TIGA

1117 Words
Zasya tidak habis fikir, Hilbran kenapa coba? Kesurupan? Kenapa dia terus terusan ngejar ngejar Zasya. Jelas jelas Hilbran kelas 12 dan sebentar lagi akan UN dan go out dari sekolah. Harusnya Hilbran belajar dan mikir mau jadi apa abis lulus dari SMA ELZARA ini. Zasya memijat pelipisnya, Zasya pening. "Aya? Lo gak papah?" Tanya Sina Zasya menurunkan tangannya dari wajah cantiknya, lalu tersenyum "Uuuuunch perhatian banget sahabatku ini jadi tayaaaang" Sina melotot kesal "Geli!" Zasya tertawa, lalu tak lama Zasya merasa pandangannya seperti berputar - putar, lama lama mengkabur. Kepala Zasya berat. Zasya pingsan. ☆☆☆ "EH KADAL IJO! INI SEMUA GARA GARA LO YAH AYA PINGSAN! COBA AJA KALO LO GAK DEKETIN AYA TERUS, PASTI AYA GAK BAKALAN KAYA GINI" Teriak Sina frustasi. Zasya sudah pingsan 2 jam, dan belum juga sadar sampai saat ini. Hilbran yang saat di kantin mendengar bahwa Zasya pingsan langsung buru buru menuju UKS. Khawatir. Ya. Hilbran khawatir. Hilbran menundukan kepalanya "Gue anter Zasya pulang kalo udah sadar" Tidak lama dari perkataan Hilbran, Zasya sadar dari pingsannya. Lalu memijat pelipisnya pelan "Gue kok di UKS" Sina mencibir "gue kok di uks" tiru Sina dengan suara di buat buat "Lo pingsan dodol! Lo sih! Ngeyel bangeet bangeeeetan! Gue kan udah bilang Ayaaaaaaa, kita di kelas aja, bisa nitip jajan ke nina and the geng! Subhanallah sekali keras kepala teman saya ini ya Tuhaaaaaan" Zasya terkekeh, lalu merentangkan tangannya, mengose bahwa Sina harus memeluknya. Sina yang awalnya memasang wajah jutek langsung luluh, lalu memeluk sohibnya itu "Please Aya, jangan ngeyel, gue takut lo kenapa napa nanti yang ada gue di bantai Musa dan di gorok sama Om Dzaki" Buseeet. Hilbran kaget bukan main mendengar perkataan Sina tentang Papahnya Zasya dan entah siapa Musa itu "Musa siapa?" Zasya dan Sina langsung melepas pelukannya mendengar perkataan Hilbran, Zasya menyerit bingung, mengapa ada Hilbran disini? "Musa siapa?" Ulang Hilbran "Siapa tah siapa tah kepo amet" jawab Zasya ketua Hilbran tersenyum kecut "Sebagai janji gue tadi, ayok gue anter lo balik" "Eeehh?" Kaget Zasya Sina mengangguk "Iya Aya, ikut aja, tas lo udh ada tuh di sofa UKS, dan ini surat tanda sakit lo dari pihak sekolah" Zasya lemas, tidak ada tenaga lebih untuk menolak. Baiklah, Zasya akan pulang. ☆☆☆ "Rumah lo dimana?" Tanya Hilbran di perjalanan "Asrama kopassus" Jawaban dari Zasya sontak saja membuat Hilbran mengerem mobil suzuki ertiga white nya secara mendadak "Becanda lo gak lucu" Zasya memutar bola matanya kesal "Gak percayaan amet sih lo, jalan aja dulu, nanti pas di provos gue tunjukin gue bercanda ala engga" Hilbran diam, lalu melanjutkan perjalanan menuju komplek tentara berbaret merah tersebut 'Aduh deg degan gue, perasaan gue gak enak' batin Hilbran ☆☆☆ "Zasya?" Tegur salah satu Provos di depan asrama kopassus ini Zasya tersenyum, lalu menyuruh Hilbran menurunkan kaca dan menepikan mobilnya "Om" senyum Zasya lengkap dengan anggukan pelan kepala "Zasya gak sama ajudan Papahnya?" Om om Provos itu bertanya, Zasya masih tersenyum "Zasya pulang cepat om, katanya Om Pratu Haris lagi apel ya om?" Serka Amirudin Baca Hilbran dalam hati, jadi Zasya tidak mengelabuhi dirinya bahwa Zasya anak seorang tentara berbaret merah. "Iya Zasya, ini kau dengan siapa? Teman SMA kau kah ini?" Zasya mengangguk sebagai jawaban "Ban, tunjukin SIM sama STNK lo" bisik Zasya Hilbran menyerit bingung "Buat apa?" "Bisa gak ngasih tanpa bertanya? Nurut napa, mau selamat gak lo?" Baiklah Hilbran, menurut sekali dengan wanita tidak salah bukan? Hilbran mengambil SIM di dompetnya dan STNK di gantungan kunci mobilnya lalu memberikannya kepada Zasya "Ko ke gue sih Ban? Ke om provos ih" Hilbran memutarkan bola matanya kesal, salah Zasya bukan, yang memberi tahu dirinya setengah setengah. "Baik. Lengkap yah, silahkan dek masuk, kaca jangan di naikan dan kurangi kecepatan" Hilbran tersenyum sopan lalu mengangguk. Hilbran melihat ke depan, tempat yang asing buat orang awam seperti dia "Orang sipil mana berani masuk sini" Hilbran yang tengah membawa mobil dengan arah yang sudah di beri tahu Zasya terlebih dahulu mengarahkan pandangannya ke arah Zasya "Apa?" "Jangan bilang lo gatau arti orang sipil?" Hilbran mengangguk, lalu memasang kupingnya baik baik untuk mendengarkan informasi apalagi yang akan dia dapat dari Zasya "Orang sipil itu, orang yang bukan aparat negara, bukan polisi, bukan tentara, bukan PM dan sejenisnya. Dan lo kalo bukan anak dari berbagai jenis itu tandanya lo orang sipil" "Jadi intinya kaya orang awam kan?" Tanya Hilbran Zasya mengangguk, lalu sesekali tersenyum kepada ibu ibu atau om om baik yang sudah punya istri atau yang masih bujangan untuk menyapa mereka sopan "Kok banyak yang tau Lo sih?" Tanya Hilbran penasaran Zasya terdiam, haruskan ia jujur kepada orang ini? Tapi, Sang Papah melarangnya. "Zasya?" Tegur Hilbran "Nanti juga lo tau" jawab Zasya pendek Hilbran menghela nafasnya, ya ya ya ya baiklah Hilbran, memang Zasya ngeselin bukan? ☆☆☆ "Any body in home? Zasya cantik sudah pulaaang. Assalamualaikum warrohmatullahi wabarakatuh" Syakila yang mendengar suara anaknya itu lantas langsung melihat jam dinding yang ada di dapur. 11:20. Dan Zasya sudah pulang? Apa ini hanya halusinasi Syakila sajah? "Mam? Gak dirumah? Lagi kumpul persit kaah?" Syakila masih saja diam, masih berfikir bahwa ia hanya halusinasi saja "Maaaams, Aya udah pulaang, ada temen Aya yang anter soalnya Aya pingsaan" Syakila yakin, kali ini bukan halusinasinya. Anak gadisnya sudah pulang. Tapi, apa tadi? Zasya pingsan? "Kak? Dimana kamu" teriak Syakila dari dapur "Di ruang tamu Mam" Syakila langsung saja menghampiri Zasya, tak lupa mematikan kompornya terlebih dahulu. Tadi Zasya bilang, dia pingsan bukan? Kenapa bisa sudah sampai saja di rumah? Apa jangan jangam ini arwahnya? Syakila kembali merinding. ☆☆☆ "Makasih ya Nak Gibran udah mau repot repot anterin Zasya" ucap Syakila tulus "Hilbran Mam Hilbran" koreksi Zasya ke sekian kalinya "Iya Mamah tau, kepeleset" Hilbran tertawa kecil. Hilbran jadi tau, Sifat Zasya keturunan dari siapa "Assalamualaikum" "Papaaah" pekik Zasya kencang Dzaki masuk kerumah setelah melepas sepatu PDL-nya "Eh? Mam? Aku gak salah liat? Zasya udah pulang?" Tanya Dzaki kaget Syakila mengangguk, lalu berdiri mengambil kopel Dzaki dan berjalan menuju kamsr untuk menyimpan kopel suaminya itu "Papah ihh, ini Kakak tauuuuuu, kakak abis pingsan makanya pulang cepet" Hilbram sedikit heran, dari tadi Zasya memberi tau seisi rumah bahwa dirinya pingsan. Seperti hal langka bahwa Zasya pingsan. "Apa kak? Kamu pingsan? Kenapa? Tahan nafas di kolam renang 2 jam aja kuat kok bisa pingsan?" Tanya Dzaki bingung Tuhkan, benar feeling Hilbran. Lamat lamat, Hilbran memperhatikan Papah dari Zasya di depannya ini, lalu berdiri untuk salim "Eh? Aya? Kamu bawa pacar?" "NO. BUKAN PACAR AYA PAPAH" Hilbran melihat wajah Dzaki yang terkekeh, benar benar mirip dengan Zasya. Zasya seperti duplikat Papahnya namun dalam versi perempuan "Saya Hilbran Om, kakak kelas Zasya" "Ohh, silahkan duduk nak Gibran" "HILBRAN PAPAH PLEASE GAUSAH KAYA MAMAH" Dzaki terkekeh Zasya darah tinggi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD