Selimut Kesedihan

319 Words
Khanza telah dibolehkan pulang oleh dokter setelah 3 hari dirumah sakit perkotaan. Dia masih bingung mengapa matanya masih tertutup perban dan kegelapan beberapa hari ini dia rasakan. Rasa pedihnya sudah mulai berkurang namun rasa itu masih saja menyelimutinya. Saat sampai kerumah setelah menempuh perjalanan 4 jam dari rumah sakit ayah dan bunda Khanza meneteskan air mata menyaksikan putri mereka mengalami penderitaan ini  Bagaimana tidak rasanya hati mereka sangat sedih. Tapi Khanza hanya anak kecil polos dia pikir semua akan baik-baik saja dan kembali seperti semula setelah perban dimatanya nanti akan dibuka. Khanza pun diantar ibundanya ke kamarnya untuk beristirahat. Dan ibunya pun keluar setelah mengantar putrinya itu. "Mas bagaimana ini, bagaimana dengan masa depan anak kita??". Menangis dan duduk disamping ayah Khanza. Sontak sang ayah memeluk bundanya. "Mungkin ini cobaan dari Allah bu, Insyaallah pasti ada jalan keluarnya." Tersenyum menenangkan sang istri. "Iya Mas..". Mengusap air mata. Hari demi hari Khanza kini melewatinya dengan kegelapan dan disaat hari dimana perban matanya harus dibuka. Anak itu merasa aneh dan bertanya-tanya mengapa matanya masih tidak bisa melihat padahal perbannya sudah dibuka. Dan dia pun bertanya kepada sang bunda. "Bunda.. Bunda kok mata Za masih nggak bisa ngeliat". Sambil memegang tangan bundanya yang telah membuka perban mata. "Nak maafin bunda ya nak, bunda nggak bisa bantuin kamu sekarang, ini tanda Allah sayang sama kamu nak, tapi nanti bunda janji insya Allah,  Allah pasti ngembaliin mata kamu lagi", sambil menangis dan mengusap kepala Khanza. "Bun, Khanza nggak mau buta bun, Khanza takut gelap, Khanza nggak bisa ngeliat apa-apa.. hiks.. hiks.. hiks...". Khanza pun terus menangis dan langsung dipeluk oleh bundanya. Mulai hari itu hati keluarga Khanza dan Khanza sendiri sangat terluka dengan kondisi Khanza, pasalnya anak satu-satunya yaitu Khanza sekarang menjadi buta tanpa tau bagaimana itu bisa terjadi. Merekapun pasrah kepada Sang Ilahi, dan tetap menunggu pendonor mata yang bersedia mendonorkan mata untuk Khanza. Namun setelah beberapa tahun kemudian mereka mengalami musibah dan ujian lagi, bisnis Ayah Khanza mengalami kebangkrutan dan mereka pun jatuh miskin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD