yang ditentukan.  "Aku sudah dapat kabar tidak akan ada makanan. Lagipula besok libur. Aku ingin cepat pulang saja dan menonton film." Sean tersenyum mendengar itu dari Callista. Jika libur mingguan tiba, Callista lebih memilih menghabiskan waktunya dengan menonton film. Kadang membaca buku. Atau melakukan hal apapun yang bisa dilakukannya tanpa perlu keluar rumah.  "Kau ini. Kalau masalah film saja, sangat bersemangat." "Sudah sana cepat bekerja!" Callista mendorong Sean agar lelaki itu segera keluar dari ruang loker. Kalau terlalu lama mengobrol disini, Brad dan yang lainnya pasti akan kualahan melayani pelanggan karena kekurangan satu manusia. --------- Callista sudah tiba di depan kawasan apartemennya. Sebenarnya apartemen miliknya ini sangat sederhana. Ia merasa bersyukur masih memiliki tabungan sehingga bisa membeli apartemen ini. Setelah ayahnya meninggal, Callista tidak memiliki siapapun lagi di dunia ini yang ia anggap keluarga. Sebenarnya ada keluarga dari mendiang ibunya yang Callista ketahui. Hanya saja orang itu selalu melibatkan keluarga Callista dalam masalah.  Ayahnya meninggalkan warisan, meski tidak banyak. Setidaknya cukup untuk Callista membeli apartemen dan bertahan hidup beberapa tahun. Setelah memutuskan untuk bekerja sebagai waitress di restoran berbintang ternama, Callista pindah dari rumah lamanya dan membeli sebuah apartemen. Agar lebih dekat dalam mencapai tempat kerjanya. Gajinya cukup lumayan ditambah ia sering mendapatkan uang tips karena wajahnya sangat cantik. Sayangnya wajah cantiknya itu juga kerap membuatnya ditawar oleh para p****************g. Untungnya sejauh ini belum ada yang bersikap kelewatan sehingga menimbulkan masalah. Setidaknya Callista merasa senang karena kadang uang tips yang didapatkan bisa melampaui gai bulanannya. Sekali lagi, itu karena wajahnya yang cantik. Belum lagi jika ia tersenyum manis dan bersikap sangat menyenangkan pelanggan, maka tipsnya yang didapatkannya benar-benar banyak. Sayangnya Callista memiliki sedikit masalah di bagian hutang. Enam bulan lalu seorang rentenir datang padanya dan mengatakan bahwa pamannya meminjam uang. Callistalah yang harus segera mengembalikannya. Pamannya itu, adik dari mendiang ibunya memang sering berbuat onar. Entah bagaimana rentenir itu mengetahui tempat tinggal terbaru Callista sehingga mengejarnya kemari. Callista segera mencari kotak P3K untuk mengobati lukanya. Ia tidak ingin ke rumah sakit karena itu pasti akan menghabiskan banyak biaya. Sepertinya hanya lecet saja jadi tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Begitu menemukan kotaknya, ia mengangkat rok yang panjangnya hingga sepuluh senti di bawah lutut. Ternyata lututnya berdarah, hingga mengering. "Baguslah, hanya lecet saja."  Callista merasa lega dengan keadaannya. Jika besok ia bena-benar beristirahat seharian, maka semuanya pasti akan baik-baik saja.  Tiba-tiba saja ia mendengar suara bel berbunyi. Callista tidak mengenal banyak orang yang bisa datang mengunjungi kemari. Ditambah tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Merasa penasaran, dirinya pun segera bangkit menuju ruang tamu.  Ia mengintip dari lubang kecil yang terdepat di pintu dan melihat seorang pria dengan wajah asing tapi tampan. Callista tidak mengenalnya lalu kenapa pria itu bisa datang kemari. Ia dapat mengingat dengan baik bahwa sudah membayar hutangnya untuk bulan ini. Lagipula rentenir yang biasa menagihnya juga tidak memiliki wajah setampan ini. Karena lelaki itu terus memencet bel dengan tidak sabaran, Callista memutuskan untuk membuka pintu. "Kau siapa?" Pria itu berhenti menekan bel ketika pintu terbuka. "Nona Callista. Perkenalkan saya Ben, asisten Tuan Lucas. Tuan Lucas mengirim saya untuk mengucapkan terima kasih karena Nona telah menyelamatkan nyawa Nyonya Amanda Dixie." Callista membulatkan matanya. Dixie? Keluarga Dixie yang terkenal kaya raya di Amerika ini? Dan perempuan yang tadi Callista tolong adalah nyonya Amanda Dixie? Callista sungguh tidak menyangka bisa berkesempatan bisa bertemu nyonya yang kaya raya itu. Meski sering mendengar berita mengenai keluarga Dixie, Callista tidak terlalu hafal dengan wajah nyonya Amanda. Pantas saja ketika melayani wanita itu, rasanya Callista tidak asing. Belum lagi uang tips yang diberikannya begitu besar. Hampir setengah harga makanan yang dipesannya.  Restoran tempat Callista bekerja adalah restoran bintang lima yang cukup terkenal di kota New York. Adalah suatu kewajaran jika nyonya Amanda Dixie datang berkunjung disana.  "Ah iya. Apa keadaan Nyonya Amanda baik-baik saja?" tanya Callista. Ia teringat tadi seorang maid dan supir wanita itu segera mendekat untuk membawanya ke rumah sakit dengan terburu-buru. Karena khawatir ada masalah lain seperti kesehatan wanita itu, Callista pun tidak mempermasalahkan sang maid dan supir yang membawanya pergi dengan tergesa. "Sangat. Saya ingin memberikan ini. Sebagai bentuk terima kasih dari Tuan Lucas karena Anda sudah menyelamatkan ibunya." Callista melirik amplop tebal yang diberikan lelaki bernama Ben itu. Pandangannya lantas kembali menatap Ben dengan kernyitan di kening.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD